Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

RISIKO BANJIR PADA LAHAN SAWAH DI SEMARANG DAN SEKITARNYA Hartini, Sri; Hadi, M. Pramono; Sudibyakto, Sudibyakto; Poniman, Aris
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.572 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-1.218

Abstract

Lahan sawah di wilayah Semarang dan sekitarnya berada pada dataran rendah pesisir yang rawan banjir, baik yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi maupun rob. Analisis risiko banjir diperlukan karena banjir merupakan ancaman bagi lahan sawah. Banjir dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas lahan sawah, bahkan lahan sawah akan rusak dan tidak dapat ditanami padi jika tergenang banjir secara permanen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko banjir genangan pada lahan sawah berdasarkan kondisi bahaya dan kerentanannya. Lingkup penelitian mencakup analisis bahaya, kerentanan, dan risiko banjir genangan pada lahan sawah. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta Sistem Lahan, citra penginderaan jauh resolusi tinggi, data curah hujan, debit sungai, tinggi pasang air laut, data statistik Potensi Desa (PODES), data statistik pertanian dan laporan banjir. Analisis kerawanan banjir merupakan gabungan antara kerawanan banjir genangan yang disebabkan oleh hujan dan rob. Analisis kerentanan banjir menggunakan data statistik PODES 2008 dan laporan kejadian banjir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banjir genangan rob merupakan ancaman dan berisiko pada pengurangan lahan sawah di wilayah ini. Selama periode 1994 – 2009 lahan sawah telah berkurang seluas 8.508,50 ha. Sebagian lahan sawah yang tergenang rob secara permanen telah dialihfungsikan ke penggunaan lain.Kata kunci: banjir genangan, rob, sawah, risikoABSTRACTPaddy field in Semarang and its surrounding areas are situated in low-lying flood-prone coastal area, whether caused by heavy rainfall and high tide. Flood risk analysis is required because flooding in this area is considered as a threat to the paddy field. Floods can lead to reduction of the paddy fields‟ productivity, even damaging and cannot be planted with rice if flooded occurred permanently. This study aimed to analyze the risk of flood inundation in paddy fields based on hazard and vulnerability factors. The scope of the research includes analysis of hazards, vulnerabilities, and risks of flood inundation in the paddy fields. The data used in this study consisted of topographic and land systems maps, high-resolution satellite remote sensed imageries, rainfall data, river discharge, tides, and statistical data of Village Potential (PODES), statistical data of agriculture and flood reports data. The analysis of flood vulnerability is a combination of flood vulnerability caused by high rainfall and tides. The flood vulnerability analysis conducted by using PODES 2008 statistical data and flood incidencereports. The results showed that the tidal flood inundation is the main threat and provide risk on the reduction of the paddy fields in this area. During the period of 1994 – 2009, the paddy field has been reduced by 8,508.50 hectares. Some of the paddy fields that have been flooded permanently due to tides have been converted to other uses.Keywords: flood inundation, tidal flood, paddy field, risk
Pemodelan Spasial untuk Pembuatan Peta Rawan Banjir dan Peta Tingkat Risiko Banjir Bengawan Solo di Kota Surakarta Toto Cahyono; Mohammad Pramono Hadi; Djati Mardiatno
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4823.532 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13102

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemodelan spasial untuk menyusun Peta Bahaya Banjir dan Peta Tingkat Risiko Banjir akibat luapan Bengawan Solo di Kota Surakarta. Lokasi penelitian meliputi penggal alur Bengawan Solo di wilayah Kota Surakarta. Metode penelitian yaitu dengan analisis hidrograf, pemodelan banjir, analisis potensi bahaya banjir, analisis kerentanan banjir, dan analisis tingkat risiko banjir. Analisis hidrograf dilakukan dengan menghitung debit puncak rancangan, analisis geometrik sungai, dan analisis karakteristik banjir. Pemodelan spasial banjir menggunakan perangkat lunak ArcView dengan ekstensi HEC-GeoRAS dan perangkat lunak hidrologi HEC-RAS. Analisis potensi bahaya banjir dari peta genangan hasil pemodelan spasial dengan input debit puncak rancangan banjir periode ulang 60. Analisis kerentanan dengan identifikasi elemen yang berisiko pada peta penggunaan lahan daerah bahaya. Analisis tingkat risiko dilakukan dengan cara overlay peta bahaya dan peta kerentanan banjir. Perangkat lunak ArcView 3.3 dengan ekstensi HEC-GeoRAS mampu untuk melakukan pemodelan banjir dengan tingkat validasi yang tinggi. Validasi dilakukan dengan membandingkan kedalaman maksimum hasil pemodelan dengan hasil perhitungan debit puncak rancangan. Nilai  perbedaan antara 0,68% - 4,54%. Meskipun secara kuantitatif peta model bahaya banjir rancangan sesudah pelurusan lebih luas daripada sebelum pelurusan, tetapi berdasarkan uji statistik penambahan luas tersebut tidak berbeda signifikan. Dari peta tingkat risiko banjir diketahui Kelurahan Sewu, Semanggi, Sangkrah dan Gandekan mempunyai potensi risiko banjir tertinggi di Kota Surakarta. ABSTRACT This research is intended to perform flood modelling in Bengawan Solo River in order to develop flood hazard map, flood vulnerability map, and flood risk map as a result of overflow of such river in Surakarta City. The research area covers cut-off channel of Bengawan Solo in Surakarta City. The research was conducted by applying hydrograph analysis, flood modelling, flood hazard analysis, flood susceptibility analysis, and flood risk analysis. Hydrograph analysis was executed by calculating peak discharge designed, analysis of river geometric, and analysis of flood characteristic. Flood spatial modelling was done by means of ArcView with HEC-GeoRAS extention and hydrological software HEC-RAS. Flood hazard analysis was obtained by spatial modelling of flood inundation map with returned period of peak discharge designed of 60. Flood vulnerability analysis was derived from land use map used to identify risk element which exists in prone area. Flood risk analysis was carried out by overlying flood hazard map and flood susceptibility map. ArcView with HEC-GeoRAS extention and HEC-RAS was able to perform high validation of flood modelling. The validation was done by comparing maximum depth of the model and estimated peak discharge with different percentage 0.86% – 4.54%. Even the estimated flood hazard after river streamlining was wider than before, statistical analysis proves that different width of it was not significance. It means of river streamlining didn’t influence the wide of flood hazard area. Sewu, Semanggi, Sangkrah,and Gandekan Sub District has the highest risk of flood in Surakarta City.
Pemodelan Bahaya Banjir dan Analisis Risiko Banjir Studi Kasus : Kerusakan Tanggul Kanal Banjir Barat Jakarta Tahun 2013 Yuyus Afrianto; Muhammad Aris Marfai; Mohammad Pramono Hadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5631.918 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13108

