Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Dialektika Social Entrepreneurship dan Fiqih Sosial Anis Fittria
International Journal Ihya' 'Ulum al-Din Vol 21, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3743.462 KB) | DOI: 10.21580/ihya.21.1.4161

Abstract

This paper aims to find out dialectics social entrepreneurship and social fiqh. Social entrepreneurship is a concept that combines social empowerment and entrepreneurship. Social Fiqh is fiqh that able to dialogue with development era. This study include in field research that uses qualitative research methods. The results of this study indicate that social entrepreneurship is in accordance with the concept of fiqh social that has five things (al-dharuriyyat al-khamsah). First, social entrepreneurship according to hifdz al-din (religion maintain). Second, hifdz al-aql (mind maintain). Third, hifdz al-nafs (soul maintain). Fourth, hifdz al-mal (wealth maintain). Fifth, hifdz al-nasl (generation maintain), also hifdz al-bi’ah (environtment maintain)
The Effectiveness of The Halal Product Guarantee Law on Business Awareness in Registration of Halal Certification in Indonesia Tasya Anzellyta; Anis Fittria
Walisongo Law Review (Walrev) Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/walrev.2022.4.1.11272

Abstract

The issuance of the Law on Halal Product Assurance in 2014 marked a new era of halal certification in Indonesia. In the past, halal certification was voluntary, but after the JPH Law it became mandatory. The government through the Halal Product Guarantee Agency of the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia is tasked with guaranteeing halal products in the community. The fact is that until 2022, there are still many business actors, especially those on the Small, Medium and Micro scale (MSMEs) who have not registered for halal certification. Even though the regulation has existed since 2014. Based on this, this study aims to determine the effectiveness of the Halal Product Guarantee Act on the Awareness of Business Actors in the Registration of Halal Certification in Indonesia. The research method used in this research is qualitative field research, with an empirical juridical research approach. The results of this study indicate that the Halal Product Guarantee Act has not been effective in increasing the awareness of business actors to register for halal certification and increase the availability of halal products in Indonesia. The minimum number of business actors who register for halal certification is influenced by legal awareness, namely: knowledge of legal regulations, knowledge of legal content, legal attitudes, and legal behavior. It is concluded that business actors in Indonesia have a low level of legal awareness in registering for halal certification. Many business actors do not know about the obligation of halal certification. There are also business actors who already know about halal certification, but have not yet arrived at compliance and carrying out the mandate of the Halal Product Guarantee Act. Terbitnya Undang-undang tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) pada tahun 2014 menandai era baru sertifikasi halal di Indonesia. Dahulu, sertifikasi halal bersifat sukarela (voluntary), akan tetapi setelah adanya UU JPH menjadi wajib (mandatory). Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementrian Agama Republik Indonesia bertugas untuk menjamin produk halal di masyarakat. Faktanya sampai tahun 2022, masih banyak pelaku usaha terutama yang berskala Usaha Kecil, Menengah dan Mikro (UMKM) yang belum melakukan pendaftaran sertifikasi halal. Padahal regulasinya sudah ada sejak tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Undang Undang Jaminan Produk Halal Terhadap Kesadaran Pelaku Usaha dalam Pendaftaran Sertifikasi Halal di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif, dengan pendekatan penelitian yuridis empiris. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Undang-undang Jaminan Produk Halal (UU JPH) belum efektif dalam meningkatkan kesadaran pelaku usaha untuk pendaftaran sertifikasi halal dan meningkatkan ketersediaan produk halal di Indonesia. Minimnya jumlah pelaku usaha yang mendaftar sertifikasi halal ini dipengaruhi oleh kesadaran hukum, yakni: pengetahuan tentang peraturan hukum, pengetahuan isi hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum. Disimpulkan bahwa pelaku usaha di Indonesia memiliki tingat kesadaran hukum yang masih rendah dalam mendaftar sertifikasi halal. Pelaku usaha banyak yang belum tahu tentang kewajiban sertifikasi halal. Ada juga pelaku usaha yang sudah tahu tentang sertifikasi halal, namun belum sampai pada ketaatan dan melaksanakan amanat Undang-undang Jaminan Produk Halal.
Bitcoin As A Means of Transaction and Investment In The Perspective of Islam Abdulloh Hamid; Anis Fittria; Ubbadul Adzkiya'; Santi Andriyani
IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam Vol 10 No 2 (2021): October
Publisher : Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (836.568 KB) | DOI: 10.36835/iqtishoduna.v10i2.944

