Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

UJI EFEK ANTIDIARE INFUSA KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L. forma typical) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI Revita Saputri; Risti Hadiyanti; Eka Fitri Susiani
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 4 No 1 (2020): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51817/bjp.v4i1.285

Abstract

The use of plants as a treatment for diarrhea is a potentialsource as an alternativeto traditional medicine.Kepok bananapeel(Musa paradisiaca L.)is one of thenatural can be used as antidiarrheal because they contain flavonoids, tannins andsaponins. The purpose of this study to determine the infusion of kepok bananapeel has an antidiarrheal effect on mice induced with oleum ricini and todetermine the infusion dose of kepok banana peel which provides the bestantidiarrheal effect. Kepok banana peel extracted by infusion method.Testing ofthe antidiare effect of Kepok banana peel infusion in oleum ricini induces mice.The study was divided into 5 groups : group 1 (control negative), group 2 (controlpositif loperamid 2mg), group 3 (dose of kepok banana peel infusion 5% b/v),group 4 (dose of kepok banana peel infusion 10% b/v),and group 5 (dose of kepokbanana peel infusion 15% b/v). Antidiarrheal observation in every 30 minutes for4 hours including the frequency diarrheaand consistency of faecal.The results offrequencydiarrhea showed weresignificantlydifferent betweengroup 5and group 1which can be seen fromdecreased frequency of diarrhea. The results ofconsistencyfaecalshowedthat the infusion of kepok banana peel infusion 15% b/vimproved consistency of faecalto be normal at 180 minute observation. Kepokbanana peel infusion 15% b/v showed the best antidiarrheal effect comparedtokepok banana peel infusion 5% b/v and 10% b/v.
UJI AKTIVITAS ANTIPIRETIK FRAKSI n-HEKSAN KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christm.) Swing) MENGGUNAKAN INDUKSI VAKSIN DPT-HB-Hib PADA MENCIT JANTAN GALUR Balb/c Satrio Wibowo Rahmatullah; Eka Fitri Susiani; Muhammad Reza Pahlevi; Guntur Kurniawan; Khairina Maida
Jurnal Insan Farmasi Indonesia Vol 4 No 1 (2021): Jurnal Insan Farmasi Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v4i1.693

Abstract

Jeruk nipis adalah sejenis tanaman perdu yang banyak tumbuh dan dikembangkan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas fraksi n-heksan kulit buah jeruk nipis pada mencit yang diinduksi vaksin, membuktikan kemampuan antipiretik dari fraksi n-heksan kulit buah jeruk nipis pada mencit yang diinduksi vaksin dan mengetahui dosis fraksi n-heksan kulit buah jeruk nipis yang memiliki aktivitas sebagai antipiretik pada mencit yang diinduksi vaksin. Sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok I kontrol positif (parasetamol), kelompok II kontrol negatif (Na-CMC 0,5%), kelompok III, IV, V diberikan fraksi n-heksan kulit buah jeruk nipis dengan dosis 0,07%/20gBB, 0,105%/20gBB dan 0,14%/ 20gBB. Kulit buah jeruk nipis mengandung senyawa saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid/steroid, flavonoid dan kumarin yang memberikan aktivitas antipiretik Pengukuran suhu tubuh dilakukan sebelum pemberian induksi vaksin DPT-HB-Hib, dan 30 menit sekali setelah perlakuan sampai menit ke-180. Mencit diinduksi demam menggunakan vaksin DPT-HB-Hib secara intramuskular dengan dosis 0,01ml/gBB mencit. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji Independent T-Test. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa fraksi n-heksan kulit buah jeruk nipis (C. aurantifolia (Christm.) Swing) mempunyai aktivitas antipiretik pada mencit jantan galur Balb-c dan pada konsentrasi 0,07%, 0,105%, dan 0,14% memiliki kemampuan aktivitas sebagai antipiretik yang tidak berbeda signifikan.
Penetapan Kandungan Total Fenolik-Flavonoid pada Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Kasturi (Mangifera casturi Kosterman) Hafiz Ramadhan; Dea Permata Rezky; Eka Fitri Susiani
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 8 No. 1 (2021): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v8i12021.58-67

