Jenita Laurensia Saranga'
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Proses Perjuangan Hidup Menjadi Seorang Difabel Akibat Bencana Palu dalam Mencapai Resiliensi Wirmando Wirmando; Yuliana Tola'ba; Jenita Laurensia Saranga'
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13 (2022): Nomor Khusus Januari 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13nk139

Abstract

A case of being disabled from birth is a different matter from a case of being disabled as an adult. There are many difficulties, challenges and adjustments that must be passed, and it is not an easy thing to be able to bounce back, adapt and accept the situation. The purpose of this study is to explore the process of living with a disability caused by the disasters in Palu and Sigi (2018) in achieving resilience. This research was a narrative qualitative research presented in the form of story telling. This research was conducted on 5 victims of the Palu and Sigi disasters who became disabled and had achieved resilience based on the resilience scale. The data collection process was carried out using an in-depth interview technique and recorded using a voice recorder. The process of data analysis carried out was to make generalizations and interpret the stories of the struggles and life journeys of participants in achieving resilience, then conclude them. The results showed that the participants' life struggle process in achieving resilience was passed based on four phases, namely depression phase, self-acceptance phase, adaptation phase and resilience phase. While the determining factors in achieving participant resilience were derived from individual factors and social factors. Therefore, it is important for families and health workers to understand the process of a person becoming disabled due to a disaster in achieving resilience and support and intervention are needed at every phase so that a person with a disability can go through these phases to achieve resilience.Keywords: disabled; natural disasters; resilienceABSTRAK Sebuah kasus menjadi difabel sejak lahir merupakan hal yang berbeda dengan kasus menjadi difabel setelah dewasa. Banyak kesulitan, tantangan dan penyesuaian yang harus dilalui, serta bukanlah hal yang mudah untuk dapat bangkit kembali, beradaptasi dan menerima keadaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi proses perjuangan hidup menjadi seorang difabel yang diakibatkan oleh bencana di Palu dan Sigi (2018) dalam mencapai resiliensi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naratif yang disajikan dalam bentuk story telling. Penelitian ini dilakukan pada 5 orang korban bencana Palu dan Sigi yang menjadi difabel dan telah mencapai resiliensi berdasarkan the resilience scale. Proses pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik indepth interview dan direkam menggunakan voice recorder. Proses analisis data yang dilakukan adalah membuat generalisasi dan menafsirkan cerita perjuangan dan perjalanan hidup partisipan dalam mencapai resiliensi, lalu menyimpulkannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perjuangan hidup partisipan dalam mencapai resiliensi dilalui berdasarkan empat fase yaitu fase deperesi, fase penerimaan diri, fase adaptasi dan fase resiliensi. Sedangkan faktor penentu dalam mencapai resiliensi partisipan yaitu berasal dari faktor individu dan faktor sosial. Oleh sebab itu, penting bagi keluarga dan tenaga kesehatan untuk memahami proses seseorang menjadi difabel akibat bencana dalam mencapai resiliensi dan dibutuhkan dukungan serta intervensi pada setiap fase agar seorang difabel dapat melalui fase-fase tersebut hingga mencapai sebuah resiliensi.Kata kunci: difabel; bencana alam; resiliensi
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 Jenita Laurensia Saranga'; Siprianus Abdu; Dhanty Jovica Dangeubun; Dian Novita Sari
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i1.1755