Abstract

The emergence of bitcoin as a means of transaction and investment in the virtual world is intriguing to be studied. Many countries in the world have different perspectives upon the law of bitcoin itself. In Indonesia, the regulation on electronic money is in Indonesian Bank Regulation Number 20/6/PBI/2018 and MUI Fatwa Number 116/DSN-MUI/IX/2017. However, both have not specifically regulated bitcoin. As something new, bitcoin is necessary to be studied in the perspective of Islamic law. The research is a literature study utilizing content analysis to approach the data. The findings of the results are that bitcoin as a means of transaction is permissible (mubah) since there is a similar handover (taqabudh)--that there is a bitcoin to handover, there is no gambling (maisir), speculation (gharar), haram, riba, and false, and that the transactions is on a willingness basis (antharodin) of the both parties. Second, bitcoin as a means of transaction is haram if there is an uncertainty which is close to gharah and maisir, bitcoin as an investment tool has more damages than benefits.
Analisis Multi Objek pada Akad Pembiayaan Ijarah Multi Jasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Anis Fittria; Endang Sriani
Iqtisad: Reconstruction of Justice and Welfare for Indonesia Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Iqtisad
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/iq.v9i1.6533

Abstract

Ijarah multi jasa financing is one of the rental contract-based financing products offered by Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Ijarah multi jasa finance services that cannot be done through murabahah financing (buying and selling) or mudharabah financing (cooperation). This financing contract can finance a wide range of objects. The wide range of objects that can be financed through multi-service ijarah contracts raises concerns. Can an ijarah multi jasa contract be used to finance all objects? Is BPRS's ijarah multi jasa financing in accordance with Fatwa Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.44/DSN-MUI/VIII/2004? Research methods employ qualitative field research with an empirical research approach. According to the findings of this study, the analysis of ijarah multi jasa contracts at BPRS includes three components: analysis of financing objects, analysis of wage calculations (ujrah), and analysis of the accuracy of contract use. (1) An examination of financing objects on ijarah multi jasa contracts reveals the existence of multiple objects in BPRS, both based on criteria for work benefits (ijaratul 'amal) and benefits issued from objects (ijaratul 'ayan). Should the contract's object be limited to the ijaratul 'amal criteria. (2) The calculation of wages (ujrah) in ijarah multi jasa contracts at BPRS uses percentages rather than nominal amounts. Nominal should be used. (3) The accuracy of the use of ijarah multi jasa contracts in BPRS was discovered to be wakalah contract in one of the three models of realization of ijarah multi jasa contract financing. The use of wakalah in the financing of ijarah multi jasa contracts is not appropriate.Keywords: Ijarah Multi Jasa; Multi objects; BPRS.Pembiayaan ijarah multi jasa merupakan salah satu produk pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang menggunakan akad sewa menyewa. Ijarah multi jasa mengakomodir pembiayaan di bidang jasa yang tidak bisa dilakukan dalam pembiayaan murabahah (jual beli) maupun mudharabah (kerjasama). Berbagai macam objek dapat dibiayai dalam akad pembiayaan ini. Beragamnya objek yang dapat dibiayai pada akad ijarah multi jasa menimbulkan pertanyaan, apakah semua objek dapat dibiayai menggunakan akad ijarah multi jasa? Apakah pembiayaan multi jasa di BPRS sudah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multi Jasa? Metode penelitian menggunakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif, dengan pendekatan penelitian empiris. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa analisis akad pembiyaan multi jasa di BPRS meliputi tiga hal, yaitu; analisis objek pembiayaan, analisis perhitungan upah (ujrah), dan analisis ketepatan penggunaan akad. (1) Analisis objek pembiayaan pada akad ijarah multi jasa menunjukan adanya multi objek di BPRS, baik itu berdasarkan kriteria manfaat atas pekerjaan (ijaratul ‘amal) dan juga manfaat yang dikeluarkan dari benda (ijaratul ‘ayan). Seharusnya objek akad dibatasi kriteria ijaratul ‘amal (2) Perhitungan upah (ujrah) pada akad ijarah multi jasa di BPRS menunjukan penggunaan prosentase bukan nominal. Seharusnya menggunakan nominal (3) Ketepatan penggunaan akad ijarah multi jasa di BPRS ditemukan bahwa dalam salah satu tiga model realisasi pembiayaan akad ijarah multi jasa ditemukan akad wakalah. Penggunaan akad wakalah tidak tepat dalam pembiayaan akad ijarah multi jasa.
Bitcoin As A Means of Transaction and Investment In The Perspective of Islam Abdulloh Hamid; Anis Fittria; Ubbadul Adzkiya'; Santi Andriyani
IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 10 No. 2 (2021): October
Publisher : Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (836.568 KB) | DOI: 10.36835/iqtishoduna.v10i2.944

