Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Literasi Media Internet di Kalangan Mahasiswa Adiarsi, Gracia Rachmi; Stellarosa, Yolanda; Silaban, Martha Warta
Humaniora Vol 6, No 4 (2015): Humaniora
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/humaniora.v6i4.3376

Abstract

This study aims to find out to what extent the Internet users in line with media literacy. According to Indonesia Internet Service Provider Association (APJII) and BPS Statistic Indonesia, it was found that Internet users in Indonesia have grown since three years ago up to 13% or become 71.19 million people until the end of 2013. According to research survey MarkPlus Insight, ?netizen? or Internet users who spend more than three hours per day on Internet. Moreover, they are increasing from 24,2 Million people in 2012 and become 31,7 million people in 2013. This research used qualitative method by gathering the data through Focus Group Discussion (FGD) to private university students who spent for Internet 5 hours per day and less than 5 hours per day. The theory used in this research was media literacy. The result of this research stated that students who accessed the Internet below 5 hours per day were already busy with work and not too intense in using the Internet either via smartphone or a computer. Different findings came up from the students who accessed the Internet over 5 hours per day. Most of the time, they used the Internet for social media and instant messaging (instant messenger) through smartphones. Critical attitude towards the media message depends on the informants? interest toward the information. 
Pelatihan Keterampilan Government Public Relations Melalui Media Management Tools Dalam Membangun Peradilan Kredibel di Lingkungan Mahkamah Agung Andre Ikhsano; Yolanda Stellarosa
Journal of Servite Vol. 2 No. 2 (2020): Journal of Servite
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37535/102002220204

Abstract

Pemahaman berkomunikasi, khususnya bagi tim public relations atau kehumasan di pemerintah sangat diperlukan. Terlebih telah diamanahi melalui Inpres No. 9 tahun 2015. Berbagai macam tantangan yang tinggi akibat adanya pandemic covid 19, Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, massifnya media digital; mengakibatkan masyarakat lebih kritis dan lebih peduli akan haknya, baik hak politik, hak ekonomi, hak sosial, hak budaya sampai pada hak hukum, kecepatan proses hukum, pelayanan hukum dan transparansi serta akuntabilitas produk hukum. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman kehumasan dan keterampilan melakukan hubungan dengan media (media management) yang baik. Hal tersebut diperlukan untuk mendistribusikan data dan informasi sehingga dapat membantu narasi tunggal pemerintah, khususnya membantu menciptakan peradilan yang kredibel. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan kepada para ketua pengadilan, hakim dan tim hubungan masyarakat di lingkungan Mahkamah Agung. Kegiatan yang dilakukan secara virtual ini memberikan hasil yang bagus dan dapat dilanjutkan di kemudian hari dengan peserta yang berbeda atau dengan peserta yang sama namun dengan materi-materi lainnya seperti community relations, public speaking, agenda setting guna mendukung pemahaman dan keterampilan yang sudah didapatkan. Kata kunci: Public Relations, Manajemen Media, Peradilan Kredibel
Pengembangan Keterampilan Komunikasi Melalui Pelatihan Komunikasi Efektif di Sekolah Menengah Kejuruan Yolanda Stellarosa; Andre Ikhsano
Journal of Servite Vol. 3 No. 1 (2021): Journal of Servite
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37535/102003120212

Abstract

Berkomunikasi sering dianggap sesuatu yang simpel, sederhana dan tidak memerlukan suatu keterampilan khusus. Namun berbagai macam masalah komunikasi kerap kali muncul, mulai pada tataran makro di pemerintahan, di korporasi sampai pada level mikro di kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah komunikasi sangat penting untuk dipahami lebih dalam agar pada sisi yang lain terus meningkatkan keterampilan berkomunikasi sehingga proses komunikasi berjalan dengan efektif. Terwujudnya komunikasi yang efektif tentu memerlukan ketrampilan komunikasi, salah satunya adalah untuk karier seseorang di segala bidang pekerjaan. Seseorang diharapkan dapat bekerjasama secara efektif dengan orang lain, menyajikan gagasan secara efektif dan lain sebagainya. Metode yang digunakan dalam kegiatan PKM adalah dengan melakukan penyuluhan dengan pihak mitra dengan peserta dari siswa-siswi sekolah menengah kejuruan. Penyuluhan dilakukan secara virtual di tengah pandemic covid 19 dengan mengedepankan simulasi atau roleplay pasa peserta. Penyuluhan ini menunjukkan adanya antusianisme peserta dan juga peningkatan keterampilan berkomunikasi efektif sehingga dapat disarankan untuk dilanjutkan Kata Kunci: komunikasi efektif, ketrampilan, masalah komunikasi
Influence of Pseudonymous Identity Usage on Instagram on Self-disclosure Nesya Pravitasari Suherman; Dhita Widya Putri; Yolanda Stellarosa
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 6, No 2 (2021): December 2021 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jkiski.v6i2.572

