Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : e-CliniC

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA WARGA KORBAN BANJIR BANDANG DI KELURAHAN TIKALA ARES KOTA MANADO Tulalessy, Dion; Dundu, Anita E.; Munayang, Herdy
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.10481

Abstract

Abstract: Depression is one of the major mental health problems today. WHO predicts that in 2020 depression will be the second highest cause of death after heart attack. Generally, the cause of depression is divided into three factors, inter alia biological factors. The Learned helplessness theory explains the causes of depression and defines that depression occurs because of painful events that cannot be controlled by someone. Painful events also can be caused by natural disasters, one of them was flood. This was a descriptive qualitative study with a cross-sectional design by using a sociodemographic questionnaire and be assessed by using the Beck Depression Inventory questionnaire. The results showed that there were 3 respondents (10%) without depression; 8 respondents (26.7%) with mild depressive disorders; 15 respondets (50%) with moderate depressive disorders; and 4 respondents (13.3%) with major depressive disorders.Keywords: depression, flood victims, Beck Depression Inventory.Abstrak: Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi penyebab kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Teori Learned Helplessness menjelaskan mengenai penyebab depresi dan mennyatakan bahwa gangguan depresi muncul akibat peristiwa menyakitkan yang tidak dapat dikontrol seseorang. Peristiwa yang menyakitkan juga bisa disebabkan oleh faktor bencana alam, salah satunya ialah banjir. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain potong-lintang, kuesioner sosiodemografik yang dinilai dengan kuesioner Beck Depression Inventory. Hasil penelitian memperlihatkan responden yang tidak mengalami gangguan depresi sebanyak 3 orang (10,0%); gangguan depresi ringan sebanyak 8 orang (26,7%); gangguan depresi sedang sebanyak 15 orang (50%); dan gangguan depresi berat sebanyak 4 orang (13,3%).Kata kunci: depresi, korban banjir bandang, Beck depression inventory
HUBUNGAN LAMA TINGGAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA ‘AGAPE’ TONDANO Moniung, Inri F.; Dundu, Anita E.; Munayang, Herdy
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7488

Abstract

Abstract: Depression is a serious problem in the society. According to World Health Organization in 2000, depression is on fourth rank in the world as the disease causing disability and will be raised to second rank of health problem in 2020. Elderly is a hard phase of human life. In this period, the elderly are often confronted with problems such as physical limitations and losing their role in society that could make them more susceptible to get depression. Moreover, elderly who stay at nursing home have the feeling as if they are not worthy anymore, be discarded from their family, and start blaming themselves. This was an analytical study with a cross-sectional research design. Level of depression of fifty elderly people will be rated using the questionnaire of Hamilton Depression Rate Scale. data were statistically analyzed (univariate and bivariate). The results showed that 4.0% elderly were normal, 34.0% had mild depression, 56.0% had moderate depression, 6.0% had severe depression. There was no relation between length of stay with level of depression among elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Agape Tondano.Keywords: depression, elderly, Hamilton depression rate scale.Abstrak: World Health Organization menyatakan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia penyebab kecacatan dan pada tahun 2020 akan meningkat menduduki peringkat kedua masalah kesehatan dunia. Masa lanjut usia merupakan tahap kehidupan yang tidak mudah. Pada periode ini lanjut usia dihadapkan dengan berbagai kendala baik kemunduran fisik maupun kehilangan peran sosialnya sehingga menyebabkan lanjut usia cenderung lebih rentan mengalami depresi. Lanjut usia yang tinggal di panti werdha karena terpaksa merasa tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, dan merasa diri dibuang oleh keluarga. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain potong lintang. Tingkatan depresi pada 50 orang lanjut usia dinilai dengan menggunakan kuesioner Hamilton Depression Rate Scale. Hasil penelitian diolah dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 4,0% lanjut usia tidak mengalami depresi, 34,0% lanjut usia dengan depresi ringan, 56,0% lanjut usia dengan depresi sedang, 6,0% dengan depresi berat. Tidak terdapat hubungan lama tinggal dan tingkat depresi pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Agape Tondano.Kata kunci: depresi, lanjut usia, Hamilton depression rate scale
Deteksi dini dan interaksi anak gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas dengan orang tua dan saudara kandung pada 20 sekolah dasar Kota Manado Sulemba, Dwi S.; Kaunang, Theresia M. D.; Dundu, Anita E.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.12661

