Febby Nancy Patty
Institut Agama Kristen Negeri Ambon

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani

“Aku Yang Bisu Telah Bersuara”: Tafsir Feminis Terhadap Yohanes 7:53-8:1-11 Rahel Salmanu; Febby Nancy Patty; Marlen T. Alakaman
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v5i2.302

Abstract

Abstract. Theviolence and injustice that often occurs toward women is partly due tobiased Bible texts interpretation and sometimes androcentric. For example, John 7: 53-8: 1-11, about a woman who was committed an adultery,the interpretation, by the traditional approach, emphasizes on Jesus’ act of love and forgiveness toward the woman. This article aimed to explore the narration from the perspective of feminist by using E.S. Fiorenza methodology to uncover the woman's silence in the text. Through this study, it was found that the silence act of the women is for describing a patriarchal culture that dominates and unfair to women. Jesus' defense to this woman was at the same time as a critique for the dominant oppressive power.Abstrak. Praktik kekerasan dan ketidakadilan yang sering terjadi terhadap kaum perempuan salah satunya karena penafsiran terhadap teks-teks Alkitab yang bias dan berfokus pada sudut pandang kaum laki-laki (androsentris). Sebagai contoh teks Yohanes 7:53-8:1-11 tentang perempuan yang berzinah, dalam pendekatan tradisional, fokus penafsiran menekankan aspek iman yang hanya berfokus pada karya Yesus melalui tindakan kasih dan pengampunan terhadap perempuan tersebut. Artikel ini berupaya menelisik sisi yang berbeda yakni dari perspektif perempuan (korban), dengan menggunakan langkah metodologis yang digunakan oleh E.S. Fiorenza untuk mengungkapkan makna kebisuan perempuan dalam teks tersebut. Melalui kajian tersebut diperoleh makna bahwa kebisuan perempuan tersebut menggambarkan budaya patriarkhi yang mendominasi dan tidak adil terhadap kaum perempuan. Pembelaan Yesus terhadap perempuan tersebut sekaligus sebagai kritik terhadap kekuasaan dominan yang menindas.