Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Peran Budaya Kalosara dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Konawe La Aso; Syahrun Syahrun; Abdul Alim; Ansor Putra; La Diysi
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 1 (2020): Volume 9 Nomor 1, Februari 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i1.721

Abstract

Artikel ini membahas peran budaya kalosara dalam perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan karena walaupun budaya kalosara masih dihormati, pemahaman tentang nilai dan praktiknya dalam kehidupan masyarakat masih sangat kurang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Penyediaan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, dengan menggunakantiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Konawe sangat tepat untuk menerapkan pembangunan berbasis budaya kalosara karena budaya ini mengedepankan mekanisme musyawarah dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Selain itu, budaya kalosara memiliki banyak kearifan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya masyarakat Konawe. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan Kabupaten Konawedapat mengkaji berbagai aspek budaya kalosara, khususnya yang terkait dengan kepemimpinan, pembangunan daerah, dan hubungan masyarakat dan pemimpinnya. Hal ini sangat penting karena pembangunan akan tidak bernilai apabila pemerintah tidak mengenal masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan di daerah tersebut. Pembangunan daerah Kabupaten Konawe berbasis budaya kalosara tentunya memiliki banyak manfaat, diantaranya ciri kedaerahan akan bertahan dan berkembang, akan memperkuat kebijakan-kebijakan dari pemerintah, membangun dan menciptakan keselarasan hidup, dan sektor pendapatan daerah dan roda perekonomian akan berputar lancar dan baik.
Proses Ritus Kematian pada Masyarakat Etnik Muna di Kota Kendari Iko Sutriani; La Ode Sidu Marafad; La Aso
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 1 (2020): Volume 9 Nomor 1, Februari 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i1.723

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses ritus kematian pada masyarakat etnik Muna. Penelitian ini bersifat kualitatif, dimana Peneliti menggambarkan secara detail proses ritus kematian pada masyarakat etnik Muna. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ritus kematian pada masyarakat etnik Muna terdiri atas tujuh ritus yaitu (1) ritus kaalingkita (memandikan maya secara biasa), (2) ritus kaselino wite (penggalian tanah kuburan), (3) ritus kakadiu wadhibu (memandikan mayat secara wajib), (4) ritus kabasano haroa turuntana (pembacaan doa untuk bekal mayat), (5) ritus kakoburu (penguburan), (6) ritus kansolo-nsolo (kunjungan ke kuburan), dan (7) ritus poalo (memperingati malam-malam tertentu sesudah penguburan).
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Pasca Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pertambangan Nisa Nasyra Rezki; La Aso; Syahrun Syahrun
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 1 (2020): Volume 9 Nomor 1, Februari 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i1.724

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis penyebab terjadinya alih fungsi lahan dan bentuk perubahan sosial budaya masyarakat pasca alih fungsi lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dengan informan yang dipilih. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, dan (3) Penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan adalah: (a) kondisi lahan dan faktor pertanian meliputi lokasi lahan, (b) luas lahan, (c) produktivitas lahan dan penghasilan dari lahan yang dimiliki petani atas lahan pertaniannya, tingkat kebutuhan ekonomi, (d) harga jual lahan yang tinggi yang ditawarkan oleh perusahaan, dan (e) kebijakan pemerintah mengeluarkan izin usaha pertambangan kepada perusahaan; (2) Bentuk perubahan sosial budaya pasca alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan adalah (a) munculnya konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat lokal, (b) perubahan perilaku konsumtif dan gaya hidup masyarakat dalam hal mencakup sandang dan papan (c) perubahan mata pencaharian dari petani menjadi karyawan tambang karena keinginan untuk memperbaiki taraf hidup keluarga, (d) Peningkatan Penghasilan/Pendapatan dari bekerja sebagai karyawan tambang maupun hasil dari meroyaltikan lahan pertanian; dan (e) perubahan kondisi perumahan masyarakat dikarenakan hasil penjualan lahan digunakan untuk membangun/memperbaiki rumah.
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Berbasis Kearifan Lokal Herlan Herlan; La Taena; La Aso
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 9 No 1 (2020): Volume 9 Nomor 1, Februari 2020
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v9i1.726

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembangunan pedesaan (infrastruktur) berbasis kearifan lokal serta dampaknya di Desa Lalonggasumeeto, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang berdasarkan atas segala informasi dari keterangan yang diberikan oleh informan kunci dan informan pokok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) pelaksanaan pembangunan desa berbasis kearifan lokal di Desa Lalong-gaasumeeto Kecamatan Lalonggaasumeeto Kabupaten Konawe dilaksanakan berdasarkan Budaya samaturu medulu ronga mepokoo’aso (budaya bersatu, suka tolong menolong dan saling membantu). Masyarakat suku Tolaki dalam menghadapi setiap permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupa upacara adat, pesta pernikahan, kematian maupun dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai warga negara, selalu bersatu, bekerjasama, saling tolong menolong dan bantu-membantu, dan (2) dampak pembangunan pedesaan berbasis kearifan lokal di Desa Lalonggasumeeto, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe memiliki peluang untuk dihidupkan dan ditumbuhkembangkan kembali sehingga dapat mengatur kehidupan dan menjadi pranata, norma dan aturan yang diberikan dengan pengelolaan suber daya lingkungan.
KEARIFAN LOKAL DALAM PROSES MENDIRIKAN RUMAH BARU PADA MASYARAKAT ETNIS MUNA DI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT Hesti Hesti; La Aso
Jurnal Penelitian Budaya Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpeb.v7i2.35429

