Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

HADIS DAN KHABAR AHAD DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD AL-GHAZALI Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 17, No 2 (2011): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.805 KB) | DOI: 10.31332/str.v17i2.149

Abstract

Dalam perspektif Muhammad Al-Ghazali; pemahaman dan penilaianterhadap hadis ahad, adalah sesuatu yang historis, , karena padaprinsipnya pandangan-pandangan tersebut sepenuhnya adalah hasilintrepretasi dan pendapat pribadi. Demikian pula penolakan terhadaphadis ahad, juga hanyalah hasil dari refleksi pemikiran ulama darimasalah yang bersangkutan, yang sifatnya relatif, spekulatif dan bolehjadi tidak tepat, sehingga jangan jangan sampai dipandang sebagaiagama itu sendiri. Lebih lanjut ia menyebutkan, bahwa akidah tidakmungkin terbentuk berdasarkan hadis-hadis ahad, karena akidah itusendiri sudah jelas dalam Qur'an. Hadis-hadis ahad barumemungkinkan untuk diterima dalam persoalan aqidah, bila memangmenjelaskan atau menerangkan sesuatu yang ada dalam Qur'an.Kata Kunci : Al-Ghazali, Hadis, Kabar Ahad
PENDIDIKAN BERBASIS : MULTIKULTUR : IKHTIAR MEMPERKOKOH ARAS INTEGRASI Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 17, No 1 (2011): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3585.958 KB) | DOI: 10.31332/str.v17i1.136

Abstract

Multikulturalisme menunjuk pada suatu kenyataan, bahwa tidakseorangpun yang dapat hidup dalam sebuah budaya saja. Dengandemikian, tuntutan terhadap hubungan antar manusia, etnik, budayadan agama yang dibangun atas dasar kasih, saling percaya dan rasasaling memahami antara satu dan yang lainnya menjadi niscaya.Mengingat prinsip keragamaan atau prinsip etnisitas pada masingmasingkelompok, akan mudah menimbulkan percikan-percikankonflik lantaran adanya beberapa perbedaan yang prinsipil darimasing-masing kelompok yang hidup di tengah masyarakat, makamultikulturalisme sejatinya dikemas dalam ranah pendidikan.Pengejawantahan nilai-nilai multikultur melalui jalur pendidikanbaik formal maupun informal dipandang efektif mengingat nilaitersebut terkait erat dengan problem sikap dan mental, maka takayal lagi pendidikan terlebih khusus pendidikan agama akanmenjadi sangat strategis dalam upaya memperkuat aras integrasi ditengah ancaman maraknya gerakan radikalisme. Pembumianwawasan multikultur lewat jalur pendidikan merupakan ikhtiar suciuntuk melatih dan membangun iman dan logika siswa agar mampubersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam merespon segalakeadaan dan situasi yang terjadi lingkungan dimana merekaberinteraksi.Kata Kunci : Pendiddikan, multikultur, integritas
Muhammadiyah's Educational Philanthropy Movement in North Kolaka Muhammad Alifuddin; Suarni Suarni; Nurjannah Nurjannah
Shautut Tarbiyah Vol 26, No 1 (2020): Education in Islamic Societies
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/str.v26i1.1888

Abstract

This study aims to provide an analytical view of the Muhammadiyah Education Philanthropy Movement in North Kolaka. The research data was obtained through a series of in-depth interviews, observations and document studies. All data obtained was assessed in stages using the Miles and Huberman analysis models.Based on data’s found in the field of research, the Muhammadiyah educational philanthropy movement has existed in this region since 1968. The Muhammadiyah philanthropy movement in North Kolaka is a social fact that is inevitable to be appreciated. Imagine, the movement of social movements has been present in a social space that was historically geographically isolated and prone to historically political politics. In such limited conditions, in a period where the eyes of social movements are generally still "quiet" asleep and while the hands of devotion are still rigidly grasped, Muhammadiyah with all its limitations greets the hopes of rural children who are far from educational services, in order to provide formula of literacy as the solution to the thirst for education that they feel and never felt before.Muhammadiyah's ability to fulfill literacy expectations for a number of rural children during the period of education scarcity in North Kolaka which continues to this day, such a nice result of collective sincerity after all. The construction of collective excitement is channeled philanthropically by the Muhammadiyah community on the foundation of humanitarian principles that are rahmatanlilalamin, with one common goal, namely; enrich the life of a nation. These efforts in the political context can be interpreted as wordless nationalism, which is very rarely filtered through proclamation but lives in reality.Keywords: Philantrophy, Education and Muhammadiyah
Etika Berbusana dalam Perspektif Agama Dan Budaya Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 20, No 2 (2014): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.832 KB) | DOI: 10.31332/str.v20i2.26

Abstract

Berbusana sebagai bagian integral dari keadaban manusia berhubungan erat dengan etika, baik etika yang berbasis pada nilai-nilai religi maupun norma tradisi. Secara prinsip semua agama memandang etika berbusana dalam hal ini menutup aurat adalah bagian yang tak terpisahkan dengan ketaatan pada Tuhan, maka sangat beralasan jika pengaturan etika berbusana di ruang publik mengacu pada  nilai-nilai religiusitas. Mengingat masyarakat Kendari secara sosio kultural dan historis memiliki akar kultur religi yang berbasis pada Islam, maka sejatinya pakaian atau norma model tata busana yang “layak” untuk dikembangkan bagi masyarakat di daerah ini,  merujuk pada tata busana budaya masyarakat Kendari yang dikaitkan dengan akar religi masyarakat setempat, yaitu Islam. Tanpa harus dimaknai bahwa konsep tersebut menegasikan keberadaan pihak lain.Kata Kunci: Etika, berbusana, agama dan budaya
Jejak Dan Pemikiran Keagamaan-Pendidikan La Malik Idris(1963-2009) Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 22, No 2 (2016): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.291 KB) | DOI: 10.31332/str.v22i2.493

Abstract

This study is the study deskripstif about: Traces and Religious Thought La Malik Idris. The focus of this study is the problem, how to trace and religious thought developed by La Malik Idris. As a descriptive study of the data of this study were collected through a series of in-depth interviews and the review of documents related to the study subject. Analysis of data obtained refers to the perspective of Miles and Huberman. The results of the study on a number of data obtained can be concluded that: La Malik Mujahid is the figure at the same propaganda propaganda academics. Keywords: Religious Thought, education, Da'wah
PENDEKATAN RASIONAL DALAM MEMAHAMI QURAN Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 16, No 1 (2010): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.844 KB) | DOI: 10.31332/str.v16i1.115

Abstract

Tafsir bi al-ra’yi adalah penafsiran Qur’an yang dilakukandengan mengedepankan penempatan logika berpikir yang metodissebagai titik pijak dalam menelaah pesan-pesan Quran. Dalamperkembangannya, metode ra’yi dewasa ini secara operasionaldijalankan dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial modern misalnya;sejarah, linguistik modern (hermeneutik), fenomenologi, antropologimaupun sosiologi . Tidak sedikit ulama yang mengecam pendekatanra’yi, namun demikian ada juga yang mengapresiasi pendekatan ini(ra’yu) dengan sejumlah syarat tertentu, misalnya Muhammad Husainal-Zahabi seorang pakar sejarah tafsir. Terlepas dari pro kontrapenerimaan tafsir corak ra’yi, dalam konteks era kemajuan ilmupengetahuan dan multikulturalisme dewasa ini, tafsir denganpendekatan ra’yi tampaknya lebih mampu mengakomodir gaya dangejolak zaman ketimbang model-model tafsir yang bersifat normativtekstualis.
Transformasi Islam dalam Sistem Sosial Budaya Orang Buton: Tinjaun Historis Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 19, No 1 (2013): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.481 KB) | DOI: 10.31332/str.v19i1.41

Abstract

Salah satu fakta terpenting yang menjadi ciri dan corak masyarakat Buton hingga hari ini adalah nilai-nilai Islam. Islam sebagai realitas yang tak terelakkan dalam sejarah dan kehidupan masyarakat Buton, selama beberapa abad telah mengubah berbagai dimensi hidup mereka, dan menyebabkan terjadinya suatu transformasi di tengah masyarakat yang kemudian mempengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat di wilayah ini. Secara historis, transformasi nilai-nilai Islam dalam tubuh budaya masyarakat Buton terkait erat dengan penetapan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada awal abad ke-16. Pada umumnya perubahan penting memang telah terjadi dalam kehidupan orang Buton setelah mereka menerima Islam sebagai agama resmi. Tidaklah berlebihan untuk dinyatakan, bahwa gabungan antara kepercayaan yang terbentuk dari sistem keimanan Islam dan kehidupan yang dipengaruhi oleh ritus dan institusi Islam telah mewujudkan batasan budaya yang tersendiri, yang dalam perspektif sosiologis dan antropologis dapat dinyatakan sebagai ”Islam Buton”Kata Kunci : Sosial budaya orang Buton, transformasi Islam
Asbabun Nuzul dan Urgensinya dalam Memahami Makna Qur’an Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 18, No 1 (2012): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.958 KB) | DOI: 10.31332/str.v18i1.69

