Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Perbandingan antara Visus Hasil Pemeriksaan Refraksi pada Tingkat Pencahayaan Optimal, Rendah, dan Tinggi di Ruang Laboratorium Refraksi Optisi STIKes Dharma Husada Bandung Suparni Suparni; Benita Erma Indriyani
Sehat MasadaJurnal Vol 14 No 2 (2020): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v14i2.150

Abstract

Visual acuity are influenced by several factors such as age, lighting, glare, pupil size, working period, and duration of work. The purpose of the research was to determine the differences in the results of refraction test at each level of lighting in the refraction optic laboratory room of STIKes Bandung Dharma Husada in 2019. The research’s design was descriptive, with measurements visual acuity and visual correction at optimal (300 lux), low (150 lux), and high (750 lux) lighting levels. The sample of this research used accidental sampling technique, first and second grade regular students of Diploma III Refractionist Optician of STIKes Dharma Husada Bandung, amounting to 35 people. Data processing is done automatically, then analyzed univariately to see the distribution of the variables research. The result found a comparison of visual acuity differences at optimal, low and high lighting levels is as much as 27%. Comparison of differences in visual correction at optimal, low and high lighting levels is 25%. The writer recommends lighting in the laboratory to be renewed because the existing lighting is far from the standard for conducting refraction test.
Faktor Risiko Kejadian Presbiopia Dini Nur Hajri Rabbani1; Desi Utami Helisarah; Suparni Suparni; Motris Pamungkas
Sehat MasadaJurnal Vol 15 No 1 (2021): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v15i1.172

Abstract

Faktor risiko paling signifikan untuk presbiopia adalah usia. Namun, ketika gejala presbiopia terjadi lebih awal dari biasanya, itu disebut dengan presbiopia dini. Presbiopi dini adalah berkurangnya kemampuan akomodasi penglihatan jarak dekat mata yang lebih cepat dari perkiraan. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya presbiopia dini. Melakukan kajian literatur untuk mengetahui distribusi usia kejadian presbiopia dini dan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan presbiopia dini. Penelitian ini dilakukan dengan metode study literature yaitu cara yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian. Berdasarkan hasil kajian literatur dari beberapa jurnal dan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran usia penderita presbiopia dini berada pada jarak usia 36-39 tahun. Adapun faktor risiko yang mempengaruhi kejadian presbiopia dini yaitu : jenis kelamin (gender), penggunaan gadget dan aktivitas melihat dekat, kebiasaan merokok dan penggunaan tembakau, dan kelainan refraksi. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya dan juga diharapkan kajian literatur dapat ini menjadi acuan bagi refraksionis optisien dalam menangani pasien yang memiliki keluhan melihat dekat agar tidak ragu dalam memberikan koreksi addisi kepada pasien dengan usia <40 tahun. Diharapkan kajian literatur ini dapat digunakan sebagai prediksi awal dalam penatalaksanaan pemeriksaan mata dasar dilihat dari aktivitas kesehariannya dan pola hidupnya.
Jarak, Durasi, dan Keluhan Kelelahan Mata dalam Penggunaan Gadget Civitas Akademika STIKes Dharma Husada Bandung Tahun 2020 Venada Nasyahtadila; Edi Djunaedi; Suparni Suparni; Dwi Sekar Laras
Sehat MasadaJurnal Vol 16 No 1 (2022): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v16i1.264

Abstract

Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Penggunaan gadget pada masa sekarang sering kali digunakan untuk bermain games, interaksi social media, dan nonton video/film. Membiarkan mata berinteraksi dengan gadget dengan durasi waktu yang lama akan menimbulkan risiko gangguan refraksi miopia, dampak lainnya akan mengalami kelelahan mata, pandangan kabur hingga sakit kepala yang muncul saat menggunakan gadget dengan durasi yang lama, hal inilah yang menyebabkan mata kering (Handrawan, 2014). Untuk mengetahui Durasi Jarak dan Keluhan Kelelahan Mata yang ada pada pengguna gadget, tablet, atau laptop di Civitas Akademika STIKes Dharma Husada Bandung. Melalui pengisian kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 258 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli di Kampus STIKes Dharma Husada Bandung. Total sampel pada penelitian ini sebanyak 258 orang. Pada tabel distribusi Jarak, Durasi, dan Keluhan Kelelahan mata, diperoleh 93 orang (36%) menggunakan Gadget dengan jarak 20cm. sebanyak 138 orang (53%) menggunakan gadget dengan durasi >5 jam/Hari, dan sebanyak 236 orang (93%) mengalami Keluhan kelelahan mata. Pengetahuan penggunaan jarak dan durasi pada Civitas STIKes Dharma Husada Bandung masih kurang sehingga masih banyak yang mengalami keluhan kelelahan mata.
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Penggunaan Styrofoam sebagai Wadah Makanan Meutia Maulida Setiawan; Suparni Suparni; Tri Nurhayati Asih
Sehat MasadaJurnal Vol 16 No 1 (2022): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v16i1.289