Abstract

The impact that occurred during the Covid-19 pandemic was a change in people's behavior who tried to implement the Covid-19 prevention protocol, namely wearing masks, washing hands and keeping a distance. The purpose of this study was to determine the factors associated with Covid-19 prevention behavior. The design of this study was cross-sectional. The research subjects were 100 people from RW 05, Kapasa Village, Makassar, which were selected using a consecutive sampling technique. Data were collected through filling out a questionnaire and then analyzed using the Chi-square test. Based on the results of the analysis, the largest proportion according to factors were: age was adult (75%), gender was female (61%), education was secondary (47%), knowledge was good (59%), and preventive behavior was good (78%). The p-values for each factor of preventive behavior were: age = 0.026, gender = 0.968, education = 0.001, and knowledge = 0.000. Thus, it can be concluded that the factors related to Covid-19 prevention behavior are age, education and knowledge.Keywords: Covid-19; preventive behavior; age; education; knowledge ABSTRAK Dampak yang terjadi selama pandemi Covid-19 adalah perubahan perilaku masyarakat yang berusaha menerapkan protokol pencegahan Covid-19 yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan Covid-19. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional. Subyek penelitian adalah 100 masyarakat RW 05, Kelurahan Kapasa, Makassar, yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner lalu dianalisis menggunakan uji Chi-square. Berdasarkan hasil analisis, proporsi paling besar menurut faktor-faktor adalah: usia adalah dewasa (75%), jenis kelamin adalah perempuan (61%), pendidikan adalah menengah (47%), pengetahuan adalah baik (59%), dan perilaku pencegahan adalah baik (78%). Nilai p untuk masing-masing faktor dari perilaku pencegahan adalah: usia = 0,026, jenis kelamin = 0,968, pendidikan = 0,001, dan pengetahuan = 0,000. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan Covid-19 adalah usia, pendidikan dan pengetahuan.Kata kunci: Covid-19; perilaku pencegahan; usia; pendidikan; pengetahuan
DAMPAK PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN Siprianus Abdu; Jenita Laurensia Saranga'; Venny Sulu; Rista Wahyuni
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 4 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.667 KB) | DOI: 10.52774/jkfn.v4i1.59

Abstract

Pada masa pandemi Covid-19 ini, penggunaan gadget di kalangan mahasiswa sudah menjadi sesuatu yang lumrah hal ini disebabkan karena hampir semua aktivitas akademik dilakukan melalui internet. Frekuensi penggunaan gadget yang tinggi tidak tanpa masalah. Ada banyak persoalan yang menimpa pengguna jika pemakaiannnya berlebihan misalnya gangguan ketajaman penglihatan. Sehingga dibutuhkan pemahaman yang benar tentang penggunaan gadget. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak penggunaan gadget terhadap penurunan ketajaman penglihatan. Jenis penelitian adalah kuantitatif observasional analitik dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian adalah mahasiswa, pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan pendekatan accidental sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel independen penggunaan gadget adalah kuesioner sedangkan variabel dependen ketajaman penglihatan menggunakan snellen chart. Pengumpulan data memperhatikan etika penelitian seperti informed consent, anonimity dan confidentiality. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.0. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan menggunakan tingkat signifikansi ?=0,05. Hasil uji statistik chi square diperoleh p value untuk mata kanan dan mata kiri masing-masing pkanan = 0,647 dan pkiri = 0,462, sehingga p value < 0,05 artinyanya bahwa penggunaan gadget tidak berdampak signifikan terhadap penurunan ketajaman penglihatan baik pada mata kanan maupun mata kiri
Hubungan Antara Perilaku Bullying Dengan Efikasi Diri Pada Remaja Jenita Laurensia Saranga'; Siprianus Abdu; Agustina Lorensia Marampa; Asnia Mangalla
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.48 KB) | DOI: 10.52774/jkfn.v4i2.69

