Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN Meigalia, Eka; Putra, Yerri Satria
Aksara Vol 31, No 1 (2019): AKSARA, Edisi Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.002 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i1.331.55-68

Abstract

Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau.[1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
SALAWAT DULANG ORAL LITERATURE AS A MEANS TRANSMISSION OF MINANGKABAU NOBLE VALUES CULTURE FROM GENERATION TO GENERATION (SASTRA LISAN SALAWAT DULANG SEBAGAI SARANA TRANSMISI NILAI-NILAI LUHUR KEBUDAYAAN MINANGKABAU DARI GENERASI KE GENERASI ) Meigalia, Eka; Wasana, Wasana; Putra, Yerri Satria
Jurnal Gramatika Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.039 KB) | DOI: 10.22202/jg.2019.v5i2.3388

Abstract

Sebagai salah satu sastra lisan di Minangkabau yang masih terus dipertunjukkan, salawat dulang telah mengalami banyak sekali perubahan. Aspek humor dan hiburan lebih ditonjolkan. Meskipun begitu, salawat dulang pada dasarnya mengandung nilai-nilai luhur kebudayan Minangkabau yang menjadikannya patut untuk terus diwariskan dan dipertahankan sebagai salah satu warisan budaya. Berdasarkan hal itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang terkandung pada sastra lisan Minangkabau, salawat dulang. Untuk itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan terhadap pertunjukan, wawancara, studi terhadap teks yang dituturkan, dan studi kepustakaan. Sedangkan kerangka teori yang digunakan adalah antropologi sastra lisan. Berdasarkan data dan hasil analisis, salawat dulang memiliki nilai-nilai yang lebih dari sekedar hiburan. Nilai-nilai luhur kebudayaan Minangkabau yang ditemukan adalah berbuat jasa, bekerja keras, dan menjunjung tinggi nilai egaliter dan solidaritas.
PENAMPIL LINTAS GENDER DALAM SASTRA LISAN MINANGKABAU, RONGGEANG PASAMAN Eka Meigalia; Yerri Satria Putra
Aksara Vol 31, No 1 (2019): AKSARA, Edisi Juni 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.374 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i1.331.51-64

Abstract

Ronggeang[1] Pasaman merupakan salah satu sastra lisan dari etnis Minangkabau yang berkembang di wilayah Pasaman. Tradisi ini masih hidup dan diapresiasi oleh masyarakat pendukungnya hingga saat ini. Dalam pertunjukannya, ronggeang (penari) dalam tradisi Ronggeang Pasaman ini dilakukan oleh laki-laki yang berdandan sebagaimana seorang perempuan. Namun dialektika antara adat dan agama di Minangkabau secara tidak langsung juga berdampak pada penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka dalam pertunjukan. Untuk itu, tulisan ini akan memaparkan permasalah yang dihadapi oleh penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman berkaitan dengan dialektika antara adat dan agama di Minangkabau.. Dengan melalui proses penelitian yang bermetode etnografis dan kualitatif, data-data untuk tulisan ini diperoleh melalui proses pengamatan, wawancara, serta studi pustaka. Berdasarkan proses tersebut dapat dipahami bahwa kehadiran penampil lintas gender dalam tradisi Ronggeang Pasaman merupakan hasil negosiasi dan adaptasi terhadap perbenturan budaya yang ada, yaitu Jawa dengan Minang. Juga perbenturan antara adat dan syarak yang dianut masyarakat Minangkabau.[1] Penulisan kata ronggeang di sini disesuaikan dengan pelafalan masyarakat Pasaman terhadap tradisi ini yang bagi mereka sendiri berbeda dengan tradisi ronggeng di Jawa.
REKAMAN BENCANA DI SUMATERA BARAT DALAM LIRIK LAGU MINANG MODERN Eka Meigalia; Yerri Satria Putra; Wasana Wasana
Puitika Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.14.2.146--162.2018

Abstract

Tulisan ini menjelaskan fenomena munculnya lagulagu Minang modern yang bertema bencana ini sebagai karya dari penciptanya dan juga konten-konten yang dimuat dalam lirik lagu tersebut. Untuk itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah melalui transkripsi dan pencatatan syair lagulagu Minang yang bertema bencana untuk kemudian dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra serta analisis konten. Berdasarkan analisis, lirik lagu Minang yang bertema bencana merupakan salah satu bentuk luapan perasaan dan pandangan pengarang terhadap bencana. Terutama sekali sebagai bagian dari masyarakat yang terdampak secara langsung. Ada pun muatan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut antara lain gambaran peristiwa, waktu, serta pesan terhadap masyarakat pendengar atau penikmat lagu.
TEKA-TEKI MINANGKABAU: DOKUMENTASI DAN KLASIFIKASI Nahdatul Naumi; Yerri Satria Putra; Eka Meigalia
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 8, No 2 (2019): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v8.i2.148