Abstract

Abstract: Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) is a behavioral and neurocognitive disorder characterized by inappropriate of development and ages, hyperactivity, inability to focus attention, and impulsive behavior. According to American Psychiatric Association’s (APA) & Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), children with ADHD often experience difficulty in interaction with parents and siblings due to their significant emotional problem. This study aimed to obtain the number of children with ADHD at 20 elementary schools in Manado and their interactions with their parents and siblings. This was a descriptive study with a cross sectional design. The quantitative method using data of questionnaire from teachers and parents was followed by qualitative method using interviews with 2 parents and 2 siblings. Total respondents of 20 elementary schools in Manado were 5725 meanwhile children with ADHD were 611. In one school it was detected that of 180 children there were 63 ADHD children. Of the 611 respondents,16 children (19%) were 6 years old, 91 children (14.9%) were 7 years old, 99 children (16.2%) were 8 years old, 82 children (13.4%) were 9 years old, 107 children (17.5%) were 10 years old, 92 children (15.1%) were 11 years old, and 24 children (3.9%) were 12 years old. There were 385 males (63%) and 226 females (37%). Good interaction can improve children with ADHD.Keywords: early detection, interaction, ADHD, parents, siblings.Abstrak: Gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas (GPPH) merupakan suatu perilaku dan neurokognitif ditandai dengan tingkat perkembangan yang tidak sesuai dengan seusianya, hiperaktif, ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian dan impulsif. Menurut American Psychiatric Association’s (APA) & Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), anak GPPH sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang tua dan saudara kandung akibat adanya masalah emosional yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah anak GPPH pada 20 sekolah dasar di Manado serta cara interaksi anak GPPH dengan orang tua dan saudara kandung. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pengambilan data secara potong lintang menggunakan kuesioner kepada guru dan orang tua, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif melalui wawancara terhadap 2 orang tua dan 2 orang saudara kandung. Total responden dalam pengisian kuesioner mengenai anak GPPH sebanyak 5725 anak di 20 sekolah dasar di Manado dengan jumlah anak GPPH sebanyak 611 anak. Terdapat salah satu sekolah yang terdeteksi paling banyak anak GPPH sebanyak 63 anak dari 180 jumlah anak di sekolah tersebut. Dari 611 orang responden, 16 orang diantaranya berusia 6 tahun (19%), 91 orang (14,9%) berusia 7 tahun, 99 orang (16,2%) berusia 8 tahun, 82 orang (13,4%) berusia 9 tahun, 107 orang (17,5%) berusia 10 tahun, 92 orang (15,1%) berusia 11 tahun, dan ada 24 orang (3,9%) yang berusia 12 tahun, serta 385 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki (63%), dan 226 orang (37%) yang berjenis kelamin perempuan.Anak laki-laki lebih banyak mengalami GPPH dibandingkan perempuan. Interaksi yang baik dapat memengaruhi perkembangan anak GPPH.Kata kunci: deteksi dini, interaksi, GPPH, orang tua, saudara kandung.
Gambaran kekerasan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Malalayang Kota Manado Radja, Rebeka D.; Kaunang, Theresia M.D.; Dundu, Anita E.; Munayang, Herdy
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14598