Abstract

ABSTRAK Bangunan pengendali banjir seperti tanggul pada Kanal Banjir Barat di Jakarta memiliki potensi kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir tanggul dan berdampak pada daerah di sekitarnya. Kejadian banjir tanggul pada tahun 2013 telah menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar sehingga diperlukan pemodelan bahaya banjir dan penilaian kerentanan serta analisis risiko pada daerah terdampak banjir tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun peta risiko kerugian banjir pada daerah yang mempunyai potensi rawan kerusakan tanggul di sekitar Kanal Banjir Barat. Tahapan dalam analisis penelitian ini meliputi analisis hidrologi, analisis hidraulika, penilaian kerentanan bangunan dan analisis risiko kerugian banjir. Pemetaan genangan banjir dilakukan dengan berdasarkan pada besarnya volume limpasan yang keluar dari badan tanggul sebagai hasil simulasi runtuhnya tanggul. Penilaian kerentanan bangunan dilakukan dengan memodifikasi model PTVA yang selanjutnya digunakan dalam analisis risiko untuk mengetahui berbagai tingkatan risiko kerugian bangunan pada daerah terdampak banjir tanggul. Hasil pemodelan bahaya banjir pada kejadian banjir tahun 2013 digunakan untuk mengetahui karakteristik kerusakan tanggul pada Kanal Banjir Barat. Besarnya volume limpasan pada kerusakan tanggul yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 744.700 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 39,2 Ha, sedangkan besarnya volume limpasan pada titik potensi rawan kerusakan lainnya sebesar 160.750 m3 dengan luas area terdampak banjir sebesar 9,5 Ha. Daerah terdampak banjir tanggul pada titik rawan kerusakan lainnya tersebut mencakup sebagian wilayah Kelurahan Kota Bambu Utara dan Kelurahan Jati Pulo. Hasil akhir dari perhitungan analisis risiko spesifik bangunan secara kuantitatif menunjukkan bahwa lingkungan RW II pada Kelurahan Kota Bambu Utara merupakan daerah yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi terhadap banjir dengan jumlah risiko spesifik bangunan mencapai Rp 737,72 Juta dari total risiko spesifik bangunan sebesar Rp 1,97 Miliar. ABSTRACT The structure of the canal; such as its levee in Jakarta; has a potential to fail that can cause flooding to the surrounding area. The levee breach in 2013 had caused major economy loss; thus there is a need to develop a model of the hazard and its risk analysis to the area affected. The purpose of this research is to create risk map from flood hazard to the potential affected area where the levee might fail again in the West Flood Canal. Steps taken for the research analysis are hydrological analysis; hydraulic analysis; building vulnerability assessment and risk analysis.The flood hazard map was created from the modeling of levee breachbased on volume of flow leaving from the result of simulation. Building vulnerability assessment was conducted using a modified PVTA model then used to calculate the risk analysis to find out the level of risk of the buildings in the affected areas. The outcome shows that the characteristic of the damage in the levee for the 2013 levee breach on the West Flood Canal was used for the model. The volume of the outflow in 2013 levee breach is 744.700 m3 affecting the area of 39;2 ha;on the other hand; the volume of the outflow on the predicted area is 160.750 m3 affecting  an area of 9;5 Ha. Another affected area for potential levee breach consists of Kelurahan Kota Bambu Utara and Kelurahan Jati Pulo. The end result of the risk analysis shown that RW II in Kelurahan Kota Bambu Utara is the area that has the highest risk from flood with total loss from the building in RW II is up to Rp 737;72 million from the overall building loss is Rp 1;97 billion.
Metode CTA dengan Teknik Data Mining Citra Landsat-8 untuk Klasifikasi Penggunaan Lahan Cahya Budi Perwitagama; Mohammad Pramono Hadi; Nur Mohammad Farda
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5703.348 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13112