Abstract

Tulisaninimerupakanhasilpenelitianmengenaiteka-tekiyangada di KabupatenAgam, Sumatera Barat. Pentingnyapewarisansejakdinibergunauntukmempertahankanbahasadaerahmaupunkebudayaansetempat.Tujuannya adalahmendokumentasikandanmengklasifikasikanjenisdankategoriteka-tekiyangadadiKabupatenAgam.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan folklor,dan menggunakan tiga tahap penelitian. Pertama, tahap prapenelitian ditempat, kedua tahap penelitian di tempatyang sesungguhnya dan ketiga, carapembuatan naskah folklor untuk pengarsipan. Teknik pengumpulan data dilakukandengan studi lapangan, wawancara, pengujian kebenaran data wawancara, dan alatbantuanbagi dayapengamatan.Dari 80 data yang diperoleh, diklasifikasikan berdasarkan sifat dan terdapat tujuh kategoriumum yaitu:1) persamaan dengan makhluk hidup, terdapat tiga belas data 2) persamaandengan binatang, terdapat enam belas data ditambah satu data yang dipersamakan ke dalampersamaandenganmanusia,3)persamaandenganmanusia,terdapatdelapan belasdata,  ditambahsatudatayangdipersamakanke dalampersamaandenganbinatang4)persamaan dengan tanaman, terdapat empat data dan 5) persamaan dengan benda,terdapattiga puluh satu data.
SUNTINGAN TEKS NASKAH PIDATO-PIDATO ADAT MINANGKABAU Melia Roza; Pramono Pramono; Yerri Satria Putra
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 8, No 1 (2019): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v8.i1.146

Abstract

Tulisan ini menyajikan hasil suntingan teks pidato adat Minangkabau yang dapat terbaca oleh khalayak umum. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori filologi, dengan menggunakan pendekatan modern, yaitu menitikberatkan kajiannya pada teks sebagai suatu hasil kreativitas dari penyalin atau penulisnya. Metode yang digunakan adalah metode kritik teks, dengan penerapan edisi naskah tunggal. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah: pengumpulan data, deskripsi naskah, menentukan metode, melakukan transliterasi.
HUMOR BERBAHASA MINANG DALAM MEME DI INSTAGRAM Amelia Khairunissa; Pramono Pramono; Yerri Satria Putra
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 9, No 2 (2020): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v9.i2.140

Abstract

Meme merupakan salah satu sarana dalam menyampaikan informasi, pendapat atau opini bahkan sebagai sindiran untuk suatu kebijakan. Hadirnya meme humor menjadi cara kreatif dalam menyuarakan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan meme apa saja yang menampilkan humor berbahasa Minang di Instagram, serta bagaimana proses dan makna meme tersebut dalam perspektif analisis wacana kritis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seratus meme humor berbahasa Minang di media sosial Instagram. Hasilnya, sebuah meme humor lahir tidak terlepas dari kaitannya dengan ‘teks’ lain seperti komentar warganet, meme lainnya yang memiliki makna serupa dan fenomena sosial yang melatarbelakangi munculnya meme tersebut. Fenomena-fenomena tersebut berangkat dari berbagai isu yang terjadi seperti isu budaya, isu politik, isu pendidikan, isu sosial serta isu ekonomi.
POLITIK PENCITRAAN DAN POLEMIK SOSIAL-POLITIK MINANGKABAU DALAM PERSPEKTIF KARYA SASTRA Yerri Satria Putra
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 1, No 2 (2010): Jurnal Elektronik WACANA ETNIK
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v1.i2.60

Abstract

Bagi sebagian orang, istilah sastra politik apalagi sebagai genre sastramungkin masih menjadi kontroversi. Alasannya karena istilah tersebut dinilai jauhdari prinsip-prinsip sastra yang selama ini mereka yakini sebagai suatu opsi yangberdiri sendiri. Ariel Heryanto dalam tulisannya menyebutkan bahwa kontroversimengenai genre sastra politik ini masih ditolak oleh kalangan sastrawan yangmenganut sastra universal yang pandangannya paling berpengaruh. Merekamenganut prinsip sastra yang terbebas dari politik karena sastra merupakan seniyang lahir dari batin sastrawan. Bagi mereka, satu-satunya ideologi kepenyairanadalah universalisme, sedangkan tanah airnya adalah kehidupan dan kemanusiaanitu sendiri. Sebagaimana yang disebutkan oleh Geoge Orwell bahwa pengaranghanya harus terlibat pada satu hal saja: sastra dan biarkanlah sosiolog yangberkompeten berbicara soal-soal sosial.
STRUKTUR NOVEL TOEANKOE PANTJOERAN RAWANG DAN SJAIR SI BAKRI (CATATAN AWAL) Yerri Satria Putra
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 2, No 2 (2011): Jurnal Elektronik WACANA ETNIK
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v2.i2.62

Abstract

Artikel ini membahas persoalan struktur novel Toeankoe Pantjoeran Rawangdan Sjair Si Bakri (TTPRSSB). Noverl TTPRSSB adalah sebuah novel yang palingsederhana yang pernah diterbitkan oleh Kantoor voor de Volkslectuur, saat initelah berganti nama menjadi Balai Pustaka. Semua karya sastra bagaimanapunbentuknya pasti memiliki struktur yang membangun karya tersebut. Masingmasingjenis karya sastra memiliki struktur yang berbeda, sehingga kajianstruktural tidak akan bisa diterapkan secara sama antar sesama bentuk danjenis karya sastra.
Jejak Perkawinan Minangkabau dengan Tionghoa dalam Film Jangan Panggil Aku Cina dan Novel Mengurai Rindu Rifki Kurniawan; Silvia Rosa; Yerri Satria Putra
Jurnal Elektronik WACANA ETNIK Vol 7, No 2 (2018): Jurnal Elektronik Wacana Etnik
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/we.v7.i2.81

Abstract

This article is the comparative analysis result of the film "Jangan Panggil Aku Cina" and the novel "Mengurai Rindu" through intertextual studies. The film "Jangan Panggil Aku Cina" and the novel "Mengurai Rindu" have three formulas of hypograms (1) expansion, found in conflict, character, and characterization, (2) conversion, found in the cast of Minangkabau and Chinese Ethnic figures and social status of the main character, (3 ) Modifications or changes, found in the “Mengurai Rindu” about the rejection of mamak over the future husband, and the way of the main character deals with mamak's rejection.