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kearifan llokal dalam proses mendirikan rumah baru pada masyarakat etnis Muna di Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi tersebut didasarkaan pada pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut dapat memperoleh data yang akurat untuk keperluan informasi penelitian karena Etnis Muna yang tinggal di Kecamatan Lawa masih memanfaatkan kearifan lokal dalam mendirikan rumah baru yang masih dipertahankan ditengah-tengah maraknya perkembangan dan penggunaan teknologi. Penentuan informan dalam penelitian ini di lakukan dengan menetapkan informan kunci yang berfungsi sebagai pembuka jalan bagi peneliti untuk memperoleh data. Informan tersebut adalah orang yang akan mengarahkan peneliti ke informan selanjutnya.Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari keterangan yang diberikan informan kunci dan informan pokok yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Pengamatan , Wawancara Mendalam, dan Dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal dalam proses mendirikan rumah baru pada masyarakat Etnis Muna adalah sebagai berikut: (1) Menentukan hari baik (2) Meletakkan tiang pertama (Kabhelai), (3) Mendirikan kontruksi rumah panggung, dan (4) Melakukan ritual ketika menempati rumah baru (Kahawotino lambu).Kata Kunci: Kearifan lokal, proses, pendirian rumah baru, masyarakat etnis Muna
PANDANGAN MASYARAKAT SUKU BAJO TERHADAP PENDIDIKAN FORMAL DI DESA MAROBO, KECAMATAN MAROBO, KABUPATEN MUNA Fari aus; La Aso
Jurnal Penelitian Budaya Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpeb.v7i2.35430

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pandangan masyarakat suku Bajo dan factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan formal pada masyarakat suku Bajo di Desa Marobo, Kecamatan Barobo, Kabupaten Muna terhadap pendidikan formal. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pendidikan kritis. Peneiltian ini adalah penelitian kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah di desa Marobo, Kecamatan Marobo, Kabupaten Muna. Sumber data dalam penelitian ini adalah berasal dari data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pandangan Masyarakat Suku Bajo yang ada di Desa Marobo, Kecamatan Marobo, Kabupaten Muna terhadap pendidikan formal adalah bahwa laut merupakan sumber mata pencaharian mereka yang paling utama, olehnya itu mereka selalu menjaga laut dengan baik karena konsekuensinya adalah mendapat murkanya Tuhan (penguasa laut), menurut mereka untuk menjaga laut tidak membutuhkan sekolah yang tinggi cukup bermodalkan pengetahuan yang diajarkan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun, dan anaknya berhenti untuk sekolah karena disekolah tidak diajarkan kepada mereka mengenai cara menangkap ikan, selain itu juga dipengaruhi oleh waktu sekolah terlalu pagi buat mereka sehingga anak-anak Bajo tidak dapat masuk sekolah karena pulang dari menangkap ikan bersama orang tuanya sudah siang. (2) Faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan formal pada masyarakat Suku Bajo di Desa Marobo Kecamatan Marobo, Kabupaten Muna, yaitu faktor eksternal dan faktor internal (a) faktor eksternal: Pertama, Rekrutmen tenaga pengajar tidak berbasis sumber daya lokal, Kedua, Jarak sekolah dengan tempat tinggal yang jauh, Ketiga, Kebijakan pemerintah. (b) faktor internal: pertama, Masalah Budaya atau Kultur Masyarakat kedua Faktor Ekonomi, ketiga, Ekspansi dan Mobilitas Masyarakat Terbatas.Kata Kunci : Pandangan masyarakat, suku Bajo, Pendidikan formal
KECENDERUNGAN ANAK-ANAK REMAJA LEBIH MEMILIH PERMAINAN MODERN DARI PADA PERMAINAN TRADISIONAL DI DESA GUALI, KECAMATAN KUSAMBI, KABUPATEN MUNA BARAT La Aso; Rahmat Jaya; La Ode Ali Basri
Jurnal Penelitian Budaya Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpeb.v7i2.35432