Abstract

ABSTRAK Kajian mengenai metode non-parametrik Classification Tree Analysis (CTA) menggunakan teknik data mining untuk aplikasi penginderaan jauh masih belum banyak dilakukan. Sehingga diperlukan penelitian mengenai kemampuan CTA dalam menangani data yang cukup banyak, dengan memanfaatkan kelebihan CTA untuk aplikasi penginderaan jauh. Kombinasi parameter CTA dan data masukan, serta penerapannya pada dua skema klasifikasi yang berbeda tingkat kerinciannya, memerlukan pengujian terkait dengan tingkat akurasi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan melakukan simulasi dari beberapa kombinasi parameter untuk mengetahui tingkat akurasi hasil klasifikasi, dan memperoleh pohon keputusan dari hasil KDD. Serta menganalisis akurasi metode non-parametrik CTA dengan teknik data mining untuk klasifikasi penggunaan lahan menggunakan citra Landsat-8 OLI,dan menerapkan hasil KDD pada daerah lain. Klasifikasi diperoleh dengan melakukan simulasi beberapa parameter CTA dan data masukan. Parameter aturan pemisah (splitting rules) dalam CTA, yaitu Ratio, Entropy, dan Gini. Parameter pemangkas (pruning), yaitu 0%, 1%, 5%, dan 10%.Beberapamasukan data klasifikasi, antara lain adalah citraLandsat-8 tujuhsaluran, transformasi citra (NDVI, NDWI, BI, NDBI, dan PCA), serta filter tekstur variance danmean(jendela bergerak 3x3 dan 5x5). Data non-spektral, yaitu data ketinggian dan data kemiringan lereng. Dua tingkat skema klasifikasi penggunaan lahan, yaitu Level I (5 kelas) dan Level II (8 kelas). Pohon keputusan yang diperoleh dari hasil pembelajaran dengan akurasi terbaik kemudian diterapkan pada daerah lain yang memiliki karakteristik mirip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi parameter terbaik adalah atribut pemisah Gini,pruning 1%, filter tekstur dengan jendela bergerak 5x5, dan skema Level I yaitu dengan akurasi keseluruhan 96,71%, kappa 0,9504, dan waktu proses 3,388 detik. Penerapannya pada daerah lain, menghasilkan akurasi keseluruhan 93,27% dengan kappa 0,8923. Tingkat akurasi terbaik yang diperoleh pada daerah penelitian maupun penerapannya pada daerah lain, lebih besar dari 90%.Sehinggadiharapkanmetode ini dapat menjadi alternatif metode untuk terapan kebijakan penggunaan lahan, dan klasifikasi penggunaan lahan berbasis penutup lahan setara dengan skala 1:100.000. ABSTRACT The study of non-parametric methods Classification Tree Analysis (CTA) using data mining techniques for remote sensing applications is still much to do, so it require studies on the CTA's ability to handle quite a lot of data, by utilizing CTA advantages for remote sensing applications. The combination of parameter CTA and data input, as well as its application on two different detail levels of land use classification scheme, require testing related to the level of accuracy that is generated. This studies aimed to simulate multiple combinations of parameters to determine the level of accuracy of the classification results, and obtain a decision tree from KDD results. And to analyze the accuracy of non-parametric methods CTA with data mining techniques for land use classification using Landsat-8 OLI, and apply the results of KDD on another area. The classification is obtained by performing simulations on several parameters CTA and data input. There are three splitting rules parameter in CTA, i.e. Ratio, Entropy, and Gini. Pruning parameter, i.e. 0%, 1%, 5%, and 10%. There are several inputs of the classification data, namely seven bands of Landsat-8 OLI imagery, image transformation (NDVI, NDWI, BI, NDBI, and PCA), as well as texture filter variance and texture filter mean (moving window 3x3 and 5x5). Non-spectral data, i.e.elevation data and slope data. And two-level land use classification scheme, i.e. Level I (5 classes) and Level II (8 classes). The decision tree that obtained from the best accuracy of the learning outcomes then applied to another area with similar characteristics. The results showed that the best parameter combination are a splitting attribute Gini, pruning 1%, texture filter with 5x5 moving window,and Level I scheme, with an accuracy of 96.71%, kappa 0.9504, and processing time 3.388 sec. Its aplication on another area, resulting an overall accuracy 93.27% with kappa 0.8923.The best accuracy rate obtained in this study and its application on another area was greater than 90%. Therefore this method is expected could be an alternative method for land use policy application, and land use classification based on land cover commensurate to a scale of 1:100,000.
PENGEMBANGAN MODEL INTERSEPSI PADA SEMAK BELUKAR Mohammad Pramono Hadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.164 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13299

