Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Hubungan Panjang-Berat, dan Faktor Kondisi Ikan Belanak (Mugilidae) di Perairan Pulau Panjang, Kota Batam Ramses Ramses; Amin Ramli; Fenny Agustina; Fauziah Syamsi
Jurnal Penelitian Sains Vol 22, No 3 (2020)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.441 KB) | DOI: 10.56064/jps.v22i3.579

Abstract

Analisis hubungan panjang-berat, pola pertumbuhan dan mengetahui faktor kondisi ikan di berbagai tempat sangatlah penting untuk pengelolaan perikanan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan panjang-berat, pola pertumbuhan dan faktor kondisi, ikan belanak (Mugilidae) yang tertangkap di perairan Pulau Panjang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Tahun 2019 di kawasan perairan Pulau Panjang, Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam. Sampling dilakukan pada dua stasiun, menggunakan alat tangkap jaring insang dengan ukuran mata jaring 1,5 inc, lebar 2,5 meter dan panjang 250 meter. Hubungan panjang-berat dianalisis menggunakan metode Linear Allometric Model (LAM). Kondisi ikan di alam ditentukan dengan analisis faktor kondisi berat relatif (Wr) dan faktor kondisi Fulton (K). Terdapat 3 jenis ikan belanak yaitu L. tade (belanak bakau), L.vaigiensis (belanak tamok), dan C. crenilabis (belanak putih). Hubungan panjang-berat L. tade memiliki persamaan W= 0,0147L2,882, L. vaigiensis memiliki persamaan W= 0,0104L3,079, dan  C. crenilabis memiliki persamaan W= 0,0253L2,703. Spesies L. tade dan C. crenilabis memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai eksponen 'b'<3 2,882 dan 2,703. Sedangkan L.vaigiensis memiliki pertumbuhan alometrik positif dengan nilai eksponen 'b'>3 (3,079). Berdasarkan koefisien determinasi (R2) semua spesies menunjukkan hubungan yang erat antara penambahan berat dan panjang ikan. Nilai faktor kondisi menunjukkan lingkungan dalam keadaan baik
Length-Weight Relationship, Growth Patterns and Sex Ratio of Dog Conch Strombus Canarium Linnaeus, 1758 in the Waters of Kota Batam Ramses Ramses; Fauziah Syamsi; Notowinarto Notowinarto
Journal Omni-Akuatika Vol 15, No 1 (2019): Omni-Akuatika May
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (686.704 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2019.15.1.611

Abstract

This study aims to analyze the aspect length of weight relationship, growth pattern, and sex ratio of Dog conch. This research was conducted in May-August 2018. The samples were collected from three locations (stations) which became the main of catching the Dog conch in Kota Batam, namely, Jaloh Island, Kangkung Bay, and Terong Island. A total of 377 individuals (162 males and 215 females) S. canarium were collected from three research stations. The value of the length-weight relationship for females, males, dan blended, at the respective station, are Jaloh Island, W=0,000142L2,924, R²= 0.555 (female), W=0,00049L2,610, R²= 0.566 (male), and W=0,000165L2,881, with a value of R²= 0.572 (blanded); Kangkung Bay, W=0,0850L1,275, R²= 0.325 (female), 0,00000511L3,185, R²= 0.776 (male), and W=0,0384L1,480, with R² = 0.374 (blended); As well as Terong Island, W=1,227L0,746, R²= 0.180 (female), W=0,00139L2,385, R²= 0.714 (male) and W=0,118L1,305 with R²= 0.355 (blended). The pattern of growth of Dog conch is negative allometric (b<3) where long growth is faster than weight gain, except male Dog conch in Kangkung Bay, has a coefficient (b>3) has a positive allometric growth pattern, where weight gain is faster than long increments. The sex ratio of Dog conch on Jaloh Island and Terong Island is balanced, while in Kangkung Bay it is not balanced. Overall the sex ratio in the study location is not balanced with a ratio of 1: 1.33 with the expectation frequency (Ei) of 188.8.
PEMANFAATAN PEKARANGAN RUMAH UNTUK BERTANAM SAYURAN ORGANIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN KELUARGA Fauziah Syamsi; Dini Anggraini; Ramses Ramses
MINDA BAHARU Vol 3, No 1 (2019): Minda Baharu
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.194 KB) | DOI: 10.33373/jmb.v3i1.1877

