Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH

Penelitian Proses Finishing Dengan Natrium Thiosulfat Pada Produk Kerajinan Kuningan Dwi Suheryanto; Sarno Sarno; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v15i1.1047

Abstract

Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.Proses penghitaman (pewarnaan) produk kerajinan kuningan adalah merupakan hasil dari persenyawaan antara logam kuningan dengan senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman tersebut.Senyawa kimia yang digunakan pada proses penghitaman adalah merupakan suatu formula yang mengandung unsur sulfid yaitu natrium thiosulfat (NA2S2O3, 5H1O). Pada pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa variasi konsentrasi natrium thiosulfat yaitu 3 g/1,4 g/1 dan 5 g/1, pada temperatur 60oC dengan variasi waktu 10, 15 dan 20 menit.Hasil pengujian ketahanan warna dan ketuaan warna menunjukkan bahwa penghitaman pada konsentrasi 5 g/1 natrium thiosilfat dengan waktu 10 menit akan memberikan hasil yang relatif baik.
Unggulan Proses Pengelantangan dan Pewarnaan Akar Keladi Air untuk Bahan Baku Barang Kerajinan Sulaeman Sulaeman; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i16.1064

Abstract

Percobaan proses pengelantangan dan pewarnaan akar keladi air (Caladium aquatile) dilakukan secara laboratoris untuk memperoleh bahan baku yang dapat mendukung mutu barang kerajinan.Pengelantangan menggunakan larutan hidrogen peroksida dilakukan dengan cara perendaman pada suhu kamar selama 48 jam dan pada suhu 85°C selama 1 jam. Konsentrasi larutan H2O2 divariasi 5, 10, 15, 20 dan 25 cc/l. pewarnaan pada akar keladi air yang telah dikelantang dilakukan dengan menggunakan zat warna direk, basis dan reaktif. Terhadap contoh uji dilakukan pengujian derajat putih dan kecerahan warna secara visual serta pengujian ketahanan luntur warna terhadap sinar.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengelantangan menggunakna larutan hidrogen peroksida 15cc/l cara dingin maupun cara panas menghasilkan derajat putih yang paling baik. Kecerahan hasil pewarnaan yang paling baik diperoleh pada akar keladi air hasil pengelantangan cara dingin menggunakan larutan hidrogen peroksida 15 cc/l atau cara panas menggunakn larutan hidrogen peroksida 20cc/l.Percobaan proses pengelantangan dan pewarnaan akar keladi air (Caladium aquatile) dilakukan secara laboratoris untuk memperoleh bahan baku yang dapat mendukung mutu barang kerajinan.Pengelantangan menggunakan larutan hidrogen peroksida dilakukan dengan cara perendaman pada suhu kamar selama 48 jam dan pada suhu 85°C selama 1 jam. Konsentrasi larutan H2O2 divariasi 5, 10, 15, 20 dan 25 cc/l. pewarnaan pada akar keladi air yang telah dikelantang dilakukan dengan menggunakan zat warna direk, basis dan reaktif. Terhadap contoh uji dilakukan pengujian derajat putih dan kecerahan warna secara visual serta pengujian ketahanan luntur warna terhadap sinar.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengelantangan menggunakna larutan hidrogen peroksida 15cc/l cara dingin maupun cara panas menghasilkan derajat putih yang paling baik. Kecerahan hasil pewarnaan yang paling baik diperoleh pada akar keladi air hasil pengelantangan cara dingin menggunakan larutan hidrogen peroksida 15 cc/l atau cara panas menggunakn larutan hidrogen peroksida 20cc/l.
Optimalisasi Penggunaan Zat Pereduksi Dan Waktu Fiksasi Pada Pembuatan Batik Etsa Dengan Bahan Baku Rayon Viskosa Tien Suhartini; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i18.1090