Abstract

ABSTRAK Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan model intersepsi pada semak belukar. Hujan yang jatuh sebelum sampai Ire permukaan tanah umumnya akan tertangkap terlebih dulu pada tutupan lahan, kecuali pada lahan gundul. Banyaknya bagian air yang tertahan ini merupakan bagian air hujan yang terintersepsi. Besarnya intersepsi pada semak belukar digambarkan dalam persamaan regresi antara intersepsi dengan hujan. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan terlebih dulu mengambil contoh rumpun semak di lapangan: Contoh rumpun semak yang tidak terusik kemudian diberi perlakuan dengan memberinya hujan buatan. Hujan ini dihasilkan oleh alat simulator hujan yang intensitas dan lamanya dapat diatur Bagian air yang terintersepsi dapat dihitung dengan mengetahui selisih volume air hujan yang jatuh dengan volume limpasan yang tertampung.- Percobaan dilakukan berulang-ulang dengan karakteristik hujan yang berbeda. Hasilnya adalah persamaan regresi I = 93,79 P"°'8004 (dengan R2 = 0,907). Selain itu juga dapat mengetahui hubungan yang signifikan antara lama hujan dengan intersepsi. Penelitian ini juga dapat diketahui kapasitas intersepsi pada semak belukar sebesar 1 mm.
KONTRIBUSI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PEMANTAUAN PEMANFAATAN RUANG PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH Panji Agung; Mohammad Pramono Hadi; Sigit Heru Mukti
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.374 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13328

Abstract

ABSTRAK Dampak nyata dari gema Undang-Undang otonomi daerah adalah meningkatnya aktifitas ekonomi di sektor konstruksi yang turut mendorong terjadinya pelanggaran terhadap rencana pemanfaatan ruang pada rencana umum tata ruang di daerah, untuk itu sudah saatnya dilakukan upaya pengendalian dan pengawasan secara terus menerus dan terintegrasi terhadap pelaksanaan rencana pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten, agar tidak terjadinya dampak-dampak yang tidak diinginkan. Langkah kongkrit mewujudkan hal tersebut perlu dibangun suatu sistem pemantauan yang sederhana cepat dan murah yang merupakan bagian upaya pengendalian dan pengawasan sehingga dapat digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam perencanaan dan pengendalian RTRW setiap saat. Pelaksanaan pengembangan sistem pemantauan pemanfaatan ruang ini menjadikan Kabupaten Sleman sebagai lokasi penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan citra TERRA/ASTER rekaman tahun 2007 untuk memperoleh data primer  penggunaan lahan hasil interpretasi langsung dari citra satelit. Sedangkan data sekunder berupa peta pemanfaatan ruang diperoleh dari hasil digitasi peta pemanfaatan ruang RTRW Kabup aten Sleman. Kedua data tersebut selanjutnya dioverlay yaitu proses yang merupakan perwujudan dari proses pemantauan pemanfaat ruang dalam suatu RTRW kabupaten, dalam proses tersebut peta penggunaan lahan hasil dari interpretasi citra Aster berfungsi sebagai parameter pemantau dan peta pemanfaatan ruang berfungsi sebagai obyek yang dipantau. Sistem yang terbangun dalam penelitian ini terdiri dari beberapa subsistem langkah­langkah pengelolaan data citra ASTER dan peta rencana pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten. Sistem tersebut terdiri dari subsistem persiapan, input, proses, analisis, dan output. Hasil pemantauan pemanfaatan ruang pada lokasi dengan menggunakan sistem pemantauan pemanfaatan ruang, memberi gambaran bahwa di Kabupaten Sleman terjadi pelanggaran terhadap rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian lahan basah sebesar 34%, untuk pertanian lahan kering sebesar 17%, untuk hutan perkebunan sebesar 12%. Kontribusi dari penginderaan jauh adalah memberikan kelebihan pada sistem pemantauan yang dikembangkan berupa dapat digunakan oleh aparat pemerintah setiap saat baik terjadi ataupun tidak terjadi pelanggaran pemanfaatan ruang, disamping peghematan waktu, keakuratan data dan jalur birokrasi yang tidak panjang serta biaya yang relatif murah. ABSTRACT The real effect from sound of regional autonomy is the increasing of economic activities, especially in contruction sector in which follow pushing infringement space utilization plan on Local Spatial Arrangement Plans. For the reason, it is necessary required a continous and integrated development control to the plan implementation at local level, in order to prevent of undesirable impacts. A concrete effort to realize aforementioned purpose is to develop a simple and  cost-effective controlling and monitoring system as part of control and observation effort to Local Spatial Arrangement Plans enforcement, so that it can be used at any time by institution with planning and controlling authority. Execution the development of controlling and monitoring space utilization plan system became the Regency Sleman as research location. This research was conducted by using TERRA/ASTER imagery which recorded at 2007 to obtain primary data of land use as a result form satelite imagery interpretation. While secondary data is space utilization plan  map which obtained from Sleman space utilization plan map digitations. Both of data were  compiled with others through overlay procces as an implementation from development control of space utilization plan on local  spatial plans. On that process, existing land use map as a result from satelite imagery interpretation owning function as a monitoring parameter, while the land use map was stipulated as a watched object. As a result, this research  have yielded a controlling and monitoring system that consist of some subsystems which is step by step on ASTER imagery data management and space utilization plan map. Such subsystem are including preparation, input, processes, analysis and output. The observation result  of implementation in Regency Sleman by using the controlling and monitoring space utilization plan system which have been made by compiling of ASTER imagery processes and Space Utilization Plan map, prove that in Regency Sleman was happened infringement on space utilization plan for agriculture areas are equal to 34%, for dry agriculture areas equal 17%, and equal 12% for plantation areas. Contribution of remote sensing can be used at any time by implementation, beside another benefit like : cost-effective, time economizing, and cutting off bureaucracy path.
Sistem Perdagangan Risiko Bencana dalam Pengelolaan Banjir Antar-Wilayah Sakinah Fathrunnadi Shalihati; Mohammad Pramono Hadi; Margaretha Widiyastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.798 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13339