Abstract

Pendahuluan: Kasturi (Mangifera casturi Kosterman) adalah salah satu dari tumbuhan khas Kalimantan yang memiliki berpotensi bioaktif karena memiliki kandungan fenol dan flavonoid yang tinggi. Tanaman ini digunakan dalam pengobatan oleh masyarakat secara turun temurun dan langka untuk ditemukan, sehingga perlu diketahui zat kimia berkhasiat pada bagian kulit batangnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar total fenolik dan flavonoid fraksi etil asetat dari ekstrak metanol kulit batang kasturi (M. casturi Kosterman). Metode: Analisis kualitatif melalui skrining fitokimia fenolik dengan reagen FeCl3, sedangkan untuk flavonoid menggunakan Mg-HCl, NaOH 10%, dan H­2SO4. Kromatografi lapis tipis (KLT) juga dilakukan dengan eluen metanol dan penampak bercak FeCl3 10% untuk senyawa fenolik, AlCl3 5% dan sitroborat untuk senyawa flavonoid. Penentuan kadar total fenolik dan flavonoid menggunakan metode kolorimetri dengan pereaksi kompleks Folin-Ciocelteu pada fenolik dan pereaksi kompleks AlCl3 pada flavonoid yang absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil: Hasil penelitian diperoleh rendemen ekstrak metanol kulit batang Kasturi sebesar 10,38% dan rendemen fraksi etil asetatnya sebesar 4,2%. Hasil skrining fitokimia dan KLT teridentifikasi kandungan fenolik dan flavonoid. Fraksi etil asetat dari ekstrak metanol kulit batang Kasturi mengandung kadar total fenol sebesar 3,92 mg GAE/g fraksi dan kadar total flavonoid sebesar 5,14 mg QE/g fraksi. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi etil asetat dari ekstrak metanol kulit batang Kasturi mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif sumber obat bahan alam.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN DAN KULIT BATANG KALANGKALA (Litsea angulata) ASAL KALIMANTAN SELATAN Eka Fitri Susiani; Revita Saputri
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 5 No 1 (2020): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.615 KB) | DOI: 10.36387/jiis.v5i1.406

Abstract

Antioxidants have an important role in inhibiting free radicals that trigger oxidative stress cells that cause degenerative diseases. Kalangkala (Litsea angulata) is a typical plant of Borneo which may have antioxidant activity. This study aims to determine the antioxidant activity of ethanol extract of leaves and stem bark of Kalangkala (L.angulata) from South Borneo. Extracts were investigated for antioxidant activity qualitatively and quantitatively using 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Qualitatively, the results of antioxidant assays from ethanol extract of leaves and stem bark showed that there were yellow spots with a purple background on the TLC plate. Quantitatively, the ethanol extract of Kalangkala leaves obtained IC50 values of 152.39 ppm, while the ethanol extract of Kalangkala stem bark obtained IC50 values of 85.33 ppm. Thus, it can be concluded that the leaves and stem bark of Kalangkala (L.angulata) have antioxidant activity.
AKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia (Christ) Swing) SEBAGAI ANTIPIRETIK PADA MENCIT YANG DIINDUKSI VAKSIN DPT Satrio Wibowo Rahmatullah; Eka Fitri Susiani; Muhammad Reza Fahlevi; Guntur Kurniawan; Siti Nurhaliza Leyla
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 6 No 2 (2021): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.824 KB) | DOI: 10.36387/jiis.v6i2.740

Abstract

Lime (Citrus aurantifolia (Christm.) Swing) is one of the types of oranges containing elements of compounds that are beneficial, so widely used as traditional medicine. This research aims to know the antipyretic activity of ethyl acetate fraction peel of lime. Phytochemical screening test result fraction ethyl acetate lemon rind contains flavonoids, saponins, alkaloids and essential oils. Total of 25 mice were divided into 5 groups, group I negative control, group II positive control, group III,IV,V were given ethyl acetate fraction at a dose of 0,07%/gBW,, 0,105%/gBWand 0,14%/gBW. Based on the results of graph average temperatures decrease the dose that the third has antipyretic activity because it can lower the temperature and the largest decreased in temperature at a dose 0,14%/gBW. Based on the test result ANOVA obtained sig. value 0,000. which means there is a temperature difference of meaning between 5 group treatment. And on Independent Test Sample T-test between a positive control with a dose 0,14%/gBW the value of sig. 0,601 (> 0,05) which means there is no meaningful difference.
PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) Eka Fitri Susiani; Any Guntarti; Kintoko Kintoko
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 2 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 1 PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) THE INFLUENCE OF DRYING TEMPERATURE AGAINST FLAVONOID TOTAL EXTRACT ETHANOL LEAVES CUCUMBER SOUL (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) Eka Fitri Susiani1, Any Guntarti2, Kintoko2* 1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru 2Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta *Email:kkintoko77@gmail.com ABSTRAK Masyarakat Indonesia secara turun temurun memanfaatkan daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) sebagai obat untuk hipertensi dan batu ginjal karena efek diuretik yang dimilikinya, dan hal ini karena adanya kandungan flavonoid di dalamnya. Perbedaan suhu pengeringan simplisia kemungkinan besar akan memberikan pengaruh terhadap kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kumis kucing. Oleh sebab itulah maka perlu dilakukan penelitian agar dapat diketahui suhu pengeringan optimal simplisia daun kumis kucing untuk mendapatkan kadar flavonoid total tinggi. Suhu pengeringan yang digunakan adalah 30o C,50o C, dan 70o C dengan metode maserasi. Penetapan kualitatif flavonoid dilakukan secara KLT dengan uap amoniak, AlCl3, dan sitroborat. Sedangkan untuk penetapan kuantitatif kadar flavonoid total ditetapkan secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksiA1C13. Hasil yang didapat menunjukan kadar flavonoid total terbesar pada suhu pengeringan 30o C (37,25 ± 1,23) μg QE/mg ekstrak; suhu 50o C (33,30 ± 1,54) μg QE/mg ekstrak; suhu 70o C (31,15 ± 1,49) μg QE/mg ekstrak. Maka berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu pengeringan simplisia berpengaruh terhadap kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun kumis kucing. Kata kunci: Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq), Suhu pengeringan, Flavonoid total, Spektrofotometri visibel. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 2 ABSTRACT Kumis kucing (Onhosiphon aristatus (BL) Miq) is one of thousands of plants of medicinal plants in Indonesia and is often used for traditional medicine in community. Hereditary society use its leaves as a remeiy for hypertension d kidney stones because of its diuretic effect,due to to flavonoid content in it. The drying temperature differences are likely to have significant content of total flavonoids in the ethanol extract of leaves of kumis kucing. Therefore it is necessary to study the optimal drying temperature icumis icucing leaves to obtained the highest total flavonoid content. Drying temperatures tested were 30o C, 50o C, and 70o Cand the extraction method used were maceration. Qualitative determination of flavonoids by TLC carried out with ammonia vapor, A1C13, and sitroborat. The quantitative, analysis flavonoid content was determined by spectrophotometiy visible using A1C13 reagent. The results indicated the highest total flavonoid content in the drying temperatire of 30o C(37,25 ± 1,23) μg QE/mg extract, then 50o C (33,30 ± 1 ,54) μg QE/mg extract, and the smallest on the drying temperature 70o C (31 , 15± 1,49) μg QE/mg extract. Based on this research it could be concluded that drying temperature affected total flavonoids content in the ethanol extract of leaves of kumis kucing. Keywords: kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq), drying temperature, total flavonoids,visible spectrophotometry. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 3 PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alamnya. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia, sebanyak 30.000 jenis dijumpal di Indonesia dan baru1.200 diantaranya yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional (Anonim, 2007). Kumis kucing merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional. Baik secara empiris maupun klinis, kumis kucing bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya batu ginjal. Daun kumis kucing merupakan tanaman obat yang mengandung senyawa flavonoid (Gunawan, dkk., 1996). Mengingat kegunaan flavonoid dalam pengobatan, maka perlu dilakukan penetapan kadar flavonoid total dalam daun kumis kucing. Dalam penelitian ini, dilakukan penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode maserasi dengan variasi suhu pengeringan simplisia30° C, 50° C, dan 70° C. Dari penelitian mi diharapkan memperoleh suhu pengeringan simplisia daun kumis kucing optimal sehingga akan didapat kadar flavonoid total yang tinggi.Apabila suhu pengeringan terlalu rendah, maka waktu yang diperlukan akan sangat lama sehingga kemungkinan besar simplisia akan ditumbuhi kapang dan ini akan merusak kandungan zat aktif yang terkandung di dalamnya. Namun jika suhu pengeringan terlalu tinggipun dikhawatirkan akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya (Depkes RI,1985). Oleh sebab itulah pentingnya dilakukan penelitian pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar flavonoid total pada ekstrak etanol daun kumis kucing guna mengetahui suhu pengeringan yang paling tepat untuk mendapatkan kadar flavonoid total tertinggi pada simplisia daun kumis kucing. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq.) berbunga ungu, Etanol 96% p.a, Kuersetin p.a, n-Butanol p.a, Asam asetat p.a, AlC136H2O (E-Merck) dan Petroleum eter (teknis) Alat yang digunkaan yaitu Spektrofotometer UV-Vis (Pharmaspec I700, SHIMADZU), Rotary evaporator,oven, seperangkat peralatan gelas (Pyrex), bejana kromatografi, timbangan analitikHalogen Moisturizer Analyzer, mikropropipet, plate selulosa, pipa kapiler 5 μl dan alat penyemprot. Pembuatan Simplisia Daun kumis kucing dikeringkan pada suhu 30° C, 50° C, dan 70° Cmenggunakan oven sampai didapatkan simplisia yang benar-benar kering,ditandaidengan uji fisik yaitu kerapuhan simplisia pada saat diremas. Simplisia kemudiandiserbuk dengan menggunakan blender untuk selanjutnya ditetapkan kadar airnya dan diekstraksi. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 4 Pembuatan Ekstrak Ekstrak dibuat secara metode maserasi (1x24 jam) yang disertai dengan proses pengadukan menggunakan pengaduk elektrikselama 6 jam. Penyari yang digunakan adalah etanol 96% (1:10). Larutan hasil maserasi yang didapat kemudian disaring dan dipisahkan dari ampasnya sehingga diperoleh maserat. Proses remaserasi dilakukan sampai cairan penyari pada maserasi berwarna jernih. Saridipekatkan dengan cara diuapkan pada Rotary evaporator yang dilanjutkan dengan penguapan ekstrak di atas waterbath sampai terbentuk ekstrak kental. Identifikasi Senyawa flavonoid Dengan Metode KLT Larutan uji dibuat dengan cara mengencerkan ekstrak kental dalam etanol96%. Plate selulosa diaktivasi sebelum digunakan dengan cara dlpanaskan dalamoven pada suhu 105° C selama 1 jam. Larutan uji dalam jumlah tertentu kemudianditotolkan pada plate selulosa tersebut dengan kuersetin sebagai pembanding.Selanjutnya dielusi dengan fase gerak n-butanol: asam asetat: akuades (4:1:5). Bercak pada kromatogram diamati pada sinar UV λ254, UV λ366 nm dan sinar tampak. Kromatogram kemudian dianalisa dengan pereaksi uap amoniak, AlCl3, dansitrobrat, dengan dan tanpa cahaya tampak dan sinar UV λ366 nm. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak etanol daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq)ditimbang sebanyak 50,0 mg, ditambah dengan etanol hingga 10 ml.Diencerkan sampai absorbansi yang diperoleh masuk range antara 0,2-0,8 nm. Dari larutan tersebut diambil 2,00 ml ditambahkan 2,00 ml larutan AlCl3.6H2O 2%, diamkan pada waktu OT kemudian absorbansi dibaca padapanjang gelombang maksimum. Analisis Data Analisis data terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan metode kurvastandar, regresi linier y = bx + a dibuat berdasarkan data luas area dibawah kurva dankonsentrasi dari larutan standar daun kumis kucing.Analisis data dilanjutkan dengan menguji normalitas (Kolmogorov Smirnov) dan uji homogenitas (Levene Test) dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila hasiluji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan metode parametrik ANOVA dan uji PostHoc (uji Least Significant Difference (LSD)). HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Simplisia Sampel berupa daun kumis kucing diperoleh dari Sleman, Yogyakarta pada bulan Maret 2010. Usia tanaman ketika dipanen 2 bulan, dan bagian yangdiambil adalah bagian pucuk daun beserta 10 lembar daun di bawahnya. Secaraempiris bagian inilah yang digunakan Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 5 masyarakat untuk pengobatan tradisional.Pengeringan daun kumis kucing dalam penelitian ini dilakukan pada 3 variasi suhu yaitu suhu 30o C, 50o C, dan 70° C.Pengeringan bahan tanaman bertujuan untuk menjaminkeawetan, mencegah tumbuhnya kapang dan jamur, menghilangkan air, mencegah terjadinya reaksi enzimatis, dan mempermudah pada saat simplisia akan dihaluskan menjadi serbuk (Depkes RI, 1985).Dalam proses pengeringan ini daun disusun tidak terlalu bertumpuk agar pengeringan berlangsung merata dan tidak terjadi face hardening, yakni bagian luar bahan sudah kering namun bagian dalamnya masih basah. Pada waktu dikeringkan, daun sering dibalik agar terjadi sirkulasi udara sehingga mempercepat pengeringan. Daun dikeringkan sampai mencapai titik kekeringan dengan ditandai kerapuhan, mudah patahnya daun yang dikeringkan, dan kadar air yang kurang dari 10% (Depkes RI, 1985). Lamanya proses pengeringan dari tiap suhu berbeda-beda. Pada Tabel 1 dapat dilihat lama pengeringan dan hasil penetapan kadar air pada masing-masing suhu pengeringan. Tabel 1. Lama Pengeringan dan Hasil Penetapan Kadar Air Simplisia Suhu Pengeringan Lama Pengeringan Kadar Air (%) ????̅ ± ????. ???? 30o C 45 jam 15 menit 6,01 ± 0,34 50o C 24 jam 10 menit 5,55 ± 0,22 70° C 10 jam 15 menit 5,08 ± 0,09 Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 6 Berdasarkan analisis data dengan SPSS 16, nilai signifikansi α < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga suhu pengeringan dalampenetapan kadar air simplisia daun kumis kucing. Pembuatan Ekstrak Rendemen ekstrak dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Rendemen Ekstrak Sampel Bobot Simplisia (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%) 30o C 20,059 2,995 14,93 50o C 20,046 3,085 15,39 70° C 20,056 1,866 9,30 Hasil rendemen ini dapat dijadikan acuan dalam memperkirakan berapa jumlahsimplisia yang diperlukan untuk diekstraksi,agar didapatkan ekstrak sejumlahyang diinginkan. Uji Kualitatif Pada penclitian ini uji kualitatif dilakukan secara KLT dengan menggunakan fase gerak hasil orientasi BAW 4:1:5 (n-Butanol: Asam asetat:Air) fase atas dan fase diam selulosa. Pereaksi umum yang digunakan untuk uji kualitatif flavonoid yaitu uap amoniak, pereaksi sitroborat, dan pereaksi AlC13.Hasil uji kualitatif flavonoid dengan pembanding kuersetin dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelum diuapi dengan amoniak,bercak sampel dilihat pada sinar UV366 memberikan warna hijau kekuningan, sedangkan pada sinar tampak dan Sinar UV254berwarna kuning lemah. Setelah diuapi dengan amoniak pada sinar UV366 bercak semua sampel memberi sedikit perubahan warna menjadi kuning kehijauan, sedangkan pada sinar tampak dansinar UV254 bercak sampel berwarna kuning yang lebih intensif dari warna kuning sebelumnya. Kemungkinan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daunkumis kucing adalah jenis flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertaiatau tanpa 5-OH bebas. Perubahan warna ini dikarenakan adanya pembentukan struktur kinoid (Robinson, 1995).Bercak sampel pada saat sebelum dansesudah disemprot sitroborat mengalami perubahan warna yang semula pada sinartampak berwarna kuning pucat menjadi kuning yang lebih terang, sedikitmemberikan perubahan warna pada sinar UV366, dan tetap kuning pada sinar UV254.Setelah disemprot dengan AlCl3 memberikan sedikit perubahan warna pada sinar UV366 menjadi lebihintensif, warna kuning pada sinar tampak dan UV254. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa flavonoid yang terkandung adalah flavonol yang mengandung3-OH bebas dan disertai atau tanpa 5-OH bebas. Untuk pereaksi AlCl3, terjadinya perubahan warna disebabkan oleh adanya pembentukan kompleks dengan senyawa flavonoid. Pembentukan kompleks ini akan menyebabkan pergeseran panjang gelombang ke arah batokromik. Gambar 1. Hasil Uji Kualitatif Flavonoid dengan Pembanding Kuersetin Keterangan cuplikan : a Kuersetin; b.Sampel suhu 300C; c. Sampel suhu 500C; d.Sampel suhu 700C Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 7 Prinsipnya gugus hidroksi flavonoid akan bereaksi dengan AlCl3 membentuk kompleks kelat berwama kuning yang apabila gugus hidroksi tersebut berada pada posisi orthodihidroksi maka bersifat tidak stabil dalam suasana asam, sehingga jika direaksikan denganHCl akan mengalami pergeseran hipsokromik jika dibandingkan pada saat direaksikan dengan AlCl3. Namun jika gugus hidroksi berada pada posisi hidroksikarbonil, maka larutan bersifat stabil terhadap asam, sehingga ketika direaksikandengan HCl tidak terjadi pergeseran hipsokromik seperti halnya pada posisiortho dihidroksi (Mabry, dkk., 1970) Uji Kuantitatif Flavonoid Total Hasil penetapan kadar flavonoid total dalam ekstraksi etanol daun kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan 30o C, 50o C, dan 70o C disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil penetapan kadar flavonoid total dalam daun kumis kucing dengan tiga variasi suhu pengeringan Suhu Kadar Flavonoid (μg QE/mg ekstraksi) ????