Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Rampea Jaya Desa Burangasi Rumbia Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara Nasruddin Suyuti
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 1 No 1 (2012): Volume 1 Nomor 1 Oktober 2012
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1616.963 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v1i1.33

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan persiapan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) pada calon lokasi pemukiman Rampea Jaya, antara lain untuk meningkatkan taraf hidup/kesejahteraan masyarakat melalui program (1) penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan dasar Komunitas Adat Terpencil (KAT); (2) penyiapan SDM KAT yang berkualitas dan mandiri agar mampu menyerap nilai-nilai baru yang muncul bersamaan dengan program pembangunan yang diterapkan, tanpa harus melepaskan nilainilai budaya tradisional yang dianut dan telah berakar dalam kehidupan mereka secara turuntemurun; dan (3) peningkatan peran aktif KAT dalam rangka memelihara dan mendaya gunakan potensi pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya, serta lingkungan setempat.Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik wawancara mendalam dan partisipasi observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga yang tergolong kategori komunitas adat terpencil di Rampea Jaya sebanyak 76 KK (323 jiwa); dengan kondisi kehidupan kominitas adat terpencil (KAT) di Rampea Jaya memiliki rumah kurang layak huni, kehidupan keluarga kurang memenuhi kriteria hidup sehat, kesadaran tentang arti dan manfaat pendidikan formal sangat rendah, pemanfataan lahan kurang maksimal, belum ada bimbingan dan penyuluhan yang intensif dari berbagai sektor; kesediaan calon warga binaan untuk diberdayakan dalam Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil sangat tinggi; pemantapan rencana pemberdayaan komunits adat terpencil di Rampea Jaya, telah didukung oleh surat hibah dari warga yang memiliki lahan yang disaksikan oleh tokoh masyarakat (parabela) serta dukungan dari pemerintah setempat, dan SKPD yang terkait seperti Dinas Kehutanan; dengan mempertimbangkan aspirasi calon warga binaan dan aparat Desa Burangasi Rumbia serta hasil pengkajian/pengamatan lapangan, maka pengkaji menetapkan bahwa calon lokasi pemberdayaan di Rampea Jaya, dinilai layak untuk dijadikan lokasi pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil tahun 2013; dan calon lokasi yang ditetapkan dinilai cukup memiliki berbagai sumberdaya yang potensial dikembangkan untuk mendorong peningkatan kesejahteran warga KAT. Kata kunci : pemberdayaan komunitas adat terpencil, sumber daya yang potensial
Pengobatan Tradisional Suku Bajo di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Nasruddin Suyuti; La Ode Aris
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 3 No 1 (2014): Volume 3 Nomor 1, Februari 2014
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6105.969 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v3i1.65

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini terfokus pada pengobatan tradisional suku Bajo di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pengobatan tradisional yang terdapat pada suku Bajo di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Kusambi KabupatenMuna, teknik atau cara dalam meramu atau membuat obat tradisional untuk menyembuhkan suatupenyakit dan efektivitas atau yang dirasakan pasien setelah dilakukan pengobatan. Teknikpengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Untuk memperolehdata tersebut dapat menggunakan pedoman wawancara, semantara alat bantu yang digunakanberupa alat perekam dan alat dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa etiologi penyakit dalamkonsepsi orang Bajo di Desa Tanjung Pinang disebabkan oleh dua hal yaitu makhluk halus berupa jinatau setan dan faktor alamiah. Penyakit yang disebabkan oleh jin dan setan hanya dapat disembuhkanmelalui penguatan tradisional melalui perantara seorang dukun, sementara penyakit yang disebabkan oleh faktor alamiah dapat diobati menggunakan pengobatan rumah sakit atau medis modern.Sementara, penyebab penyakit menurut pemahaman orang Bajo disebabkan oleh hukuman dariTuhan, hila sumanga’na (hilang badan halusnya), penyakit kamaluta, dan penyebab penyakit karenadicalla ale nabima di lao. Penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh sistem personalistik yaitumelalui media air putih yang dibacakan mantera, meniup langsung pada bagian tetentu pada sipenderita, atau berkomunikasi dengan si penderita. Sementara pengobatan dengan sistemnaturalistik yaitu melalui ramuan tanaman obat yang ada di lingkungan mereka. Kata kunci: penyakit, pengobatan, suku Bajo.
Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat pada Objek Wisata Toronipa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara Nasruddin Suyuti; Hartini .
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 3 No 3 (2014): Volume 3 Nomor 3, Oktober 2014
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1516.463 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v3i3.109