Abstract

ABSTRAK Tujuan diteliti ini adalah: 1) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan mutlak antara daerah menurut kabupaten / kota di Bengawan Solo DAS tahun 2007, (2) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko banjir pada tahun 2007 di wilayah dalam administratif di Bengawan Solo Daerah Aliran Sungai , 3) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis keseimbangan risiko perdagangan bencana spasial dalam pengelolaan banjir antar-wilayah di Bengawan Solo DAS. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Aspek perbedaan mutlak antar-daerah dan ketinggian wilayah diambil sebagai data. Data berdasarkan perbedaan mutlak aspek antar-daerah (nilai positif) adalah pertumbuhan ekonomi dan produk domestik regional bruto per kapita. Data yang didasarkan pada daerah ketinggian (nilai negatif) yang Images SRTM, frekuensi banjir dan hasil dari kerugian banjir. Untuk menganalisis neraca perdagangan dari risiko banjir dengan menganalisis hasil nilai-nilai positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mutlak di antar-wilayah administratif dalam Bengawan Solo Daerah Aliran Sungai tahun 2007 menjadi yang parameter dilakukan dengan menganalisis hasil penilaian kemampuan daerah berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan produk daerah gros domestik nilai kapita per dalam manajemen sumber daya, sedangkan analisis risiko banjir Tahun 2007 menjadi adalah parameter dilakukan dengan menganalisis hasil dari kemampuan daerah yang memiliki potensi banjir berisiko tinggi atau tidak memiliki potensi banjir berisiko tinggi. Perbedaan mutlak di daerah antar analisis risiko banjir administrasi dan wilayah menghasilkan risiko wilayah banjir shceme dari perdagangan memisahkan menjadi dua shemes; subsidi penerima dan pemasok hulu / hilir, di mana hulu dan hilir dapat complet tanpa batas topografi pertimbangkan. ABTRACT The objectives of this researched are: 1) To identify and to analyze absolute difference between areas according to regency/municipality at Bengawan Solo Watershed year 2007, (2) To identify and to analyze flood risk in 2007 on region within  administratively at  Bengawan  Solo  Watershed,  3)  To  identify  and  to analyze  balance  of  risk  of  disaster  trading  spatial  within  inter-region  flood management at Bengawan Solo Watershed. This research employs descriptive analyses methods. Data was analyzed in qualitative and quantitive. Aspects of absolute differences inter-regions and region altitude  were  taken as  data.  Data  based  on absolute  differences  inter-regions aspects (positive value) were economic growth and regional product domestic gross per capita. Data that is based on regions altitude (negative value) were SRTM Images,flood frequencies and result of flood losses. To analyze balance of trade of flood risk with analyze result of positive and negative values.,The results show that absolute difference in inter-regions administratively within Bengawan Solo Watershed year 2007 become is parameter conducted by analyzing the result of region capability assessment based on economic growth and regional product domestic gross percapita value within resource management,  whereas  flood  risk  analysis  of year  2007  become  is  parameter conducted by analyzing the result of region capability that have high risk flood potential or doesn’t have high risk flood potential. Absolute difference in inter- regions administrative and region flood risk analysis produce shceme region flood risk  of  trading  it  separates  into  two  shemes;  subsidy  receiver  and  supplier upperstream/downstream,  where  upperstream  and  downstream  can  complet without topographical boundary consider.
Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Batanghari Pada Penggal Gasiang – Sungai Langkok Sumatera Barat Zuchri Abdi; Mohammad Pramono Hadi; Margaretha Widiyastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.732 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13366