Abstract

One of many social media phenomena, especially on Instagram, is the rising number of accounts with pseudonymous identity, commonly known as Fake Instagram (Finstagram). A private account appears  with a fake username and photo display and small number of followers, with the purpose of being unidentified. The phenomenon starts from the social media standards Instagram trends to social judgements, resulting in users feeling uncomfortable when sharing aside from the implicit standards and trends which are currently happening. From that perspective, this research aims to see whether an influence is present in pseudonymous identity usage on Instagram on self-disclosure. Data of this research is gathered from 100 respondents through questionnaire  using a purposive sampling technique. The result of questionnaire is later researched using a quantitative research method. With the use of simple regression analysis, it is known that pseudonymous identity usage on Instagram (variable X) and self-disclosure (variable Y) have a strong correlations and a significant influence on one another. Based on self-disclosure theory, the result shows that pseudonymous identity usage on Instagram (also known as Finstagram) contributed 43,6% to self-disclosure, whereas the remaining 56,4% is contributed by other factors than pseudonymous identity usage on Instagram.
Restrictions on Some Western Songs: A Counter Hegemony Effort by the West Java Regional Indonesian Broadcasting Commission Andre Ikhsano; Yolanda Stellarosa
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 5, No 2 (2020): December 2020 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/jkiski.v5i2.380

Abstract

Restriction on the broadcasting  of 17 western songs considered full of sexual aspects in the Indonesian province of West Java has given rise to  polemic and criticism. Various reactions, both negative and positive, emerged. Instead of supporting the restriction the Indonesian public appeared to blatantly oppose the policy made by the West Java  Regional Indonesian Broadcasting Commission (KPID). It is interesting to analyze and study this phenomenon more deeply through the great concepts of Gramsci’s counter hegemony.  Of course, a mature and strategic counter hegemony is needed  to counter   western music hegemony in the  country. The study of counter hegemony has not been widely discussed, especially when it comes to the counter of the counter hegemony itself and this can be the novelty of this study. This phenomenon is analyzed through critical perspective by conducting literature study in several online media sites  related to the topic of this research. The results show that the counter hegemony which was not carried out systematically and strategically with regard to  the restrictions on the broadcasting of 17 western songs in the province of West Java did not yield a fruit in the form of  the hegemony’s downfall. The hegemony of western songs remains strong.  The failure of counter hegemony will strengthen the hegemony of  western songs in Indonesia. For its part, it is necessary to have mature planning and strong collaboration  between political society and civil society to make the counter hegemony run well in an attempt to undermine the hegemony.
Woman Image in "Miss Jinjing Belanja Sampai Mati" Book Yolanda Stellarosa
Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 2, No 2 (2017): December 2017 - Jurnal Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.919 KB) | DOI: 10.25008/jkiski.v2i2.108

Abstract

Book of “Miss Jinjing Belanja Sampai Mati” or “Miss Carry Shops to Dies” explains about lifestyle, shopping world and woman leading to the emergence of Miss Jinjing’s icon for the spirit of shopaholic or shopping lovers. This research aims to reveal how Miss Jinjing Belanja Sampai Mati’s text book presents and reflects women image using of simulation imaginary model of Jean Baudrillard, and how the media is used as a means of capitalism legitimacy. This research uses a qualitative method. The research output concludes that women are as consumptive figures, connoisseur, and shopping lover. By having seen on simulation imaginary model of Jean Baudrillard, the form of image starts from representation, ideology, and simulation phases reflected in Miss Jinjing’s text book;  while the simulacra leading to hyperreality happens when the readers are brought into text persuasion. Media’s work in forming the image of consumptive women, shopping lovers and shopaholic is a reflection of capitalism identity. Media presents an excessive reality in its writing on lifestyle and shopping world for women to control and dominate so that women are able to be voluntary and even do in many ways to achieve hyperreality formed by capitalism system. Woman image established in this case, is no longer another thing than as commodity which is expected to be sold out to advertisers.
Preferensi Penonton Terhadap Film Indonesia Muhammad Yaumul Rizky; Yolanda Stellarosa
Communicare : Journal of Communication Studies Vol. 4 No. 1 (2017): Communicare : Journal of Communication Studies
Publisher : Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Institut Bisnis dan Komunikasi LSPR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37535/101004120172