Abstract

Abstract: Child abuse case is increasing in society. Child abuse and neglect is defined as act or failure to fulfill its obligation as a parent or care giver, that has potential to result in serious physical or emotional injury. This study was aimed to obatin the profile of child abuse in primary school children at Malalayang Districtin Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were all primary school children in forth to sixth grade aged 9-12 years at Malalayang District Manado who met the inclusion and exclusion criteria. The resulst showed that child abuse was found in 99.7% respondents, mostly female (53.8%), with middle income (40%), and physical abuse as the most common type (97.8%). Conclusion: In six primary schools at Malalayang Manado, there were 99.7% children had been abused, mostly female, with middle income. The most common type of abuse was physical abuse.Keywords: child, abuse, profile Abstrak: Kasus kekerasan pada anak semakin meningkat di lingkungan masyarakat. Kekerasan pada anak dan penelantaran diartikan sebagai semua tindakan atau gagalnya memenuhi tindakan kewajiban sebagai orang tua atau pengasuh, yang berpotensial meninggalkan luka fisik maupun emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kekerasan pada anak sekolah dasar di Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah seluruh siswa sekolah dasar kelas 4-6 berusia 9-12 tahun di enam sekolah dasar Kecamatan Malalayang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian mendapatkan kekerasan pada anak dialami oleh 99,7% responden, lebih banyak pada perempuan (53,8%), dengan tingkat ekonomi menengah (40%), dan kekerasan fisik sebagai kekerasan yang paling banyak dialami responden (97.8%). Simpulan: Pada enam sekolah dasar Kecamatan Malalayang didapatkan 99,7% anak mengalami kekerasan, terbanyak berjenis kelamin perempuan, tingkat ekonomi menengah, dan jenis kekerasan fisik. Kata kunci: anak, kekerasan, profil
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU YANG ANAKNYA MENDERITA LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Rani, Maria V. I.; Dundu, Anita E.; Kaunang, Theresia M. D.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.7401

Abstract

Abstract: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is a malignat disease that at most was suffered by children. Mothers of children with ALL suffer from prolonged anxiety due to the prolonged treatment of ALL (approximately two years) with a relatively expensive cost. Anxiety is a uncomfortable feeling that appears if someone is dealing with difficult problems. Symptoms of anxiety include heart palpitation, trembling, difficulty in concentrating, excessive sweating, and rapid breathing. This was a descriptive quantitative study with a cross sectional approach. In this study, we used HARS instrument and data were processed by using SPSS 20. The results showed that 30% respondents had mild anxiety, 26.7% had medium anxiety, 26.7% had severe anxiety, and 16.7% did not have anxiety. Conclusion: In this study, most of the respondents had mild anxiety, followed by mild and severe anxiety. However, some respondents did not suffer from anxiety.Keywords: anxiety, mothers of children with acute lymphoblastic leukemia, HARSAbstrak: Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan penyakit keganasan yang paling banyak diderita oleh anak. Penyakit leukemia limfoblastik akut yang diderita oleh anak memberikan dampak kecemasan yang berkepanjangan pada Ibu. Hal ini disebabkan oleh protokol pengobatan yang lama yaitu kurang lebih 2 tahun, dengan biaya yang tergolong mahal. Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang muncul jika seseorang berhadapan dengan masalah yang berat. Gejala kecemasan diantaranya jantung berdebar, gemetar, sulit berkonsentrasi, keringat berlebihan, dan pernapasan cepat. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini menggunakan instrumen HARS dan data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 30% responden mengalami kecemasan ringan, 26,7% dengan kecemasan sedang, 26,7% dengan kecemasan berat, sedangkan 16,7% responden tidak mengalami kecemasan. Simpulan: Pada penelitian ini didapatkan responden terbanyak mengalami kecemasan ringan, diikuti oleh kecemasan sedang dan berat. Sebagian kecil responden tidak mengalami kecemasan.Kata kunci: kecemasan, ibu yang anaknya menderita LLA, HARS
TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 AMBON DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Walasary, Sammy A.; Dundu, Anita E.; Kaunang, Theresia
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7822