Abstract

Styrofoam adalah material dari polytrene kemasan yang umumnya berwarna putih dan kaku yang sering digunakan sebagai kotak pembungkus makanan. Styrofoam dijadikan wadah makanan karena murah, mudah didapat, tidak mudah rusak, tidak perlu dibersihkan, dan dapat langsung dibuang ketika sudah tidak digunakan. Akan tetapi Styrofoam berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Tujuan penulisan literatur review ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan. Metode yang digunakan adalah literatur review dengan mencari sumber informasi melalui database secara online didapatkan sebanyak 271 jurnal dari tiga database kemudian di screening sehingga didapatkan 9 artikel jurnal yang terdiri dari jurnal nasional dan jurnal internasional yang dapat dianalisis sesuai dengan topik yang diangkat. Berdasarkan hasil literatur didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat berhubungan dengan penggunaan Styrofoam sebagai wadah makanan.
Factors Associated With Nurse Preparedness in Handling Covid-19 Patients in The Installation Room Hospital Emergency Department Putri Puspitasari; Alfian Novan Pahlevi; Suparni Suparni
JURNAL KESEHATAN : JURNAL ILMU- ILMU KEPERAWATAN, KEBIDANAN, FARMASI DAN ANALIS KESEHATAN, SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS Vol. 10 No. 1 (2023): Jurnal Kesehatan (April 2023)
Publisher : LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52221/jurkes.v10i1.191

Abstract

Corona virus or known as COVID-19 is a disease outbreak that can be transmitted through the respiratory tract. Based on data in Indonesia until March 25, 2022 positive 5,986,830, recovered 5,676,510, died 154,343 cases. Emergency room nurses are health workers who are at the forefront in handling infectious diseases, nurses have a higher risk of contracting COVID-19, therefore the importance of preparedness for nurses. The purpose of the study was to identify factors related to the preparedness of nurses in handling COVID-19 patients in the emergency room of one of the hospitals in the city of Bandung. This type of research is quantitative with a descriptive correlation design with a cross sectional approach.  The population in this study were nurses in the emergency room. Sample selection using total sampling technique, as many as 30 nurses. Data analysis using the Chai-Square test. The results of the study showed that there was a relationship between knowledge and nurses' preparedness in handling COVID-1 patients with a value of p=0.018, there was a relationship between education and nurses' preparedness in handling COVID-19 patients with a value of p=0.024, there was a relationship between age and nurses' preparedness in handling COVID-19 patients with a value of p=0.005, there was a relationship between length of work with nurses' preparedness in handling COVID-19 patients with a value of p=0.018. The majority of nurses' preparedness falls into the ready category with a frequency of 24 people (80.0%) while the category is not ready with a frequency of 6 people (20.0%).The conclusion in the study of factors related to nurse preparedness in handling COVID-19 patients in the Emergency Room is knowledge, education, age and length of work and nurse preparedness.
Upaya Pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) pada Pekerja Kantoran dengan Olahraga Ayu Susilawati; Suparni Suparni
Sehat MasadaJurnal Vol 17 No 1 (2023): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v17i1.416

Abstract

Latar Belakang: Bekerja merupakan hal mendasar yang dilakukan setiap orang untuk memenuhikebutuhan hidupnya. Dalam kesibukan yang luar biasa manusia di tuntut untuk dapat menjaga kesehatannya, pasalnya dengan derajat kesehatan yang baik segala nikmat hidup akan di peroleh secara maksimal. Penyakit tidak menular terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan yang tidak efektif mengakibatkan kenaikan tekanan, kenaikan gula darah, serta peningkatan lemak darah. Tujuan: tujuan kajian ini yakni upaya pencegahan penyakit khususnya pada pekerja kantoran dianjurkan untuk aktif bergerak atau berolahraga agar kebugarannya tetap terjaga. Metode: Dalam penulisan artikel ini dilakukan dengan cara penelusuran literatur yang dilakukan melalui pencarian di database online, menggunakan database Google Scholar dan ResearchGate. Rentang tahun terbit artikel tahun 2018-2022, artikel yang digunakan dalam penelitian ini berbahasa Indonesia dan Inggris. Terdapat sejumlah 11.050 sumber yang di temukan sesuai dengan kata kunci yang di rumuskan. Setelah sumber tersebut telah di evaluasi terdapat 10 jurnal artikel untuk di review. Diskusi: Pekerja kantoran menghabiskan sebagian besar hari atau waktu mereka dengan duduk di belakang meja kerja mereka. Tingkat perilaku menetap yang tinggi disertai dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular dan kematian dini pada pekerja kantoran. Penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius bagi kalangan masyarakat dewasa karena mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas fisik, merokok, pola makan yang tidak efektif mengakibatkan kenaikan tekanan, kenaikan gula darah, serta peningkatan lemak darah. Olahraga sebagai salah satu faktor terpenting yang dapat melindungi tubuh kita terhadap penyakit tidak menular, menurut beberapa penelitian, pekerja yang rajin melakukan olahraga membantu proses pemulihan kelelahan akibat kerja, serta kelelahan mental dapat diturunkan dengan melakukan olahraga atau aktivitas fisik. Kesimpulan: Pekerja yang rajin melakukan olahraga membantu proses pemulihan kelelahan akibat kerja, serta kelelahan mental. Kondisi fisik merupakan indikator penting kehidupan masyarakat dalam memaksimalkan aktivitas fisik sehari-hari.
EFEKTIFITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Muhammad Ridwan Hidayat; Suparni Suparni; Sri Komalaningsih
Sehat MasadaJurnal Vol 17 No 2 (2023): Sehat Masada Journal
Publisher : stikes dharma husada bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38037/jsm.v17i2.431