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi sumber-sumber pencemar, mengetahui sebaran kandungan BOD (Biochemical Oxygen Demond), COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid), menghitung beban pencemaran dan daya tampung beban pencemaran sungai serta menguji reliabilitas penggunaan model untuk menghitung beban pencemaran dan daya tampung beban pencemaran. Metode QUAL2Kw digunakan dalam proses pemodelan dimana sungai utama dibagi dalam delapan penggal (reach) dengan Gasiang (kilometer ke-157) sebagai headwater dan Sungailangkok sebagai batas terhilir (kilometer ke-0). Sampel air sungai diambil di tiga belas titik, delapan di sungai utama dan lima di anak sungai. Pemodelan menggunakan data kualitas air sumber pencemar sebagai input dan data kualitas air sungai utama sebagai pembanding. Berdasarkan hasil penelitian, total beban pencemaran BOD, COD dan TSS berturut-turut sebesar 14,463; 43,363; 14,658 Ton/jam dengan daya tampung beban pencemaran berturut-turut sebesar 22,956; 108,6; 33,2 Ton/jam. Walaupun secara total daya tampung beban pencemaran belum terlampaui, namun jika ditinjau berdasarkan penggal-penggal sungai (reach), kelebihan beban pencemaran BOD telah terjadi di Sungai Pangian sebesar 0,16 Ton/jam, beban pencemaran COD pada kilometer 140 – 139 sebesar 14,58 Ton/jam dan beban pencemaran TSS pada kilometer 156 – 141 sebesar 61,2 Ton/jam. Uji reliabilitas dengan relative bias dan mean relative error menunjukkan bahwa pemodelan dengan metode QUAL2Kw dapat diterima penggunaannya di daerah penelitian, namun uji korelasi pada grafik pencar menunjukkan model hanya berlaku pada satu set data pemantauan saja. Hasil pemodelan hanya mewakili daya tampung beban pencemaran sesaat.    ABSTRACT The objectives of this study are to identify the pollutant sources location; to acknowledge the distribution of BOD (Biochemical Oxygen Desmond), COD (Chemical Oxygen Demand) and TSS (Total Suspended Solid) concentrations; to calculate the pollution load and pollution load carrying capacity of the river as well as to examine the model reliability to calculate the pollution load and the pollution load carrying capacity. The applied QUAL2Kw methods during the modeling process brought in the main river, is divided into eight reach with Gasiang (km 157) as the headwater and Sungailangkok as the downstream boundary (km 0). The water samples are selected at thirteen points with eight of them located at the main river and the remain five at the tributaries. The modeling was brought the water quality data on pollutant sources as input and the main river water quality data as a comparison. Based on the results of the study, the total pollution load of BOD, COD and TSS are respectively for 14.463; 43.363; 14.658 Tons/hour with pollution load carrying capacity respectively for 22.956; 108.6; 33.2 Tons/hour. Although the total pollution load carrying capacity has not been exceeded, nevertheless if the review is based on reach, an excessing of BOD pollution load has occurred in the Pangian River for 0.16 Tons/hour, COD pollution load for 14.58 Tons/hour at km 140-139 and TSS pollution load for 61.2 Tons/hour at km 156-141. The reliability test with a relative bias and relative mean errors indicate that modeling with QUAL2Kw is acceptable to be applied in the research area, though the correlation test on the scatter graph shows the models is merely valid on a set of monitoring data. However, the modeling results are restricted to represent the pollution load carrying capacity of the river momentarily.   
Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Masyarakat dalam Menghadapi Risiko Banjir di Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta Jaswadi Jaswadi; R. Rijanta; Mohammad Pramono Hadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3383.479 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13420