Abstract

This article is the result of research on community-based tourism development strategy conducted on one of the tourism object, Toronipa beach, in Konawe Southeast Sulawesi Province. The problem of this research is to develop the potential of natural resources and human resources in the vicinity of the object Toronipa to support the development of community-based tourism in Konawe. The next problem is how to implement a strategy to support the development of tourism. To obtain field data, the study used two types of data; primary and secondary data. Methods of data collection using the method of observation and interviews, while the analysis of data using qualitative data analysis. The results indicate that a wide range of facilities available, such as a villa owned by the former Governor Ali Mazi, gazebo, public toilets, trash cans, guardhouse, and the lighting. While various types of businesses developed by the community in the form of a kiosk business, tire leasing, leasing mat, canoe and inflatable boats rentals. Community-based tourism development strategy in the tourism oject of Toronipa is community involvement in the development of the maximum attraction. Communities can perform a variety of good businesses that supply foods and beverages, various types of businesses as well as with regard to the comfort of tourists in the tour. While the strategy of community involvement in tourism development include planning development, attraction marketing, and management of a tourist attraction. Keywords: strategy development, tourism object, community.
ANALISIS KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI PADA MASYRAKAT MUNA DI KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA Nasruddin Suyuti; La Ode Aris
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 4 No 3 (2015): Volume 4 Nomor 3, Oktober 2015
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.774 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v4i3.232

Abstract

This study is an analysis of the social conflict which happens in Muna society at Katobu District of Muna Regency. The objective of this study was to determine the causes of social conflict and how to handle that social conflicts. This study used a qualitative approach. To get the data field was used several techniques that were observation, interviews, and documentation. The data sources used the primary and secondary data. Primary data is data obtained directly on the object of study or directly to the public, while secondary data is data obtained from documents or the results of studies that have been done by others. These results indicated that the social conflict in Muna society at Katobu caused by several things, such as: conflict of interest between several parties, alcohol consumption, the misunderstanding among youth, as well as acts of planned violence. Keywords: konflik, sosial, masyarakat.
MODEL PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI KECAMATAN KATOBU KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Nasruddin Suyuti; La Ode Aris
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 5 No 1 (2016): Volume 5 Nomor 1, Februari 2016
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4436.501 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v5i1.581

Abstract

This article is the result of research with the title “analysis of social conflict in Muna society implemented in Katobu District Muna Regency”. Objective of this study was to determine the cause of social conflict in the Katobu District Muna Regency, and to know how to make a model of handling of social conflicts that occurred in the Katobu District, The study was planned for two years. The first year was 2015 had been implemented. The results of the first year of research showed that the cause of social conflict in Muna is the consumption of alcohol, misunderstanding between youths, planned violence, and conflict of interest. While the second year is 2016, the writer is trying to create a model format on handling social conflicts in Muna. This research method used in this study is a qualitative research method. To get the field data, the techniques used were techniques of observation, interviews, and documentation. While the source of the data used are primary data and secondary data. Primary data is data obtained directly on the object of study or directly to the public, while secondary data is data obtained from documents or previous research results. These results indicate that the handling of social conflicts in Katobu District Muna Regency is through improving the skills of youth, opening of new jobs, and increase the intensive communication between communities. While the model of conflict resolution after extensive research it is necessary to disseminate to the government about the findings of the field in accordance with the possibility of social conflict that can be occured, after that government should make policies to implement some of the findings from the field, so that social conflict can be minimized or even eliminated.