Mutia Dewi Yuniati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KANDUNGAN SENYAWA PENCEMAR PADA AIR TANAH DANGKAL DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM PASCA TSUNAMI 2004 Mutia Dewi Yuniati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 17, No 2 (2007)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.512 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2007.v17.157

Abstract

Air merupakan sumberdaya alam yang tak tergantikan keberadaannya. Pencemaranair dapat menyebabkan berkurang bahkan hilangnya fungsi air sebagai salah satu sumber kehidupan. Masuknya air laut ke daratan dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran air. Hal ini seperti yang terjadi di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam setelah gempa bumi dan gelombang tsunami melanda daerah tersebut pada tanggal 26 Desember 2004. Penelitian ini dilakukan untuk memantau kualitas air tanah dangkal yang dilakukan dengan cara pengambilan conto-conto air dibeberapa lokasi yang terkena tsunami, kemudian dilakukan analisis kimia dari conto-conto air tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh LIPI pada Juli 2006 dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada Januari 2005 untuk melihat sejauh mana perubahan kualitas air yang terjadi pasca tsunami. Hasil penelitian Kementerian Lingkungan Hidup dan LIPI menunjukkan kandungan senyawa seperti fosfat, sulfida, ammoniak, fenol, COD, DO dan kadmium dihampir seluruh lokasi penelitian yang melebihi ambang batas untuk air minum berdasarkan PP No.82/2001 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, yaitu kandungan fosfat lebih dari 0,2 mg/L, sulfida lebih dari 0,002 mg/L, ammoniak lebih dari 0,15 mg/L, fenol lebih dari 0,001 mg/L, COD lebih dari 10 mg/L, DO kurang dari 6mg/L dan cadmium lebih dari 0,003 mg/L, sedangkan kandungan nitrat umumnya tidak melebihi ambang batas (kurang dari 10 mg/L). Tetapi secara keseluruhan, hasil penelitian yang dilakukan LIPI pada Juli 2006 menunjukkan kandungan senyawa-senyawa tersebut kecuali fosfat telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil penelitian Kementerian Lingkungan Hidup pada Januari 2005.  
Peranan Daun Babadotan (Ageratum conizoides), Nampong (Eupatorium molifolium) Dan Asipatiheur (Lantana camara) Sebagai Bahan Aditif Dalam Amalgamasi Bijih Emas Pada Pertambangan Rakyat Mutia Dewi Yuniati; Eko Tr Sumarnadi Agustinus
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 17, No 2 (2007)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.137 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2007.v17.173

Abstract

Pengetahuan penambang emas tentang penggunaan daun dalam proses amalgamasi bijih emas pada pertambangan rakyat diperoleh secara turun temurun. Walaupun daun telah lama digunakan sebagai bahan aditif dan diyakini dapat meningkatkan perolehan emas dan perak dalam proses amalgamasi, namun hingga kini informasi tentang peranannya masih simpang siur. Guna mengetahui sejauhmana peranan daun sebagai bahan aditif, tiga (3) jenis daun yaitu babadotan (Ageratum conizoides), nampong (Eupatorium molifolium) dan asipatiheur (Lantana camara) diteliti di Laboratorium Kimia Mineral, Pusat Penelitian Geoteknologi - LIPI. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh kejelasan tentang peranan daun tersebut sebagai bahan aditif dalam proses amalgamasi bijih emas. Metoda penelitian dilakukan melalui eksperimentasi laboratorium dengan melibatkan parameter kimia dan fisika. Tahapan penelitian terdiri dari proses ekstraksi daun tersebut menjadi bentuk cairan dengan nisbah antara aquades/daun 1:1 hingga 1:4, serta karakterisasi melalui analisis gas chromatografi dan pengujian konsentrasi keasaman larutan (pH), baik pada kondisi normal maupun dalam lingkungan suasana asam dan basa. Hasil pengujian gas chromatografi menunjukkan bahwa ketiga jenis ekstrak daun tersebut didominasi (> 80 %) oleh asam asetat (C2H4O2). Asam ini termasuk jenis asam lemah, pada kondisi normal mempunyai tingkat keasaman berkisar antara pH (5-6). Pengujian dalam lingkungan suasana asam (pH 4) atau basa (pH 8), asam ini secara signifikan berperan sebagai larutan penyangga (buffer) yang berfungsi sebagai bahan penstabil pH, ditunjukkan oleh grafik fungsi garis lurus mendatar. Tetapi asam ini kurang berperan baik sebagai bahan untuk meningkatkan pH maupun bahan yang berfungsi untuk menjaga agar permukaan logam emas dan perak tetap bersih. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemangku kepentingan (stakeholder) khususnya industri “pertambangan rakyat”.   
BATUAN PEMBAWA EMAS PADA MINERALISASI SULFIDA BERDASARKAN DATA PETROGRAFI DAN KIMIA DAERAH CIHONJE, GUMELAR, BANYUMAS, JAWA TENGAH Sri Indarto; Sudarsono Sudarsono; Iwan Setiawan; Haryadi Permana; Andrie Al Kausar; Anita Yuliyanti; Mutia Dewi Yuniati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3283.316 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2014.v24.88