Abstract

Perkembangan perfilman Indonesia dari tahun ke tahun cenderung lambat. Dikabarkan juga bahwa perfilman Indonesia akan redup. Namun saat ini perfilman Indonesia justru semakin berkembang dan mulai diminati. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang preferensi penonton terhadap film Indonesia di Jakarta dilihat dari atribut film seperti genre, karya saduran, pemain, sutradara, sekuel, rumah produksi, latar, dan pemasaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif, kuesioner dibagikan kepada 200 orang responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi penonton terhadap film Indonesia cenderung pada atribut film genre film, preferensi kedua adalah pemasaran, preferensi ketiga adalah sekuel, preferensi keempat adalah karya saduran, preferensi kelima adalah sutradara, preferensi keenam adalah pemain, preferensi ketujuh adalah latar dan preferensi terakhir adalah rumah produksi.
STRATEGI KOMUNIKASI IKATAN WANITA GEMUK INDONESIA SEBAGAI WADAH MOTIVASI WANITA PLUS SIZE Yolanda Stellarosa; Desy Iwanti
Communicology: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 5 No 1 (2017): Communicology: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 5 No 1 Juli 2017
Publisher : DIII Prodi Humas Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/communicology.051.03

Abstract

Media Features beautiful as an ideal body shape which is slim, not fat with a flat stomach. There are various beauty concepts which have been adopted by the mass media which stick in the public's mind. This often leads to acts of discrimination and bullying, which happened to a plus body size woman. Plus size women federation community (KAGUMI) has become a place for self expression and help for women of plus size to increase their confidence. This research aims to determine the communication strategy of Kagumi as a place to motivate and increase self confidence of their members. This research uses qualitative method; interviewees are the founder and members of Kagumi. The data obtained were analyzed using interactive analysis techniques including reduction, data presentation and conclusion. Results of this research show that the community role of Kagumi is a place to motivate through a credible communicator in conveying motivational messages can be quotes, words of wisdom which contain positive values for life, using inspirational stories through social media facebook, television, tabloids and offline activities. Obstacles encountered in the implementation of the communication strategy are self control from members, cyber crime and the spread of the message on a large scale in media which is contrary to the purpose of Kagumi.
Fanatisme Budaya Hypebeast di Kalangan Anak Muda Jakarta Andre Ikhsano; Febri Irawan; Yolanda Stellarosa
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 4, No 2 (2021)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v4i2.124

Abstract

Perkembangan globalisasi yang massif menyebabkan maraknya budaya populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Budaya Populer merupakan salah satu tahapan dari globalisasi. Perkembangan teknologi budaya yang sudah ada turun termurun, sekarang mulai bergeser karena adanya budaya populer berupa hypebeast di kalangan anak muda; sehingga sangat kental dengan consumer society ala Jean Baudrillard berupa mengangungan simbol, status, prestige dari penampilan anak muda ketimbang nilai guna dari barang tersebut. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan dengan pengumpulan data berupa wawancara dengan empat narasumber sebagai data primer. Hasil penelitian menunjukkan, anak muda Jakarta lebih mengkonsumsi tanda atau simbol pada citra suatu brand dan juga lebih mementingkan status sosial daripada nilai guna suatu barang yang sangat relevan dengan pemikiran Jean Baudrillard. Namun, sebagai bentuk novelty, peneliti menemukan bahwa ada unsur investasi yang muncul pada proses konsumsi tanda tersebut, walaupun nilai investasi ini masih kalah dengan kepentingan status.
Instagram sebagai Pembentuk Citra Diri Generasi Milenial Jakarta Clarissa Maureen; Yolanda Stellarosa
Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25008/wartaiski.v4i1.73

Abstract

Berkembangnya media sosial memudahkan masyarakat atau para penggunanya dalam melakukan komunikasi tanpa batas ruang dan waktu. Instagram merupakan salah satu platform yang banyak digunakan oleh generasi milenial saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami penggunaan media sosial Instagram dalam pembentukan citra diri generasi milenial di Jakarta dengan menggunakan  teori interaksi simbolik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara yang dilakukan di Jakarta kepada empat perwakilan generasi milenial sebagai informan utama dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam membentuk citra dirinya di media sosial Instagram, generasi milenial menciptakan simbol-simbol seperti melalui tone warna pada foto-fotonya dan gaya bahasa yang santai sehingga terbentuklah sebuah citra tertentu; bahwa generasi milenial merupakan seorang individu yang unik, percaya diri, kreatif, dan connected di mana mereka mampu berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial.