Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Kesehatan

Efektivitas Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) dalam Menurunkan Kadar BOD5 dan COD Limbah Cair Industri Tahu Difya Rismawati; Imam Thohari; Fitri Rochmalia
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11, No 2 (2020): April 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11219

Abstract

Difya Rismawati Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya; difyarismawati14@gmail.com (koresponden) Imam Thohari Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya Fitri Rochmalia Jurusan Kesehatan Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Surabaya ABSTRACT Pistia stratiotes L. is one of the phytoremediator plants. Pistia stratiotes L. are able to grab the mud using their roots and produce excess nutrients that cause pollution. This absorption occurs because the substance is chelate or phythocelatin which is excreted by the root tissue of apu wood. Pistia stratiotes L. in reducing levels of BOD5 and COD in tofu industry waste. The research method used a type of pre-experimental research with one group pre-post test design. Phytoremediation media of tofu industry water was then treated for 15 days using Kayu apu (Pistia stratiotes L.), that was 14 mg/cm2, 25 mg/cm2 and 35 mg/cm2. The results of the study were analyzed analytically using One Way Anova. The most optimal plant density in reducing levels of BOD5 and COD was the density of 35 mg /cm2 with an effectiveness value of BOD5 of 80.7% equivalent to 41.05 mg /l and COD of 82.02% equivalent to 91.74 mg /l. Industrial owners can use woody plants as phytoremediator agents to reduce levels of BOD5 and COD pollutants. Keywords: density; Pistia stratiotes L.; tofu industry waste ABSTRAK Kayu apu (Pistia stratiotes L.) adalah salah satu tumbuhan fitoremediator Tanaman kayu apu mampu mencengkeram lumpur dengan berkas akarnya dan menyerap kelebihan zat hara yang menyebabkan pencemaran. Penyerapan ini terjadi karena zat khelat atau phythocelatin yang diekskresikan oleh jaringan akar kayu apu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas tanaman kayu apu (Pistia stratiotes L.) dalam menurunkan kadar BOD5 dan COD pada limbah industri tahu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre-experimental dengan rancangan penelitian One Group Pre-Post Test Design. Media fitoremediasi berupa limbah cair industri tahu kemudian dilakukan treatment selama 15 hari menggunakan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes L.) yaitu 14 mg/ cm2, 25 mg/cm2 dan 35 mg/cm2. Hasil penelitian dilakukan analisis data secara analitik menggunakan uji beda (One Way Anova). Kerapatan tanaman yang paling optimal dalam menurunkan kadar BOD5 dan COD yaitu kerapatan 35 mg/cm2 dengan nilai efektivitas BOD5 sebesar 80,7 % setara dengan 41,05 mg/l dan COD sebesar 82,02 % setara dengan 91,74 mg/l. Pemilik industri tahu dapat memanfaatkan tanaman kayu apu sebagai agen fitoremediator untuk menurunkan kadar pencemar BOD5 dan COD. Kata kunci: kerapatan; Pistia stratiotes L.; limbah cair industri tahu
Pengaruh Fitoremediasi Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) Terhadap Penurunan Kadar Fosfat Pada Limbah Laundry Intania Dwi Mayang Sari; Iva Rustanti Eri W; Imam Thohari
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 1 (2021): Januari
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12103