̅ ± ????. ???? (μg QE/mg ekstraksi) 300 C 37,25 37,25 ± 1,23 500 C 33,30 33,30 ± 1,54 700 C 31,15 31,15 ± 1,49 Ket: P95%, α , 0,05 Ekstrak etanol daun kumis kucing terbukti mengandung senyawa flavonoid. Adanya perbedaan kandungan flavonoid total dalam ekstrak daun kumis kucing pada tiga suhu pengeringan bukan dipengaruhi adanya kapang atau jamur, sebab daun dengan ketiga variasi suhu pengeringan mengandung kadar air kurang dari 10%, tetapi kemungkinan perbedaan itu dipengaruhi oleh adanya peningkatan kecepatan degradasi kimia. Kecepatan degradasi akan meningkat dengan adanya peningkatan suhu. Hal ini sangat terlihat pada warna daun kumis kucing yang berbeda pada masing-masing suhu pengeringan, yaitu saat pengeringan dengan suhu 30° C daun masih tampak dalam kondisi baik, tidak gosong seperti halnya daun pada suhu 70° C. Pada proses degradasi ini terjadi reaksi oksidasi yang memutus ikatan rangkap karbon terkonjugasi, hal inidisebabkan oleh adanya panas yang mengalir. Oleh sebab itulah, senyawa tersebuttidak bisa dibaca absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Sehingga akibatnya kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun kumis kucing menjadi berkurang. Kadar flavonoid total pada ekstrak etanol daun kumis kucinghasil penelitian pada masing-masing suhu pengeringan 30°C, 50° C, 70° Cberturut-turut yaitu (37,25 ± 1,23) μg QE / mg ekstrak ; (33,30 ± 1,54) μg QB /mg ekstrak ; (31,15 ±1,49) μg QE / mg ekstrak. Jadi, suhu pengeringan 30° C inilah suhu yang optimal dengan kandungan flavonoid total yang paling besar. KESIMPULAN Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 8 Suhu pengeringan daun kumis kucing dapat mempengaruhi kadar flavonoid total yang terkandung dalam daun kumis kucing.Suhu pengeringan 30°C merupakan suhu pengeringan yang optimal untuk mendapatkan ekstrak etanol daun kumis kucing dengan kadar flavonoid total paling banyak 37,25 ± 1,23 μg QE/mg ekstrak. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara RIhttp://www.bmf.litbang.depkes.go.id/index2.php?option=content&do_pdf=1&id= 175diakses tanggal 13 Maret 2010 Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 2-9,51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, 4-31, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 7, Departemen RepublikIndonesia, Jakarta. Gunawan, D., Sudarsono, Agus P., Subagus W., Imono A. D., M.Dradjat, Samekto W., Ngatidjan,. 1996.Tumbuhan Obat, 90-95, Pusat PenelitianObat Tradisional UGM, Yogyakarta. Mabry, T.J, Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970, The Systematic and identification of Flavonoid, 3-56, Springer-Verlag, New York, Helderberg-Berlin. Robinson,T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi Edisi keenam,191-216, Penerbit 1TB, Bandung.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN BAYAM BRAZIL (Altehernanthera sissoo) DI KELOMPOK WANITA TANI DI KELURAHAN LANDASAN ULIN BARAT, LIANG ANGGANG, BANJARBARU Azmi Yunarti; Revita Saputri; Eka Fitri Susiani
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 7, No 3 (2022): AL-IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.974 KB) | DOI: 10.31602/jpaiuniska.v7i3.6920