Abstract

Abstract: National examination is held to evaluate the competence of Indonesian students after they have finished any formal education level. There is a chance of growing number of students that fail in the examination. Therefore, it becomes an important issue that leads to anxiety among Indonesian students. This study aimed to obtain the anxiety level among SMAN 5 Ambon students facing the national examination. This was a descriptive cross-sectional study design using socio-demographic questionnaire and Hamilton anxiety rating scale (HARS). Most of respondents had mild (51.3%) and moderate (40%) level of anxiety. Conclusion: Anxiety was common among groups of students aged 17 and female.Keywords: anxiety, national examination, Hamilton anxiety rating scale(HARS)Abstrak:Ujian nasional bertujuan untuk menilai dan mengukur kompetensi peserta didik secara nasional dilaksanakan setelah mengikuti pembelajaran yang diberikan para guru pada pendidikan formal. Salah satu isu yang marak diperbincangkan ialah kekhawatiran tentang kemungkinan banyaknya siswa yang tidak lulus, hal ini akan memicu kecemasan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Ambon dalam menghadapi ujian nasional. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data sosiodemografik dan Hamilton anxiety rating scale (HARS). Sebagian besar responden berada pada kategori kecemasan tingkat ringan (51,3%) dan sedang (40%) dalam menghadapi ujian nasional. Simpulan: Kecemasan paling banyak dialami kelompok umur 17 tahun dan jenis kelamin perempuan.Kata kunci: kecemasan, ujian nasional, Hamilton anxiety rating scale (HARS)
Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado Ratnasari, Niluh Dewi; Kaunang, Theresia M. D.; Dundu, Anita E.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11009

Abstract

Abstract: Attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) is one of the main problems in psychiatry which is often found in children under age of 7 years. ADHD is associated with comorbidities which are: oppositional defiant disorder, conduction disorder, anxiety disorder, depression, and learning disability. This study was aimed to determine the comorbidities in ADHD children. This was a descriptive-quantitative study with a cross sectional design conducted 20 elementary schools in Manado from November 2015 to January 2016. Respondents were students of class 1 to class 6 elementary school aged 6-12 years obtained by using purposive sampling method. Instrument of this study was based on the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5). The results showed that of the total 5,725 students, there were 611 students that had been screened for ADHD and 143 students (23%) had comorbid of ADHD. Based on gender, there were 82 males (57.3%) and 61 females (42.7%); the highest percentage were age 11 years old (27.3%). The comorbidities were as follows: oppositional defiant disorder (65.7%), conduct disorder (17.5%), autism spectrum disorder (28.7%), anxiety disorder (22.4%), developmental coordination disorder (23.1%), depression disorder (23.1%), physical abuse (11.2%), and emotional abuse (53.8%). Conclusion: The most common comorbidity in children with ADHD at 20 elementary schools in Manado was oppositional defiant disorder.Keywords: comorbidity, ADHD, children, manado Abstrak: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan salah satu masalah psikiatri utama yang sering ditemukan pada anak di bawah usia 7 tahun. GPPH memiliki keterkaitan dengan komorbiditas. Komorbiditas pada GPPH yang paling sering ialah gangguan menentang oposisional, gangguan konduksi, gangguan kecemasan, depresi, dan ketidakmampuan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komorbiditas pada anak GPPH. Jenis penelitian ialah deskriptif-kuantitatif dengan desain potong lintang yang dilakukan pada 20 sekolah dasar di Kota Manado dari bulan November 2015 sampai Januari 2016. Responden diperoleh dengan metode purposive sampling yaitu siswa-siswi kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar usia 6-12 tahun. Instrumen penelitian komorbiditas yang digunakan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan 5.725 siswa, yang telah terskrinning GPPH berjumlah 611 siswa, dan 143 siswa (23%) mengalami komorbiditas pada GPPH. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 82 responden (57,3%) dan perempuan 61 responden (42,7%) terbanyak pada usia 11 tahun (27,3%). Hasil komorbiditas ialah sebagai berikut: gangguan perilaku menentang oposisional (65,7%), gangguan konduksi (17,5%), gangguan spektrum autisme (28,7%), gangguan kecemasan (22,4%), gangguan perkembangan koordinasi (23,1%), gangguan depresi (23,1%), gangguan kekerasan fisik (11,2%), dan gangguan kekerasan emosional (53,8%). Simpulan: Komorbiditas terbanyak pada anak dengan GPPH yang ditemukan pada 20 sekolah dasar di Kota Manado ialah gangguan menentang oposisional.Kata kunci: komorbiditas, GPPH, anak, Manado
PREVALENSI DEPRESI PADA PASIEN STROKE YANG DI RAWAT INAP DI IRINA F RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2012 Dudung, Jeffking; Kaunang, Theresia M. D.; Dundu, Anita E.
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.3.1.2015.7610