Abstract

The emergence of bitcoin as a means of transaction and investment in the virtual world is intriguing to be studied. Many countries in the world have different perspectives upon the law of bitcoin itself. In Indonesia, the regulation on electronic money is in Indonesian Bank Regulation Number 20/6/PBI/2018 and MUI Fatwa Number 116/DSN-MUI/IX/2017. However, both have not specifically regulated bitcoin. As something new, bitcoin is necessary to be studied in the perspective of Islamic law. The research is a literature study utilizing content analysis to approach the data. The findings of the results are that bitcoin as a means of transaction is permissible (mubah) since there is a similar handover (taqabudh)--that there is a bitcoin to handover, there is no gambling (maisir), speculation (gharar), haram, riba, and false, and that the transactions is on a willingness basis (antharodin) of the both parties. Second, bitcoin as a means of transaction is haram if there is an uncertainty which is close to gharah and maisir, bitcoin as an investment tool has more damages than benefits.
Optimalisasi Manajemen SDM dan Digitalisasi pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di Kabupaten Kendal Jawa Tengah Anis Fittria; Ali Imron; Rusmadi Rusmadi; Ubbadul Adzkiya’
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.636 KB) | DOI: 10.21580/dms.2022.221.9687

Abstract

Bumdes sebagai sebuah badan usaha milik desa memiliki tujuan utama untuk menggerakkan ekonomi desa sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 tahun 2021 Pasal 1 mengamanatkan Bumdes untuk mengembangkan produktivitas dan investasi desa. Meskipun begitu, masih banyak Bumdes yang belum berkembang. Salah satunya adalah Bumdes di kabupaten Kendal Jawa Tengah, yakni Bumdes Rizki Amanah, Desa Tambahrejo kecamatan Pageruyung yang masih tergolong sebagai Bumdes rintisan (bintang 1). Padahal Bumdes Rizki Amanah memiliki beberapa unit usaha seperti pembayaran listrik dan air, toko kelontong, persewaan lapangan bulu tangkis, serta koperasi simpan pinjam. Tujuan utama dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan skala usaha (scale up) pada Bumdes yang berada di kabupaten Kendal. Metode pengabdian masyarakat ini adalah Asset Based Community Development (ABCD) yang memberikan perhatian pada inventarisasi asset yang ada dalam sebuah masyarakat yang dianggap mendukung aktivitas pemberdayaan. Dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa faktor utama dari kurang berkembangnya Bumdes di kabupaten Kendal adalah kurang optimalnya menejemen SDM dan digitalisasi yang digunakan. Dengan demikian, pengabdian dilakukan dengan memberikan pengetahuan spesifik tentang pengelolaan yang optimal dan efektif dalam Bumdes. Kegiatan ini merupakan langkah awal dalam upaya optimalisasi SDM dan digitalisasi yang membutuhkan rangkaian kegiatan lanjutan untuk mendorong Bumdes di Kendal menjadi Bumdes berkembang (bintang 2). Village Owned Enterprises (Bumdes) as a village-owned business entity, aims to move the village economy so that it can realize community welfare. Government Regulation (PP) Number 11 of 2021 Article 1 mandates Bumdes to be able to develop village productivity and investment. However, many Villages Owned Enterprises (Bumdes) can’t develop well. One of them is that in Kendal district, Central Java, namely the Rizki Amanah Bumdes, in the village of Tambahrejo, Pageruyung district, which is still classified as stub Bumdes (1 star). Moreover, Rizki Amanah Bumdes has several business units such as electricity and water payments, grocery stores, badminton court rentals, and savings and loan cooperatives. The primary goal of this community empowerment activity is to scale up the Bumdes located in Kendal. The method used in this community empowerment activity is Asset Based Community Development (ABCD) which focused on inventorying assets belonging to the societies. From those activities, found some problems in developing Rizki Amanah Bumdes, which are the non-well-managed human resources and poor digitalization in promoting the Bumdes. Therefore, these activities are managed to give them some specific knowledge in empowering available resources and optimizing effective management. This is just the first step that needs more continued activities to support the Village Owned Enterprises (Bumdes) to encourage Bumdes to become a developing Bumdes (2 stars).