Abstract

Bullying sudah menjadi masalah global yang kerap dijumpai dan dihadapi banyak orang khususnya remaja, baik sebagai pelaku bullying maupun korban dari perilaku bullying. Bullying adalah suatu bentuk perilaku agresif yang terjadi berulang kali dengan cara menyakiti fisik maupun mental yang dilakukan oleh anak ataupun sekelompok anak terhadap anak yang lain. Kejadian bullying yang dihadapi remaja dapat berdampak pada efikasi diri remaja. Efikasi diri merupakan kemampuan seseorang atau individu dalam menyelesaikan tugas atau masalah sehingga dapat mencapai tujuan dalam mengatasi hambatan yang dialami. Remaja dengan efikasi diri yang tinggi memiliki kepercayaan dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan kontrol kinerja yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara perilaku bullying dengan efikasi diri remaja di SMA Negeri 1 Tana Toraja. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan  cross sectional study. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 200 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 dengan tingkat kemaknaan a = 0,05. Hal ini menunjukkan  p < a, artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan efikasi diri remaja di SMA Negeri 1 Tana Toraja. Dengan demikian semakin tinggi perilaku bullying maka semakin rendah efikasi diri remaja ataupun sebaliknya.
Analisis Faktor Determinan Perilaku Pencegahan Covid-19 Di Kelurahan Kapasa Makassar Siprianus Abdu; Jenita Laurensia Saranga'; Dhanty Jovica Dangeubun; Dian Novita Sari
Jurnal Keperawatan Florence Nightingale Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.131 KB) | DOI: 10.52774/jkfn.v4i2.71

Abstract

Perilaku preventif yang diharapkan selama masa pandemi covid-19 ini adalah penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dan ini sudah menjadi kebiasaan baru (new normal). Penyebaran covid-19 perlu diakhiri sebab berdampak pada hampir seluruh sendi kehidupan, namun di sisi lain masyarakat kita kurang patuh menerapkan protokol kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan covid-19. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan crossectional study. Teknik sampling menggunakan metode nonprobability sampling dengan pendekatan Consecutive Sampling dengan jumlah sampel 100 orang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang selanjutnya diolah menggunakan SPSS versi 24 dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasilnya adalah kategori usia terbanyak dewasa 75%, kategori jenis kelamin terbanyak perempuan 61%, kategori tingkat pendidikan terbanyak adalah pendidikan menengah 47%, kategori pengetahuan terbanyak baik 59%, dan kategori perilaku pencegahan covid-19 terbanyak baik 78%. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p untuk masing-masing hubungan variabel adalah usia (0,026), jenis kelamin (0,968), pendidikan (0,001) dan pengetahuan (0,000) dengan tingkat signifikansi a = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk usia, pendidikan dan pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan Covid-19 artinya orang yang dewasa, tingkat pendidikannya tinggi dan pengetahuan baik memiliki perilaku pencegahan covid-19 yang baik. Namun untuk jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pencegahan Covid-19, artinya seorang yang berjenis kelamin perempuan bisa saja memiliki perilaku pencegahan covid-19 yang kurang baik. Sehingga perlu kedewasaan, peningkatan kualifikasi pendidikan dan pengetahuan yang baik agar memiliki perilaku pencegahan covid-19 yang baik pula.
MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR MELALUI EDUKASI DAN SIMULASI MENGGUNAKAN TABLETOP DISASSTER EXERCISE Wirmando Wirmando; Fitriyanti Patarru&#039;; Jenita Laurensia Saranga&#039;
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 3 (2022): Juni
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.079 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v6i3.8244