Abstract

Abstract: Depression is one of the most common mental disorders associated in chronic diseases such as stroke. Symptoms of post-stroke depression often unnoticed by clinicians, whereas early management, accurate and integrated, will be more effective. Post-stroke depressive patients who receive good treatment will have better quality of life. This was a descriptive quantitative study with a cross sectional design by using the HDRS instrument. The data were processed by using a univariat analysis. The results showed that 45.8% respondents had mild depression, 25% had medium depression, 4,2% had severe depression, and 25% not had depression.Keywords: depression, stroke, HDRSAbstrak: Depresi merupakan gangguan mood yang sering dikaitkan dengan penyakit kronis seperti stroke.Gejala depresi pasca stroke sering luput dari perhatian para klinisi, padahal penanganan yang lebih awal, tepat dan terpadu akan berhasil lebih efektif. Pasien depresi pasca stroke yang mendapatkan penanganan dengan baik mengalami peningkatan kualitas hidup. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang dan menggunakan instrumen HDRS. Data penelitian diolah dengan analisis univariat. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 45,8% responden mengalami depresi ringan, 25% responden mengalami depresi sedang, 4,2% responden mengalami depresi berat, dan 25% responden tidak mengalami depresi.Kata kunci: depresi, stroke, HDRS
Analisis Faktor- Faktor yang Memengaruhi Depresi pada Ibu Kandung yang Memiliki Anak dengan Retardasi Mental di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado Pratiwi, Dewi S.; Dundu, Anita E.; Kairupan, Bernabas H. R.
e-CliniC Vol 6, No 1 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.1.2018.18634

Abstract

Abstract: The first common reaction in parents who have a retarded child is shock, fear, sadness, disappointment, guilt, rejection or anger. These conditions could potentially lead to psychological problems that can cause depression. There are many factors that can influence depression in biological mothers who have children with mental retardation. This study was aimed to analyze the factors that could influence depression in biological mothers who had children with mental retardation at the Special School of Coaching Disabled Children Foundation Manado. This was a descriptive-analytical study with a cross-sectional design. Data were obtained by using Hamilton Depression Rate Scale (HDRS) questionnaire and socio-demographic questionnaire. There were 17 biological mothers as respondents. The results showed that 11 respondents suffered form depression; 6 respondents (35.3%) with mild depression and 5 respondents (29.4%) with moderate depression. Meanwhile, six respondents (35.3%) had no depression. The factors that could influence depression were as follows: age (P = 0.332), education (P = 0.335), occupation (P = 0.586), marital status, number of children (P = 0.905), gender of children (P = 0.966), and level of mental retardation of the children (P = 0.774). Conclusion: There was no relationship between depression and factors that could influence depression in biological mothers who had children with mental retardation.Keywords: depression, mother, child, mental retardation, HDRSAbstrak: Reaksi umum yang pertama kali terjadi pada orangtua yang memiliki anak dengan retardasi ialah rasa kaget, takut, sedih, kecewa, merasa bersalah, menolak atau marah-marah. Kondisi seperti ini berpotensi memunculkan masalah psikologis yang bisa menyebabkan depresi. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi depresi pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor -faktor yang dapat memengaruhi depresi pada ibu kandung yang memiliki anak retardasi mental di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif-analitik dengan desain potong lintang. Data diperoleh melalui kuisioner Hamilton Depression Rate Scale (HDRS) dan kuisioner sosio-demografi. Responden penelitian berjumlah 17 orang ibu. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang mempunyai anak retardasi mental mengalami depresi sebanyak 11 responden dengan 6 responden (35,3%) depresi ringan dan 5 responden (29,4%) depresi sedangkan yang tidak mengalami depresi sebanyak 6 orang (35,3%). Faktor-faktor yang dapat memengaruhi depresi pada ibu yaitu usia (P= 0,332), pendidikan terakhir (P=0,335), pekerjaan (P=0,586), status pernikahan, jumlah anak (P=0,905), jenis kelamin anak (P=0,966), dan tingkat retardasi mental anak (P=0,774). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi depresi dengan depresi pada ibu.Kata kunci: depresi, ibu, anak, retardasi mental, HDR
Kebiasaan makan pada anak gangguan spektrum autisme Onibala, Elfriani M.; Dundu, Anita E.; Kandou, Lisbeth F.J.
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.12803