Abstract

Konsumsi sayuran setiap hari harus dilakukan karena sayuran sangat penting bagi tubuh manusia. Oleh karenanya diperlukan usaha-usaha dalam mendapatkan sayuran yang sehat dengan harga murah. Salah satu usaha yang sangat mungkin dilakukan masyarakat adalah dengan menanam sendiri di pekarangan rumah. Tujuan kegiatan pengabdian ini untuk menumbuhkembangkan minat dan  motivasi masyarakat untuk dapat menanam sayuran secara mandiri di rumah sehingga dapat mengurangi pengeluaran belanja dan dapat mewujudkan kemandirian pangan keluarga, khususnya dalam pemenuhan nutrisi sayuran. Pekarangan rumah dapat dimanfaatkan untuk bertanam sayuran yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Disamping itu, sampah rumah tangga juga bisa diolah menjadi pupuk yang dapat menunjang pertumbuhan sayuran. Dengan demikian, masyarakat dapat menghemat pengeluaran belanja karena sayuran yang dikonsumsi merupakan tanaman pekarangan sendiri. Dari kegiatan tersebut dapat disarankan supaya warga lebih antusias dalam memanfaatkan pekarangan rumahnya menjadi lahan yang menghasilkan, baik untuk konsumsi sendiri atau bahkan dapat dipasarkan.
Biodiversity of Bivalvia Tridacnidae in Marine Conservation Area : Lesson Learned from Abang Island, Kepulauan Riau Province-Indonesia Ramses Ramses; Fauziah Syamsi; Thamrin Thamrin; Nofrizal Nofrizal; Hamdayani Hamdayani; Tengku Said Razai; Rika Kurniawan
ECOTONE Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Riau University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/ecotone.1.1.p.32-40

Abstract

Kima (local name) is known as a giant clam of a group of bivalve mollusca belonging to the Tridacnidae family that live in coral ecosystems zhich are considered as endangered species (CITES: Appendix II). This study aims to determine the biodiversity and ecological index of Tridacna in Abang Island waters, as well as determine the status of its presence in this area. A field survey was conducted on the type, number and distribution of tridacnae at each location by SCUBA equipment dive using the sweept area method on the transect lines. The transect wasplotted at 2-5 m in depth parallel to the shoreline at each observation station with covering observation area as far as 2.5 meters both on the left and 2 right side of the observers. The results showed 5 species of Kima with a total of 75 individuals, namely Tridacna maxima, T. Squamosa, T. crocea, T.derasa and H. hipppus. The densitywas maximal for T.maxima 0.014 individu/M2 folowing by T.squamosa (0.009/M2), T.crocea (0.006/M2), T.derasa (0.003/M2), H.hipppus (0.001/M2). While the relative density were T.maxima (44%), T.squamosa (26.7%), T.crocea (18.7%), T.derasa (8.0%), and H.hipppus (2.7%). The diversity index (H ') was 1.33 with representing a medium diversity category, dominance index (D) equal to 0.70 and Uniformity (E') equal to 0.82. T. maxima, T. squamosal, and T. crocea were found abundantly in the study area while T.derasa and H. hippopus were hard to find and T. gigaswasabsences presumably due to local extinction and functional extinction. Protectionof Tridacna in natural habitats is a must to maintain the ecological function and sustainability of Tridacn awith strict and controlled management.
Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu (Lepidoptera) di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Rossy Arisandi; Fauziah Syamsi
SIMBIOSA Vol 7, No 1 (2018): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v7i1.1315