Abstract

Abstrak: Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana banjir yang sangat berisiko mengakibatkan kerugian materi hingga korban jiwa. Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction atau mitigasi dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika terjadi bencana banjir. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir melalui edukasi dan simulasi menggunakan Tabletop Disaster Exercise (TDE). Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Batua Makassar dengan jumlah peserta 30 masyarakat di RW 10, Kel Batua, Kec Manggala Makassar. Kegiatan yang dilakukan yaitu edukasi berupa penyuluan kesehatan tentang bencana banjir dan simulasi bencana banjir menggunakan table top disaster. Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan ini, maka tim membagikan angket untuk menilai kesiapsiagaan perserta terhadap bencana banjir. Kegiatan ini terlaksana dengan baik dan lancar serta telah terjadi peningkatan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat yaitu 30 (100%) peserta berada dalam kategori baik dalam menghadapi bencana banjir sehingga diharapkan masyarakat dapat meminimalisir dampak dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir.Abstract: Indonesia is one of the countries that are prone to flood disasters that are very risky to cause material losses to fatalities. Based on observations so far, we do more post-disaster activities (post events) in the form of emergency response and recovery than activities before disasters in the form of disaster reduction or mitigation and disaster preparedness. In fact, if we have more attention to activities before the disaster, we can reduce the potential danger / loss (damages) that may arise when a flood disaster occurs. The purpose of this activity is to increase knowledge and preparedness in the face of flood disasters through education and simulation using Tabletop Disaster Exercise (TDE). This activity was held in the working area of the “Puskesmas” Batua Makassar with a total of 30 participants in RW 10, District Manggala, Makassar City. The activities carried out are education in the form of health counseling about flood disasters and simulation of flood disasters using table top disasters. To evaluate the success of this activity, the team distributed questionnaires to assess the preparedness of participants for flood disasters. This activity is carried out well and smoothly and there has been an increase in public knowledge and preparedness, namely 30 (100%) participants are in the good category in dealing with flood disasters so that it is hoped that the community can minimize the impact and losses caused by flood disasters.
The Effectiveness of Ergonomic Gymnastics Against Changes in Uric Acid Levels Jenita Laurensia Saranga'; Elmiana Bongga Linggi; Meyske Alvionita Menggasa; Peni Suddin
Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Vol 12 No 03 (2022): Issue Management: Vol 12 No 03 (2022): Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia
Publisher : STIKIM Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.701 KB) | DOI: 10.33221/jiiki.v12i03.2030

Abstract

Background: Uric acid is the end product of purine metabolism, where purines are one of the components of nucleic acids found in the nucleus of body cells. Gout attacks the joints of the body and generally attacks the joints of the fingers, heels, toes, elbows, knees, and wrists. One of the treatments for high uric acid levels in the body is ergonomic exercise. Objectives: The purpose of this study was to analyze the effectiveness of ergonomic exercise on changes in uric acid levels in the community. Methods: The type of research used is Pre-Experimental with One Group Pre-Post Test Design. Sampling using the Non Probability Sampling method with the Consecutive Sampling technique with a sample of 30 respondents. This study provides an intervention for patients with gout arthritis in the form of ergonomic exercise. The implementation of the intervention begins with a Pre-Test (measurement of uric acid levels), then giving an ergonomic exercise intervention for 4 weeks (1x a week with a duration of 30 minutes), then a Post-Test (measurement of uric acid levels) is carried out. The instrument used is a multi-check uric acid measuring instrument, SOP for the implementation of ergonomic exercises, and implementation observation sheets. Results: The results of the study were that the majority of the majority age was in the late adult category (36-45 years), the majority sex was in the female sex category of 19 respondents (63.3%), and uric acid levels before being given ergonomic exercise intervention were the majority in the high category. by 28 respondents (93.3%). while the uric acid levels after the ergonomic exercise intervention were mostly in the normal category of 25 respondents (83.3%). The results of the Wilcoxon test analysis were obtained (p = 0.000 = 0.05) where ergonomic exercise was effective in reducing uric acid levels. Conclusion: The results of this study indicate that there is a significant effect of ergonomic exercise on reducing people's uric acid levels, so the researchers recommend to the community, especially gout arthritis sufferers, to make ergonomic exercise interventions one of the intervention options that can be done independently, practically and efficiently in reducing levels. gout and the need for attention to the regulation of a healthy lifestyle to prevent more severe complications in the future.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) Jenita Laurensia Saranga; Elmiana Bongga Linggi; Krisogonus Zeth Teturan; Paetrick Pieter Simson De Fretes
Nursing Care and Health Technology Journal (NCHAT) Vol. 2 No. 2 (2022): NCHAT July - December period
Publisher : Progres Ilmiah Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56742/nchat.v2i2.52