Abstract

Water pollution can be reduced, one of which is using phytoremediation techniques. The purpose of this study was to analyze the phytoremediation ability of water jasmine to reduce phosphate levels in laundry waste. This research was an experimental study with a one group pretest-posttest design. Water jasmine plants consisted of 1 month of age (A), 1-2 months of age (B), and 2 months of age (C). The data that had been obtained, then analyzed by the Anova test. The results showed a decrease in the phosphate levels of laundry waste. Before being treated, the phosphate level was 83.82 mg / l. The highest reduction in phosphate levels was in water jasmine plants aged 2 months, C2 replication. The decreased levels of phosphate were: 79.76 mg / l (95.15%) on day 7, 82.37 mg / l (98.27%) on day 11, and 82.9 mg / l (98,9%) on day 14. The higher the age of water jasmine plants, the greater the ability to reduce phosphate levels of laundry waste. The longer the phytoremediation time, the greater the decrease in phosphate levels. Keywords: laundry liquid waste; water jasmine; phytoremediation ABSTRAK Pencemaran air dapat dikurangi, salah satunya adalah menggunakan teknik fitoremediasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan fitoremediasi tanaman melati air untuk menurunkan kadar fosfat limbah laundry. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan One group Pretest-postest. Tanaman melati air terdiri atas umur 1 bulan (A), umur 1-2 bulan (B), dan umur 2 bulan (C). Data yang telah didapatkan, selanjutnya dianalisis dengan uji Anova. Hasil penelitian menujukkan adanya penurunan kadar fosfat limbah laundry. Sebelum diberi perlakuan, kadar fosfat adalah 83,82 mg/l. Penurunan kadar fosfat tertinggi yaitu pada tanaman melati air berumur 2 bulan, replikasi C2. Penurunan kadar fosfat adalah: 79,76 mg/l (95,15%) pada hari ke-7, 82,37 mg/l (98,27%) pada hari ke-11, dan 82,9 mg/l (98,9%) pada hari ke 14. Semakin tinggi umur tanaman melati air, maka semakin besar kemampuan dalam menurunkan kadar fosfat limbah laundry. Semakin lama waktu fitoremediasi, semakin besar pula penurunan kadar fosfat. Kata kunci: limbah cair laundry; melati air; fitoremediasi
PERBEDAAN KETEBALAN FILTER ARANG AKTIF AMPAS KOPI DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) PADA AIR BERSIH Yuliana Sarasati; Imam Thohari; Bambang Sunarko
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 9, No 4 (2018): Oktober 2018
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.51 KB) | DOI: 10.33846/sf9402

Abstract

Karbon ampas kopi sebagai bahan baku pembuatan arang aktif dapat meminimalisir dampak timbunan ampas kopi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan berbagai ketebalan filter arang aktif ampas kopi dalam menurunkan kadar Fe pada air bersih, menggunakan Pretest-Posttest with Control Group Design, dengan obyek larutan besi dari garam FeCl3 dialirkan ke filter arang aktif ampas kopi berukuran 4060 mesh dengan ketebalan 40 cm, 60 cm dan 80 cm pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak dialirkan dalam filter arang aktif ampas kopi. Arang aktif yang dikarbonisasi pada suhu 500oC selama 20 menit dan diaktivasi dengan HCl 0,5 M selama 48 jam, memiliki kadar air (0,21%), kadar abu (0,11%) dan daya serap terhadap iodium (874,80 mg/g). Filter arang aktif ampas kopi menurunkan Fe awal dari 8,5 mg/l menjadi 6,02 mg/l pada ketebalan 40 cm (efektifitas penurunan 29,18%); 1,21 mg/l pada ketebalan 60 cm (efektifitas penurunan 85,76%); dan 1,04 mg/l pada ketebalan 80 cm (efektifitas peenurunan 87,76%). Diketahui bahwa filter dengan ketebalan 80 cm memberikan pengaruh paling signifikan terhadap rata-rata kadar besi yang dihasilkan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah mutu arang aktif ampas kopi telah memenuhi SNI No. 063730-1995. Ketebalan 80 cm merupakan tingkat ketebalan filter yang paling optimal dalam menurunkan kadar besi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan penelitian seperti penggunaan jenis ampas kopi yang lebih spesifik sebagai bahan pembuatan arang aktif, peningkatan suhu karbonisasi dan konsentrasi aktivator. Kata kunci: Ampas kopi, arang aktif, kadar besi dalam air bersih
Efektifitas Mereduksi Sampah Organik dalam Biopori (Studi di Desa Sekargadung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik Tahun 2018) Ema Restanti; Imam Thohari; Rachmaniyah Rachmaniyah
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 3 (2019): Juli 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf10302