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman kupu-kupu di Taman Wisata Alam  Muka Kuning Batam. Pengumpulan data menggunakan teknik survey dengan metode scan sampling, studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan interpretasi angka indeks yang berupa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks keseragaman Evennes (E) , indeks kekayaan Margalef (R), indeks Dominansi Simpson (D) dan indeks similaritas Sorenson (S). Dari penelitian ini diperoleh kupu-kupu sebanyak 23 spesies dan terdiri dari tiga famili yaitu famili Papilionidae, Pieridae dan Nymphalidae. Analisis indeks keanekaragaman kupu-kupu di lokasi penelitian tergolong sedang (2,29-2,66), keseragaman jenisnya tergolong hampir merata (0,73-0,85), kekayaan jenisnya tergolong sedang (2,81-3,52) dan tidak terdapat dominansi yang menonjol (0,08-0,12) serta indeks similaritas antara stasiun 1-2, 1-3 tergolong sedang (46,67 dan 50,00) dan indeks similaritas antara stasiun 2-3 tergolong tinggi (66,67). 
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM DI SMPN 35 BATAM Sumiati Sumiati; Fauziah Syamsi; Nurhaty Purnama Sari
SIMBIOSA Vol 4, No 1 (2015): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v4i1.541

Abstract

Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh penggunaan model pembelajaran Round club terhadap hasil belajar siswa kelas VII dalam materi Ekosistem di lingkungan SMP Negeri 35 Batam Tahun Ajaran 2013-2014. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII berjumlah 6 kelas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.5. sebagai kelas eksperimen dan kelas VII.6. sebagai kelas kontrol mengunakan teknik simpel random sampling pada Analisis. Data menggunakan uji validitas, reliabilitas, uji normalitas dan uji hipotesis menggunakan Uji t. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai thitung = 2,91 sedangkan nilai ttabel = 2,00 atau T hit T tab.   Berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan  kesimpulan terdapat pengaruh model pembelajaran Round Club terhadap hasil belajar biologi pokok bahasan Ekosistem di lingkungan siswa kelas VII SMP Negeri 35 Batam.
Karakteristik Morfometrik, Pola Sebaran, Kepadatan dan Kondisi Lingkungan Siput Gongong Strombus canarium Di Perairan Kota Batam Ramses Ramses; Fauziah Syamsi; Notowinarto Notowinarto
SIMBIOSA Vol 7, No 2 (2018): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v7i2.1502

Abstract

Ekologi Siput Gonggong (Strombus canarium Linnaeus, 1758) masih kurang dipahami dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi habitat tetap biota ini sebagian besar tidak dapat dijelaskan. Biota ini sangat digemari masyarakat sebagai menu utama kuliner seafood sehinga menyebabkan tingginya penangkapan di alam. Penelitian ini bertujun untuk menganalisis aspek morfometrik, populasi (tingkat kepadatan dan pola sebaran), faktor-faktor lingkungan (kualitas air, substrat, habitat lamun) biota Siput Gonggong. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi (stasiun) yang menjadi pusat penangkapan Siput Gonggong yang ada di Pulau Jaloh, Teluk Kangkung dan Pulau Terong, Kota Batam. Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengikuti metode transek garis yang ditempatkan secara acak pada 3 titik pengamatan di setiap stasiun. Luas daerah pengamatan pada masing-masing stasium seluas 60 m2. Terdapat perbedaan morfometrik Siput Gonggong Strombus canarium pada tiga lokasi, dimana morfometrik di Pulau Jaloh memiliki ukuran lebih tinggi dari lokasi lainnya pada semua indikator ukuran. Sedangkan di Teluk Kangkung merupakan yang paling kecil untuk semua indikator ukuran. Kepadatan siput Gonggong di Pulau Jaloh  sebesar 3.58 ind/ 60m2, Teluk Kangkung 1.3 ind/60 m2, dan Pulau Terong sebesar 1.4 ind/60 m2 dengan pola sebaran pada semua lokasi mengelompok. Kualitas perairan di masing-masing lokasi pengamatan masih dalam rentang baku mutu kualitas air untuk biota. Dari ketiga lokasi penelitian ini yang dominan ditemukan jenis lamun Enhalus acoroides. Persentase tutupan lamun pada tiga lokasi yaitu Pulau Jaloh sebesar 6.5%, Teluk Kangkung sebesar 8,3%, dan Pulau Terong sebesar 14,98% masih dalam kategori rendah.
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PEMBELAJARAN EKOSISTEM SISWA KELAS VII SMPN 35 BATAM Zulpikar Zulfikar; Dahrul Aman Harahap; Fauziah Syamsi
SIMBIOSA Vol 4, No 2 (2015): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v4i2.648