Abstract

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari daur kehidupan manusia, sehingga penuaan merupakan suatu proses alamiah yang  tidak dapat dicegah dan merupakan hal wajar dialami oleh orang yang dikarunia umur panjang. Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung anggota-anggotanya dan ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan proses adaptasi.   Tujuan penelitian ini menganilisis hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Puskemas Jongaya. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2022. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan rancangan Cross-Sectional Study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Non-Propability Sampling dengan pendekatan Consecutive Sampling  dengan jumlah sampel 36 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kemandirian lansia. Hasil penelitian adalah distribusi frekuensi dari kemandirian lansia mayoritas berada pada kategori mandiri sebesar 29 responden (80.6%) sementara minoritas berada pada kategori ketergantungan ringan sebesar 7% responden (19.%). Hasil uji Chi-Square disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari (p = 0.000 < ? = 0.05), maka dari itu hendaknya keluarga selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada lansia kerana dukungan dan perhatian dari keluarga akan menigkatkan kemandirian lansia dalam memenuhi kebutuhan aktivitasnya.  
THE EFFECTIVENESS OF VIEWING A BALLOON-BLOWING VIDEO IN INCREASING THE PEAK EXPIRATORY FLOW AMONG ASTHMA PATIENTS AT THE MAKASSAR LUNG HEALTH CENTER Serlina Sandi; Jenita Laurensia Saranga; Erpin Randa; Sintike Sintike
Nursing Current: Jurnal Keperawatan Vol 10, No 2 (2022): December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/nc.v10i2.6251

Abstract

Asthma is one of the deadliest diseases in Indonesia of which the prevalence continues to increase and influence the country’s economic burden. Appropriate intervention is needed to prevent recurrence. This study aims to analyse the effectiveness of Balloon Blowing (BB) video instruction on the Peak Expiratory Flow (PEF) of asthmatic patients at the Makassar Lung Health Centre. This research was done quantitatively using a quasi-experimental design approach, as well as using one pre- and post-test group, namely the Balloon Blowing Group. The sampling technique was Consecutive Sampling with a total of 22 samples that met the inclusion criteria. Before conducting the Balloon Blowing exercise, the researchers measured the Peak Expiratory Flow value using a Peak Flow Meter (PFM). Balloon Blowing intervention was then given five times a week for two weeks according to the video guidelines. Data analysis using the Wilcoxon test showed that there was a significant difference in the Peak Expiratory Flow value before and after the Balloon Blowing intervention (ρ =0.000, ρ <0.05). Thus, the Balloon Blowing exercise is effective in increasing the Peak Expiratory Flow value in asthmatic patients.
Efektivitas Acceptance and Commitment Therapy Terhadap Resiliensi Korban Bencana Alam yang Mengalami Kecacatan Fisik Wirmando Wirmando; Alfrida Alfrida; Jenita Laurensia Saranga'; Anita Sampe; Asrijal Bakri; Yulta Kadang
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 8 No 3 (2022): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol8.Iss3.1344

Abstract

Being physically disabled due to a natural disaster is a traumatic experience in a person's life that can make a person feel slumped and helpless in his life. It takes a psychotherapeutic intervention such as Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to foster resilience of victims of natural disasters who have physical disabilities in order to be able to bounce back, be productive, and be able to play their role again in society. The purpose of this study was to analyze the effect of ACT therapy on increasing the resilience of victims of natural disasters in Sigi who experienced physical disabilities. The research method used is quasy experiment with a one group pre-post test approach. The number of samples in this study was 22 respondents collected using purposive sampling techniques. This research was conducted in August-September 2022 in Sigi Regency, Central Sulawesi Province. The statistical test used is the Wilcoxon test. The results of this study showed that there was an effect of ACT therapy on increasing respondents' resilience (p=0000). In addition, this study showed that after being given ACT therapy, most respondents' resilience was in the high category (59%). This study indicates that a person who experiences a traumatic event such as a physical disability due to a natural disaster will face a difficult time in life, psychological vulnerability and the ability to cultivate low resilience. Therefore, it is important for health providers to pay attention to psychological aspects, as well as provide psychotherapeutic interventions such as ACT to victims of natural disasters, especially those who experience physical disabilities in the rehabilitative phase so that they can accept themselves, be committed, productive, and return to play their role in society