Abstract

The bearing rocks and hosted rocks of base metals and gold in Indonesia generally occurs in Tertiary age of volcanic rocks. However, base metals and gold mineralizations in Cihonje area, Gumelar, Banyumas that have potential as hosted rocks of base metals and gold are in Tertiary sedimentary rock. Therefore, the rocks need to be investigated by field research for sampling and then laboratory petrographic and chemical analysis for some selected rock samples. The results obtained are calcareous sandstones, silicified and argillitized breccias and mineralized as members of the Rambatan Formation; sandstones as a member of Halang Formation that has weak propylitization and slightly mineralized; andesite basaltic of Kumbang Formation and veins of metal - quartz- adularia - calcite. Alteration and hydrothermal mineralization is caused by the intrusion of basaltic andesite Kumbang Formation that has shape of sill or dyke. From SiO2 vs K2O contents and FeO */MgO versus SiO2, some volcanic rocks samples of Kumbang Formations indicate the composition of basalt and basaltic andesite that are partially in tholeitic series, but generally are calc - alkaline. Members of Rambatan Formations and Lower Halang Formations interpreted as hosted rocks, Kumbang Formations are hosted rock and metal bearing rocks, while veins of metal-quartz-adularia-calcite are the metal bearing rocks. The sulphide minerals consist of pyrite, chalcopyrite, sphalerite, galenas. Gold mineralization and base metal occurred in epithermal–mesothermal and low sulphidation zones.ABSTRAKBatuan pembawa logam dasar dan emas di Indonesia umumnya terdapat pada batuan volkanik berumur Tersier, namun berbeda dengan batuan yang berpotensi sebagai pembawa logam dasar dan emas yang terdapat di daerah Cihonje, Gumelar, Banyumas yang terdapat pada batuan sedimen Tersier. Kondisi ini mendorong untuk dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kenapa keberadaanya pada sedimen Tersier. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian lapangan, pengambilan conto batuan terpilih untuk dilakukan dianalisis petrografi dan kimia batuan. Hasilnya menujukkan bahwa didapatkan batupasir gampingan, breksi tersilisifikasi dan terargilitisasi serta termineralisasi sebagai anggota Formasi Rambatan, batupasir anggota Formasi Halang terpropilitisasi lemah serta sedikit termineralisasi, andesit basaltik Formasi Kumbang dan urat-urat kalsit-adularia-kuarsa-logam. Alterasi dan mineralisasi hidrotermal yang terjadi disebabkan oleh intrusi andesit basaltik Formasi Kumbang berbentuk sill atau dyke. Pada batuan volkanik Formasi Kumbang kandungan SiO2 vs K2O dan FeO*/MgO vs SiO2 menunjukkan komposisi basalt dan andesit basaltik yang sebagian termasuk seri toleitik dan umumnya kapur – alkali. Batuan anggota Formasi Rambatan dan Formasi Halang bawah diinterpretasikan sebagai jebakan (perangkap), batuan Formasi Kumbang sebagai jebakan dan pembawa logam, urat kalsit-adularia-kuarsa-logam adalah pembawa logam. Mineral – mineral sulfida terdiri dari pirit, khalkopirit, sfalerit, galena. Mineralisasi emas dan logam dasar dapat terjadi pada zona epitermal – mesotermal bersulfida rendah.