Abstract

Reduction and handling of trash needs to be done on household waste and household-like garbage, namely garbage that comes from the daily activities of households, public facilities and other facilities. One type of waste handling is composting with appropriate technology, namely biopori, so that it can change the characteristics, composition and amount of waste. The purpose of this study is to know the effectiveness of reducing the quantity of organic waste in biopori. This research was an experimental research - One Group Pretest Posttest Design. Data collection was done by direct observation and measurement. The study was carried out by replication in 2 biopore treatments based on soil texture. The number of replications used was 16 sample houses in each biopore treatment. The data obtained were then analyzed using a different test of Paired t Test on the computer program. The results showed that Sekargadung Village had 2 different soil textures, namely sandy clay texture and clayy clay texture. The calculation of the average quantity of organic waste produced was 4.4 kg / house in a week and the compost produced in each biopore was 2.2 kg a week on average. The results of the analysis of the quality of compost produced showed that there was no difference in the quality of compost produced in the biopori in the texture of sandy clay and clay. While the results of the analysis of the effectiveness of reducing the quantity of organic waste in biopore indicate that biopore is effective in reducing the quantity of organic waste in Sekargadung Village, Dukun Subdistrict, Gresik District. It is recommended that biopore be developed in Sekargadung Village as an alternative effort to manage organic waste. The larger the diameter of the biopore, the more organic waste can be managed, and the biopore hole should be given a PVC / pipe layer so as not to slide easily. Keywords: organic waste; biopore; compost ABSTRAK Pengurangan dan penanganan sampah perlu dilakukan terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yaitusampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, fasilitas umum dan fasilitas lainnya. Penanganan sampah jenis ini salah satunya dengan pengomposan dengan teknologi tepat guna yaitu biopori, sehingga dapat merubah karakteristik, komposisi dan jumlah sampah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas mereduksi kuantitas sampah organik dalam biopori. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental-One Group Pretest Posttest Design. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pengukuran langsung. Penelitian dilakukan dengan replikasi pada 2 perlakuan biopori berdasarkan tekstur tanah. Jumlah replikasi yang digunakan sebanyak 16 rumah sampel pada tiap perlakuan biopori. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji beda Paired t Test pada program kompoter. Hasil penelitian menunjukkan Desa Sekargadung mempunyai 2 tekstur tanah yang berbeda, yaitu tekstur liat berpasir dan tekstur lempung berliat. Hasil perhitungan kuantitas rata-rata sampah organik yang dihasilkan adalah 4,4 kg/rumah dalam seminggu da kompos yang dihasilkan pada setiap biopori rata-rata sebanyak 2,2 kg dalam seminggu. Hasil analisis kualitas kompos yang dihasilkan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas kompos yang dihasilkan di dalam biopori pada tekstur tanah liat berpasir dan tanah lempung berliat. Sedangkan hasil analisis efektifitas mereduksi kuantitas sampah organik dalam biopori menunjukkan bahwa biopori efektif dalam mereduksi kuantitas sampah organik di Desa Sekargadung Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik. Disarankan biopori dikembangkan di Desa Sekargadung sebagai upaya alternatif pengelolaan sampah organik. Semakin besar diameter biopori akan semakin banyak sampah organik yang dapat dikelola, dan lubang biopori sebaiknya diberi lapisan pipa PVC/Paralonagar tidak mudah longsor. Kata kunci: sampah organik; biopori; kompos
Faktor yang Berhubungan dengan Angka Kuman Udara di Rumah Sakit Soemitro Surabaya Queeniza Ulya Yonata; Imam Thohari; Marlik Marlik
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11, No 3 (2020): Juli 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11308