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pasarkliwon di Kota Surakarta bertujuan untuk mengetahui kerentanan penduduk, pemukiman dan infrastruktur dan kapasitas penduduk. Measuremants kerentanan yang menggunakan skala lokal yang melibatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Metode yang digunakan untuk determinine kerentanan sosial yang mencetak dan pembobotan faktor yang berpengaruh. Analisis kerentanan fisik bangunan menggunakan ketinggian banjir dan bahan bangunan. Kapasitas diidentifikasi dari populasi beresiko berdasarkan kesiapan banjir, adaptasi, kerjasama antar kelompok masyarakat ketika banjir terjadi. Tingkat kapasitas populasi yang terdiri dari pernyataan kapasitas dan persepsi diukur menggunakan Skala Likert. Hasil analisis berdasarkan 113 rumah tangga menunjukkan bahwa rumah tangga dengan tingkat rendah kerentanan sosial adalah 17%, kerentanan moderat 66% dan kerentanan yang tinggi 17%. Berdasarkan kerentanan fisik bangunan, bangunan tipe 6, semen-berlantai berdinding kayu lapis, adalah jenis bangunan yang paling rentan. Sedangkan, bangunan ketik 4 dan 5, semen berdinding ubin berlantai semen dan, yang jenis bangunan yang tidak rentan. Tingkat kapasitas dan persepsi penduduk kelas menengah, baik yang terletak di daerah rawan bencana tinggi, sedang, rendah dan tidak rentan, tidak memiliki perbedaan.ABSTRACT This research was conducted in Pasarkliwon sub district in Surakarta City aimed to determine the vulnerability of population, settlements and infrastructure and the capacity of the population.  Vulnerability measuremants were using local scale  involving people living in flood prone areas. Methods used to determinine  social vulnerability were scoring and weighting of the influential factors. Analysis of the physical vulnerability of buildings using the height of  floodwaters and the building materials. Capacity identified from population at risk based on flood preparedness, adaptation, cooperation among community groups when floods occured. Population capacity level consisting of  statement of capacity and the perception was measured using Likert Scale. The result of  analysis based on 113 households shows that household with low level of social vulnerability was 17%, moderate vulnerability 66% and high vulnerability 17%. Based on physical vulnerability of buildings, building type 6, cement-floored walled plywood, is the most vulnerable building types. Whereas, buildings type 4 and 5, cement-walled tile-floored and cement, were types of building that were not vulnerable. Capacity and perception levels of middle-class inhabitants, either located in disaster prone areas of high, medium, low and not prone, have  no difference. 
Pengaruh Potensi Sumberdaya Air Terhadap Pola Penggunaan Kebutuhan Domestik di Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri Pujo Nur Cahyo; M. Pramono Hadi; Tjahyo Nugroho Adji
Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3800.324 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15649

Abstract