Abstract

Pengelolaan limbah, baik limbah cair, limbah padat, maupun limbah gas di rumah sakit memerlukan penanganan yang mengacu kepada peraturan pemerintah, khususnya peraturan yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan, kementrian linkungan hidup, dan kementrian lainnya yang terkait. Pengelolaan limbah dimaksud memerlukan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), ada banyak metode yang bisa digunakan seperti sistem biofilter, lumpur aktif, biomedia, dekomposer hingga lahan basah buatan. Metode tersebut disesuaikan berdasarkan kebutuhan efektifitas sumber parameter yang dihasilkannya. Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui efektifitas IPAL di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Metode yang diggunakan dalam penyusunan literature review dengan cara pencarian online database jurnal sebanyak 12 artikel. Dapat disimpulkan bahwa IPAL dengan sistem Biofilter merupakan paling efektif dalam menurunkan parameter air limbah buangan di Fasyankes. Ini dibuktikan dengan jumlah paling banyak parameter yang diturunkan sampai memenuhi baku mutu, yaitu dengan jumlah 8 parameter. Saran bagi peneliti selanjutnya melakukan efektifitas tidak hanya satu kali pemeriksaan dan dilakukan pada semua parameter sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
HUBUNGAN FAKTOR SANITASI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT DENGAN PEREDARAN KUMAN PATOGEN DI UDARA PENYEBAB INFEKSI DI RS “X” 2022 Sri Komalaningsih; Ganjar Muharam; Santi Deliani; Suparni
Gunung Djati Conference Series Vol. 35 (2023): Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) Tahun 2023
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Health-care Associated Infection (HAIs) atau infeksi nosokomial menurut WHO merupakan infeksi yang didapat pasien selama menjalani prosedur perawatan dan tindakan medis di pelayanan kesehatan setelah  48 jam dan  30 hari setelah keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan. Ruang rawat inap di rumah sakit memberikan kontribusi terbesar terhadap pasien, pengunjung, pekerja medis, pekerja non medis dan lain sebagainya untuk berinteraksi di dalamnya dan memungkinkan terjadinya berbagai macam pencemaran mikroorganisme patogen. Beberapa kuman penyebab infeksi, ditularkan melalui udara (air borne) diantaranya Streptococcus, Stapylococcus. Pseudomonas. Untuk menghindari terjadinya HAIs baik pada petugas, pasien maupun pengunjung rumah sakit, maka kondisi ruangan harus dijaga, terutama kualitas mikrobiologis udaranya. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan angka kuman patogen di udara Ruang Perawatan Rumah Sakit “X” Kota Bandung. Jenis Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Besaran sampel sebanyak 31 sampel ruangan Perawatan. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukan rata rata angka peredaran Kuman di Ruang perawatan 33,7 CFU/m3 terdapat hubungan signifikan suhu dan kelembapan dengan angka peredaran kuman di ruangan perawatan Rumah Sakit X dengan nilai koefisien determinan sebesar 0,210 yang berarti bahwa 21,0% dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan, maka dapat diartikan bahwa setiap kenaikan suhu 1ºC atau kelembapan 1% maka jumlah peredaran kuman ruangan akan mengalami kenaikan. Berdasarkan Permenkes 07 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit batas maksimum angka kuman udara pada ruang operasi adalah 10 CFU / m3. Disarankan Konsistensi secara terus-menerus untuk pemantauan secara rutin sebelum dan sesudah pelaksanaan bongkaran besar bagi ruangan perawatan khususnya untuk suhu dan kelembapan.