Abstract

Microbiological examination of the floor swab in one of the inpatient rooms of Soemitro Air Force Hospital found that the number of microbactery on the floor was 10 colonies. These results indicate that the floor in the inpatient room is indicated to be the growth of microorganisms. The purpose of this study was to determine the factors associated with airborne microbactery counts at Soemitro Air Force Hospital in Surabaya.This research was using analytic observational. The population in this study were all rooms in Soemitro Air Force Hospital totaling 47 rooms and 38 rooms were sampled which were divided into 4 (four) Risk Zones (Low, Medium, High and Very High Risk). Sampling technique was done by Stratified Random Sampling. Data analysis using Pearson Product Moment Test. The results showed the average number of airborne microbacterial in Soemitro Air Force Hospital was 52.8 CFU/m3. The temperature was 30.8oC with a humidity of 61.8%. Lighting averaged 83.6 Lux. The results of the observation of sanitation assessment and space maintenance were 88.8% and 77.7% respectively. The Pearson Product Moment Test states that there was a relationship between temperature, humidity, lighting, room sanitation and room maintenance with airborne germ counts at Soemitro Air Force Hospital. Soemitro Air Force Hospital was expected to carry out proper maintenance and sanitation of space to prevent the growth of microbacterial both in the air and on the surface of objects in the room. Lighting, humidity and temperature in the room needed to be measured regularly (3 months) to determine compliance with quality standards so as to prevent the growth of germs. Keywords: air microbacterial number; hospital ABSTRAK Pemeriksaan mikrobiologi usap lantai di salah satu ruang rawat inap Rumah Sakit TNI AU Soemitro menemukan angka kuman lantai sejumlah 10 jumlah koloni. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lantai di ruang rawat inap terindikasi menjadi pertumbuhan mikroorganisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan angka kuman udara di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ruangan di Rumah Sakit TNI AU Soemitro berjumlah 47 ruang dan diambil sampel sebanyak 38 ruangan yang terbagi menjadi 4 (empat) Zona Risiko (Risiko Rendah, Sedang, Tinggi dan Sangat Tinggi). Tenik pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling. Analisis data menggunakan Uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata angka kuman udara di Rumah Sakit TNI AU Soemitro sejumlah 52,8 CFU/m3. Suhu udara sejumlah 30,8oC dengan kelembaban 61,8%. Pencahayaan rata-rata sebesar 83,6 Lux. Hasil observasi penilaian sanitasi dan pemeliharaan ruang masing sejumlah 88,8% dan 77,7%. Uji Pearson Product Moment menyatakan ada hubungan suhu, kelembaban, pencahayaan, sanitasi ruang dan pemeliharaan ruang dengan angka kuman udara di Rumah Sakit TNI AU Soemitro. Rumah Sakit TNI AU Soemitro diharapkan dapat melakukan pemeliharaan dan sanitasi ruang yang tepat untuk mencegah adanya pertumbuhan kuman baik di udara maupun di permukaan benda-benda di ruangan. Pencahayaan, kelembaban dan suhu di dalam ruangan perlu diukur secara berkala (3 bulan sekali) untuk mengetahui kesesuaian dengan baku mutu sehingga dapat mencegah pertumbuhan kuman Kata kunci: angka kuman udara; rumah sakit.
Kondisi Fisik Rumah, Perilaku Keluarga dan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Sahra Faradillah; Imam Thohari; Darjati Darjati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 3 (2022): Juli 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i3.1671