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecenderungan anak-anak remaja lebih memilih permainan modern dari pada permainan tradisional di Desa Guali, Kecamatan Kusambi, Kabupaten Muna Barat. Penelitian ini dilakukan di Desa Guali, Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dengan hasil wawancara mendalam kepada informan yang sudah ditentukan oleh peneliti untuk menjelaskan tentang tema penelitian.Adapun yang menjadi sumber data primer adalah anak-anak remaja serta orang tua anak remaja yang menjadi informan dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengamatan atau melakukan observasi, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengamatan terlibat (Participation Observation), Wawancara mendalam (Indepth Interview) dan Dokumentasi (Documentation). .Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif dengan menyusun satuan-satuan data yang dikumpul dari hasil pengamatan (Observasi) dan wawancara (Interview) serta dikumpulkan sesuai dengan golongannya, kemudian dilakukan analisis reduksi untuk mengevaluasi data yang kurang relevan, membuat abstraksi dan menyusun satuan-satuan data, melakukan kategorisasi data serta menyusun antar kategori data yang lainnya, sehingga dapat ditemukanmakna dan kesimpulannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak remaja lebih memilih Permainan Modern dari pada Permainan Tradisional di Desa Guali, Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat adalah sebagai berikut: (1) Dorongan keinginan dan mudah dimainkan, (2) Dorongan untuk Mengembangkan bakat, dan (3) Menghilangkan rasa gengsi. Kata kunci: Kecenderungan, anak-anak remaja, permainan modern, permainan tradisional.
The Meaning of Denotation, Connotation, and Myth Used in Ariana Grande’s "God is A Woman" Song Lyrics Ahmad Jafar; La Aso; Neil Amstrong
ELITE: Journal of English Language and Literature Vol. 6 No. 1 (2021): Vol. 6 No. 1 June 2021
Publisher : Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.182 KB) | DOI: 10.33772/elite.v4i1.887

Abstract

This study focused on God is a woman song Lyrics. The writer took song lyrics as primary data and used a qualitative descriptive method that explained descriptively how the meaning used in Ariana Grande’s God is a woman song lyrics. The theory used in the study is semiotics, in particular, is the theory used by Roland Barthes. The result of this study based on Roland Barthes Semiotic’s theory in a way of denotative it is about sex and how she claims the chemistry will be so incredible that the guy is going to think she is God and in a way of connotative Ariana Grande campaigned for a struggle for gender equality and she showed off women's energy and independence. While the myth is God is a woman which this sentence represents gender differences in life. The answer to dismantling patriarchy is not raising a matriarchy in its place. But building our understanding of, as Ariana Grande puts it, "God as a woman," will help counterbalance almost every human's internalized beliefs that our creator is a man, a father, a guy in the sky. God is our mother, our father, our parents. Come to think of it, if God can be referred to with the masculine pronoun “he”, why is not okay for us to also use the female pronoun “she” when referring to God.
An Analysis of Grice’s Maxim Violation in Spider-Man: Homecoming Movie by Jon Watts Novi Kurnia Sari; La Aso
ELITE: Journal of English Language and Literature Vol. 3 No. 1 (2018): Vol. 3 No. 1 June 2018
Publisher : Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.382 KB)

Abstract

This thesis is intended to analyze the violation of Grice’s maxim which is found in the utterances of conversations between characters in Spider-Man: Homecoming movie by Jon Watts. The research question of this study is formulated: “What are the violations of Grice’s maxim found in Spider-Man: Homecoming movie?”. The objective of this study is to find out the violations of Grice’s maxim in the Spider-Man: Homecoming movie. Techniques in analyzing the data consist of describing the context of the data, presenting the data into conversations and images, explaining the data, and making the conclusion Based on the findings and discussion, the researcher concludes that all of the four types of Grice’s maxim violation are found in Spider-Man: Homecoming movie. Those are the violation of quantity maxim, the violation of quality maxim, the violation of relation maxim, and the violation of manner maxim. After data reduction, it can be seen that the number of the four types of Grice’s maxim violation in the movie is 20 turns. The violation of the quantity maxim is 5 turns. Violation of quality maxim is 5 turns. Violation of relation maxim is 5 turns. Violation of manner maxim is 5 turns. The dominant violation from Grice’s maxim type is the violation of maxim relation. Theviolation of Grice’s maxim in the movie is created in order to make the conversation seems natural as real life and not too formal for the speaker and the addressee.
Rejection of Technoculture in The Avenger: Infinity War Movie by Anthony and Joe Russo: An Application of Jean Francois Lyotard’s Postmodern Theory Andhika Putri Ningsih; La Aso
ELITE: Journal of English Language and Literature Vol. 4 No. 1 (2019): Vol. 4 No. 1 June 2019
Publisher : Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7320.901 KB)

Abstract

This research is intended to analyze the technoculture work and rejected in the Avengers: Infinity War using Jean Francois Lyotard postmodern theory. The source of data in this study is the Avengers: Infinity War movie by Anthony and Joe Russo that is published in 2018. The data was collected from watches the movie several times, collecting the dialog, and screenshotting the image that related to the issue. The postmodern theory of Jean Francois Lyotard is used as a tool for analyzing the finding of technoculture in the Avengers: Infinity War. The result of this study shows that: (1) technoculture are represented through the power of technology and science such as Captain America, Spiderman, Iron Man, and Hulk, Individualism is one of the characteristics of a modernist society. Individualism is displayed through Iron Man and Thor that think they can solve their own problems. Rationality is the quality or state of being rational based on agreeable to reason.