Abstract

Penelitian yang dilakukan di SMPN 35 Batam bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Advance Organizer pada hasil belajar siswa kelas VII dalam materi Ekosistem. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen memanfaatkan seluruh populasi siswa kelas VII dimana sampel pengamatan kelas VII.6 sebagai kelas kontrol (X1) dan kelas VII.4 sebagai kelas eksperimen (X2) dengan mengambil sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Diperoleh data pengamatan menggunakan instrumen hasil belajar pilihan berganda. Analisis hasil data dilakukan dengan menggunakan teknik statistik inferensial Uji t pada tingkat signifikansi ini α = 0,05 dengan hasil sajian adalah t hitung 4.46 t tabel 1,67. Hasil ini menyatakan bahwa bahwa hipotesis awal (H0) ditolak dan menerima ada beda nyata (Hi) artinya bahwa model pembelajaran menggunakan Advance organizer  menunjukkan beda nyata dalam hasil belajar materi ekosistim.
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM Haryanti Haryanti; Rahmi Rahmi; Fauziah Syamsi
SIMBIOSA Vol 5, No 2 (2016): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v5i2.816

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan hasil biologi belajar siswa kelas VII (tujuh) di MTS Unit Sekolah Baru (USB) Sagulung Batam tahun akademik 2013/2014. Sampel penelitian adalah semua siswa dari siswa kelas VII dengan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi MTs USB, wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang Kriteria kelengkapan Minimum (KKM) yang dikenakan dan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan dan masalah hasil belajar dalam rangka mendukung informasi dalam konsep diri siswa untuk subjek Biologi serta Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data variabel konsep diri, dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Biologi. Uji hipotesis menggunakan pendekatan korelasi sederhana. Berdasarkan penelitian ini nilai korelasi r = 0,246 atau 24,6% sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan positif antara konsep diri dan hasil belajar biologi siswa kelas VII MTs Unit Sekolah Baru Sagulung Batam.
Keanekaragaman Capung (Ordo: Odonata) di Kawasan Hutan Lindung Duriangkang Tanjung Piayu Batam Santiria Simatupang; Fauziah Syamsi; Rahmi Rahmi; Yarsi Efendi
SIMBIOSA Vol 8, No 2 (2019): JURNAL SIMBIOSA
Publisher : Universitas Riau Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33373/sim-bio.v8i2.2139

Abstract

Hutan Lindung Duriangkang merupakan hutan lindung terluas di kota Batam, yang memiliki peranan penting sebagai daerah resapan air dan menjaga persediaan air bersih dalam menunjang kebutuhan masyarakat sekitar. Keberadaan capung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan karena dalam proses perkembangannya capung membutuhkan lingkungan yang baik untuk menunjang setiap fase kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas capung di kawasan hutan lindung Duriangkang, Tanjung Piayu Batam. Pengambilan data dengan menggunakan metode jelajah (visual day flying) di sepanjang jalur pengamatan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 24 jenis capung yang terdiri dari 4 Famili dengan total 429 individu. Indeks Keanekaragaman total sebesar 2,709 yang tergolong sedang. Indeks Kemerataan (E) sebesar 0.852 yang tergolong tinggi. Indeks Kekayaan Jenis sebesar 3.794 yang tergolong sedang, Indeks Dominansi total sebesar 0.090 yang tergolong kategori rendah atau tidak terdapat jenis yang mendominansi. Indeks Kesamaan Jenis yang diperoleh dari perbandingan stasiun 1-2 dan 1-3 tergolong sama (62% dan 63%) dan indeks kesamaan jenis dari stasiun 2-3 tergolong berlainan (36%) sehingga kualitas ekosistem pada kawasan Hutan Lindung Duriangkang tergolong stabil dan merata. Kehadiran capung sangat erat kaitannya dengan keberadaan badan perairan di suatu habitat, lebih menyenangi habitat terbuka dengan vegetasi semak dibandingkan hutan dengan hutan dengan tutupan tajuk yang rapat.