Abstract

asbab al-nuzul, adalah suatu peristiwa yang menjelaskan latar belakanghistoris yang menyebabkan diturunkannya ayat-ayat Qur‟an. Fazlur Rahmanmenjelaskan bahwa secara garis besar latar sejarah turunnya ayat-ayat al-Qur‟an dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu: latar historis yangbersifat makro; yaitu seluruh kondisi sosial dan budaya yang melingkupihistoristas bangsa dan Jazirah Arabiyah pada waktu itu adalah merupakanlatar historis yang bersifat makro. Sedangkan latar sejarah yang bersifatmikro; yaitu konsep lisan/dan tertulis yang diperoleh oleh sahabat dari Nabi.Terkait dengan hal yang disebutkan terakhir, maka untuk mengetahui sebabnuzul satu ayat tidak dapat dilepaskan dari pendekatan ilmu hadis, yaitumelalui sumber riwayat yang sahih yang diriwayatkan secara berantai, mulaidari sahabat, tabi’in,tabi’ tabi’in hingga kepada periwayat hadis yangmenulisnya dalam suatu kitab atau buku hadis. Yang mensyaratkan adanyaketersambungan sanad, pewarta yang adil dan dhabith, tidak terdapat dzas(atau kerancuan) serta tidak mengandung ’illat ( cacat). Pengetahuanterhadap sebab turunnya suatu ayat dipandang urgen, sebab akan memberikanhorizon dan wawasan yang lebih konprehensip terhadap makna dari suatuayat, atau dengan kata lain, asumsi atau kesan yang seolah-olah rigid atausempit dari informasi suatu ayat dapat dihilangkan atau diminimalisasi.Kata Kunci : asbab al-nuzul, qur‟an, kerancuan
Pendekatan Ethnografi dalam KKN Berbasis Riset (Ikhtiar Mahasiswa Memberi Kontribusi Berarti bagi Daerah) Muhammad Alifuddin
Shautut Tarbiyah Vol 23, No 1 (2017): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.827 KB) | DOI: 10.31332/str.v23i1.582

Abstract

Abstrak            Tulisan ini adalah deskripsi singkat tentang pendekatan ethonografi yang bertujuan memberikan penjelasan sekaligus panduan bagi mahasiswa tentang bagaimana mendesain penelitian dan  laporan ethnografi. Dengan bekal metodologi diharapkan mahasiswa KKN IAIN Kendari kini dan pada masa akan datang dapat memberi lukisan analitik tentang nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada lokasi KKN kepada masyarakat luas, sehingga pada gilirannya informasi kebudayaan dimaksud memiliki nilai berarti bagi pengembangan potensi masyarakat terkait pada masa  mendatang. Pada prinsipnya laporan ethnografi adalah catatan atau studi lapangan yang dilakukan secara partisipatif oleh seorang peneliti tentang  apa yang mereka saksikan, rasakan dan alami di lapangan. Adapun sistematika laporan ethnografi ekuivalen dengan laporan penelitian pada umumnya.Kata Kunci: Ethnografi, KKN
DAKWAH BERBASIS BUDAYA LOKAL Telaah atas Nilai-Nilai Dakwah dalam Folksong Orang Wakatobi Muhammad Alifuddin
Al-MUNZIR No 1 (2013): Vol. 6 No.1 Mei 2013
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.447 KB) | DOI: 10.31332/am.v6i1.234

Abstract

Abstrak: Dalam konteks masyarakat Buton kepulauan Wakatobi diketahui banyak terdapat syair kabanti yang merupakan tradisi lisan. Salah satu di antaranya adalah kabanti berupa nyanyian rakyat (folksong). Folksong masyarakat setempat adalah nyanyian rakyat yang biasanya dilantunkan oleh seorang ibu atau ayah yang sedang, menimang bayinya, dan dalam sebuah acara dan permainan rakyat. Nyanyian rakyat tersebut antara lain berisi ungkapan hati atau nasihat tentang; suasana kehidupan, keadaan keluarga, kerinduan pada kampung halaman dan keluarga, dorongan bekerja keras maupun untuk berperilaku yang baik. Sebagai salah satu tradisi lisan yang hidup dalam budaya masyarakat Wakatobi, folksong kabanti mempunyai peran sebagai penanda identitas masyarakat Wakatobi. Kabanti dalam bentuk nyanyian rakyat (folksong) mengandung nilai-nilai paedagogik dan berfungsi sebagai media dalam mentransfer nilai. Tulisan ini akan menganalisis nilai-nilai dakwah yang tertuang dalam lagu-lagu folksong orang Wakatobi yang biasa dilantunkan oleh masyarakat setempat.Kata kunci: Dakwah, kabanti, budaya lokal