Abstract

Data from Bangkalan Health Center in 2020 showed high cases of pulmonary tuberculosis. The purpose of this study was to analyze the relationship between the physical condition of the house and family behavior with the incidence of pulmonary tuberculosis in the work area of the Bangkalan Health Center. This study applied a case-control design. Data collection was done by interview, observation and measurement. The data obtained were analyzed using the Chi Square test. The results showed that there was a relationship between the physical condition of the house (p = 0.025), floor (p = 0.003), ventilation (p = 0.019), lighting (p = 0.023), and humidity (p = 0.044) with the incidence of pulmonary tuberculosis. Meanwhile, there was no relationship between walls (p = 0.138), occupancy density (p = 0.192), knowledge (p = 0.568), attitudes (p = 0.096), and actions (p = 0.839) with the incidence of pulmonary tuberculosis. Based on the results of the study, the community should improve the condition of the home environment according to standards and apply clean and healthy living behavior.Keywords: pulmonary tuberculosis; the physical condition of the house; family behavior ABSTRAK Data dari Puskesmas Bangkalan pada tahun 2020 menunjukkan tingginya kasus tubekulosis paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kondisi fisik rumah dan perilaku keluarga dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Bangkalan. Penelitian ini menerapkan desain case-control. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pengukuran. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kondisi fisik rumah (p = 0,025), lantai (p = 0,003), ventilasi (p = 0,019), pencahayaan (p = 0,023), dan kelembaban (p = 0,044) dengan kejadian tuberkulosis paru. Sementara itu, tidak ada hubungan antara dinding (p = 0,138), kepadatan hunian (p = 0,192), pengetahuan (p = 0,568), sikap (p = 0,096), dan tindakan (p = 0,839) dengan kejadian tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya masyarakat melakukan perbaikan kondisi lingkungan rumah sesuai standar dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.Kata kunci: tuberkulosis paru; kondisi fisik rumah; perilaku keluarga
Faktor Lingkungan dan Perilaku Orangtua terhadap Penyakit Diare pada Balita di Desa Wonoayu, Sidoarjo Demes Nurmayanti; Tiara Sandriana; Iva Rustanti; Imam Thohari; Narwati Narwati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14, No 2 (2023): April 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v14i2.2894

Abstract

Diarrhea is an environment-based disease that is still a problem in society, especially in toddlers. In Wonoayu Village, Sidoarjo there were 66 cases of diarrhea in toddlers. The purpose of this study was to analyze the influence of environmental factors and parental behavior on the incidence of diarrheal disease in toddlers in Wonoayu Village, Sidoarjo Regency. The design of this study was case-control, which was applied to a sample of 66 respondents, which included 33 respondents for the case group and 33 respondents for the control group. The data were obtained by filling out a questionnaire, then analyzed descriptively in the form of frequency and proportion, then followed by the Chi-squalre test. The results showed that the p-value for each factor was 0.001 for clean water supply facilities, 0.002 for human waste disposal facilities, 0.002 for garbage disposal facilities, 0.002 for waste disposal facilities, and 0.003 for parental behavior. It was concluded that the factors that influence the incidence of diarrhea in toddlers in Wonoayu Village, Sidoarjo Regency are clean water supply facilities, human waste disposal facilities, garbage disposal facilities, waste disposal facilities, and parental behavior.Keywords: diarrhea; toddler; clean water, human waste, garbage, waste, old people's behavior ABSTRAK Diare adalah penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi masalah di masyarakat, terutama pada balita. Di Desa Wonoayu, Sidoarjo terdapat 66 kasus diare pada balita. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor lingkungan dan perilaku orangtua terhadap kejadian penyakit diare balita di Desa Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Rancangan penelitian ini adlah case-control, yang diterapkan pada sampel sebesar 66 responden, yang  meliputi 33 responden untuk kelompok kasus dan 33 responden untuk kelompok kontrol. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner, lalu dianalisis secara deskriptif berupa frekuensi dan proporsi, lalu dilanjutkan dengan uji Chi-squalre. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p untuk masing-masing faktor adalah 0,001 untuk sarana penyediaan air bersih, 0,002 untuk sarana pembuangan kotoran manusia, 0,002 untuk sarana pembuangan sampah, 0,002 untuk sarana pembuangan limbah, dan 0,003 untuk perilaku orang tua. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Desa Wonoayu Kabupaten Sidoarjo adalah sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan limbah, dan perilaku orang tua.Kata kunci: diare; balita; air bersih, kotoran manusia, sampah, limbah, perilaku orang tua