Abstract

Abstract: Autism or Autistic Spectrum Disorder (ASD) is a developmental disorder which is marked as disorders in communication and social interaction, and repeated behavior. The causes of autism are not clear yet, however, genetic, environmental, and immunological factors might have some roles in the occurence of autism. Autistic children usually have different eating habits, such as eating the same kind of food for a pretty long time. Autistic children should be given gluten free, casein free, and additive substance free diets since this can improve their hyperactivity. This study aimed to obtain the eating habits of autistic children in several schools in Manado. There were 33 respondents who filled questionnaires about the eating habbit of their autistic children. The results showed that there were 10 children (30.1%) who frequently consumed gluten; 18 children (54.6%) who rarely consumed gluten; and 5 children (13.2%) who did not consume gluten. About casein consumption, there were 10 children (30.1%) who frequently consumed casein, 12 children (36.4%) who rarely consumed casein, and 11 children (33.4%) who did not consume casein. About additive substance consumption, there were 6 children (18.2%) who frequently consumed additive substances; 17 children (51.6%) who rarely consumed additive substances; and 10 children (30.1%) who did not consume these additive substances.Keywords: autism, eating habit Abstrak: Autisme pada anak atau Autistic Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan komunikasi, gangguan interaksi sosial, dan perilaku berulang. Penyebab autisme belum diketahui pasti. Diduga faktor genetik, lingkungan, dan sistem imun berperan pada terjadinya gangguan ini. Anak autis biasanya memiliki kebiasaan makan yang berbeda, seperti sering memakan jenis makanan yang sama secara berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Kebiasaan makan ini dapat berpengaruh pada perbaikan perilaku anak autis. Pada anak autisme biasanya diterapkan makanan bebas gluten, kasein, dan zat aditif karena dapat membantu perbaikan hiperaktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan pada anak autis di beberapa Sekolah Luar Biasa di Manado. Terdapat 33 responden yang mengisi kuesioner tentang kebiasaan makan anak autis. Hasil penelitian mendapatkan 10 anak (30,1%) sering mengonsumsi gluten, 18 anak (54,6%) jarang mengonsumsi gluten, dan 5 anak (13,2%) tidak mengonsumsi gluten. Mengenai konsumsi kasein dari 33 responden terdapat 10 anak (30,1%) sering mengonsumsi kasein, 12 anak (36,4%) jarang mengonsumsi kasein, dan 11 anak (33,4%) tidak mengonsumsi kasein. Mengenai bahan aditif, 6 anak (18,2%) yang sering mengonsumsi zat aditif, 17 anak (51,6%) jarang mengonsumsi zat aditif, dan 10 anak (30,1%) tidak mengonsumsi zat aditif.Kata kunci: autisme, kebiasaan makan