Abstract

Pembatikan etsa memungkinkan menghasilkan produk yang lebih efisien dan murah karena proses pelekatan lilin yang pertama sesuai dengan desain motif, diganti dengan pencapan etsa putih. Pembuatan batik etsa pada kain rayon viskosa (shantung) belum lazim dilakukan karena serat rayon viskosa mempunyai derajat polimerisasi jauh lebih rendah dari pada serat kapas sehingga daya tahan serat rayon secara fisika kimia lebih rendah dari serat kapas. Unruk membuat batik etsa pada bahan rayon viskosa dengan proses cabut warna tanpa merusak kainnya, dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi zat pereduksi dan waktu fiksasinya dengan cara pengukusan (steam). Hasil percobaan diuji derajat putih dan kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapan pasta cap etsa putih dengan konsentrasi 50 g/kg zat pereduksi dan waktu fiksasi selama 12 menit pada suhu pengukusan 100°C mendapatkan hasil yang sempurna dengan nilai derajat putih 75,83 dan kekuatan tarik arah lusi 9,37 kg/m2. Kekuatan tarik arah pakan 7,49 kg/m2 memenuhi syarat mutu batik rayon.Pembatikan etsa memungkinkan menghasilkan produk yang lebih efisien dan murah karena proses pelekatan lilin yang pertama sesuai dengan desain motif, diganti dengan pencapan etsa putih. Pembuatan batik etsa pada kain rayon viskosa (shantung) belum lazim dilakukan karena serat rayon viskosa mempunyai derajat polimerisasi jauh lebih rendah dari pada serat kapas sehingga daya tahan serat rayon secara fisika kimia lebih rendah dari serat kapas. Unruk membuat batik etsa pada bahan rayon viskosa dengan proses cabut warna tanpa merusak kainnya, dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi zat pereduksi dan waktu fiksasinya dengan cara pengukusan (steam). Hasil percobaan diuji derajat putih dan kekuatan tarik kain ke arah lusi dan pakan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapan pasta cap etsa putih dengan konsentrasi 50 g/kg zat pereduksi dan waktu fiksasi selama 12 menit pada suhu pengukusan 100°C mendapatkan hasil yang sempurna dengan nilai derajat putih 75,83 dan kekuatan tarik arah lusi 9,37 kg/m2. Kekuatan tarik arah pakan 7,49 kg/m2 memenuhi syarat mutu batik rayon.
Pemanfaatan Ragam Hias Etnik Sumatera Utara Untuk Pengembangan Motif Batik Tien Suhartini; Tri Haryanto; Adiyanto Adiyanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1108

Abstract

Batik hasil teknik pendekorasian kain adalah produk seni rupa Indonesia dengan teknik pewarnaan rintang, menggunakan Ii/in batik sebagai bahan perintangnya. Dengan demikian Batiksebagai salah satu produk kerajinan merupakan aset budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya. Untuk itu perlu adanya pengembangan-pengembangan eksistensi batik baik dibidang teknologi maupun disain dan pemasaran melalui penanganan UKM-nya.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan perancangan disain batik dengan unsur-unsur ragam hias Sumatera Utara sebagai aspek disainnya. Ragam hias Suma/era Utara sangat variatif karena berasal dari berbagai suku bangsa. Dengan kondisi pluralis tersebut perlu dikembangkan desain yang memenuhi tuntutan konsumen melalui stilir motif sebagai berikut: Penciptaan motif baru dengan cara mengambil bentuk dari alam langsung seperti manusia, flora fauna; penciptaan motif baru dengan cara mengembangkan motif-motif yang sudah ada menjadi motif baru, dan Menggabungkan keduanya seperti motif dari alam dan motif-motif yang sudah adaHasil rancangan diaplikasikan sebagai prototipe produk dan diseminasikan dalam bentuk peragaan prototipe produk, pengenalan teknologi batik dan penilaian terhadap aplikasi rancangan prototype produk. Hasil penilaian menunjukkan pemanfaatan ragam hias etnik Sumatera Utara layak untuk diproduksi menjadi produk batik yang menarik sehingga menambahkhasanah batik Indonesia. Yang apabila diaplikasikan sebagai produk selain untuk pelestarian  juga memantapkan identitas daerah yang akan mewujudkan serta merupakan lahan peningkatan SDM dan terbentuknya wirausaha baru bidang batik.Batik hasil teknik pendekorasian kain adalah produk seni rupa Indonesia dengan teknik pewarnaan rintang, menggunakan Ii/in batik sebagai bahan perintangnya. Dengan demikian Batiksebagai salah satu produk kerajinan merupakan aset budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya. Untuk itu perlu adanya pengembangan-pengembangan eksistensi batik baik dibidang teknologi maupun disain dan pemasaran melalui penanganan UKM-nya.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan perancangan disain batik dengan unsur-unsur ragam hias Sumatera Utara sebagai aspek disainnya. Ragam hias Suma/era Utara sangat variatif karena berasal dari berbagai suku bangsa. Dengan kondisi pluralis tersebut perlu dikembangkan desain yang memenuhi tuntutan konsumen melalui stilir motif sebagai berikut: Penciptaan motif baru dengan cara mengambil bentuk dari alam langsung seperti manusia, flora fauna; penciptaan motif baru dengan cara mengembangkan motif-motif yang sudah ada menjadi motif baru, dan Menggabungkan keduanya seperti motif dari alam dan motif-motif yang sudah adaHasil rancangan diaplikasikan sebagai prototipe produk dan diseminasikan dalam bentuk peragaan prototipe produk, pengenalan teknologi batik dan penilaian terhadap aplikasi rancangan prototype produk. Hasil penilaian menunjukkan pemanfaatan ragam hias etnik Sumatera Utara layak untuk diproduksi menjadi produk batik yang menarik sehingga menambahkhasanah batik Indonesia. Yang apabila diaplikasikan sebagai produk selain untuk pelestarian  juga memantapkan identitas daerah yang akan mewujudkan serta merupakan lahan peningkatan SDM dan terbentuknya wirausaha baru bidang batik.