Abstract

Kelompok Wanita Tani (KWT) Cantik Manis merupakan salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) aktif yang berada di bawah naungan UPT BPP Liang Anggang Banjarbaru yang berada di Kelurahan Landasan Ulin Barat. KWT Cantik Manis saat ini tengah aktif membudidayakan tanaman hias Bayam Brazil, yang saat ini hanya digunakan untuk konsumsi sebagai campuran olahan sayuran, keripik dan tanaman hias dipekarangan rumah. Melihat potensi Bayam Brazil, STIKES Borneo Lestari Banjarbaru melalui program pengabdian masyarakatnya membantu memberikan edukasi melalui pengembangan pemanfaatan Bayam Brazil menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis seperti nugget dan sirup. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mengenalkan masyarakat tentang cara pengolahan dan pemanfaatan Bayam Brazil. Kegiatan dilakukan dengan memberikan materi (edukasi) tentang antioksidan alami, khasiat dari Bayam Brazil dan demo atau praktek pembuatan sirup dan nugget dari bahan Bayam Brazil. Berdasarkan hasil analisis data terlihat antusias masyarakat terkait kegiatan tersebut. Hal ini karena produk olahan nugget dan sirup ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menjalankan wirausaha produk yang berpotensi berkembang di masyarakat untuk mendukung terwujudnya masyarakat tangguh di era new normal dalam usaha peningkatan derajat ekonomi masyarakat. Masyarakat juga mendapatkan wawasan baru tentang antioksidan alami, khasiat Bayam Brazil dan demontrasi pengolahan nugget dan sirup.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah dan Biji Buah Kalangkala (Litsea angulata) asal Kalimantan Selatan: Antioxidant Activity Test of Ethanolic Extract of Kalangkala (Litsea angulata) Fruits and Seeds from South Kalimantan Revita Saputri; Eka Fitri Susiani
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 1 No. 2 (2018): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v1i2.370

Abstract

Free radicals are atoms or molecules, having one or more unpaired electrons. Increased production of free radicals can cause oxidative stress and cause many pathological conditions, e.g. cancers, heart diseases, and other diseases. The antioxidant can inhibit oxidative stress. Kalangkala (Litsea angulata) usually found in the South Kalimantan that can be used as an antioxidant. The study aimed to determine the antioxidant activity of ethanolic extract of Kalangkala fruits and seeds from South Kalimantan. Antioxidant activity was conducted qualitatively and quantitative uses the method DPPH. The result of the antioxidant activity of ethanolic extract of Kalangkala fruits and seeds qualitatively showed the presence of yellow spots on a purple background at Thin Layer Chromatography (TLC). The result of the activity of ethanolic extract of Kalangkala seeds quantitatively obtained IC50 value was 48.78 ppm and activity of ethanolic extract of Kalangkala fruits quantitatively obtained IC50 value was 243.14 ppm. Ethanolic extract of Kalangkala fruits and seeds from South Kalimantan has antioxidant activity.
Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of Vernonia amygdalina Del Leaves againts Male Mice Induced by Oleum Ricini Karunita Ika Astuti; Lusiana Dwi Wulandari; Eka Fitri Susiani
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 2 No. 1 (2019): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v2i1.707

Abstract

Leaves of Vernonia amygdalina Del. is one of the alternative plants that people use as antidiarrheal in Martapura, Banjar. The purpose of research to determine the antidiarrheal activity and the effectiveness of ethanolic extract of leaves against male mice. The negative control was given NaCMC 0.5% orally, positive control was given Loperamide HCl 0.005 mg/20 g orally, and groups of ethanolic extract of leaves were given dosages in 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, and 400 mg/kg BW orally. After 1 hour of treatment, the groups were induced by Oleum ricini orally and were observed for 4 hours. Based on three parameters were frequency, weight, and consistency of diarrhea. From the results observation of that negative control, positive control, EEDA 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, and 400 mg/kg BW for diarrhea frequency parameter was 7.4 ± 2.30; 2 ± 1.22; 5.8 ± 3.34; 6.2 ± 4.08; 2.4 ± 1.67; the weight parameter was 1.34 ± 0.43; 0.38 ± 0.29;0.66 ± 0.56; 0.57 ± 0.38; 0.49 ± 0.33 and then consistency of diarrhea with EEDA 400 mg/kg BW improved the consistency at 180 minutes compared to control group at 210 minutes. In conclusion, from all parameters of ethanolic extract of Vernonia amygdalina Del. leaves can give an antidiarrhea effect with optimum dosage is 400 mg/kg BW.
In Vitro Determination of Sun Protection Factor of Water Extract of Aerodramus fuciphagus from Central Kalimantan Dita Ayulia Dwi Sandi; Eka Fitri Susiani; I Ketut Adnyana; Pratiwi Wikaningtyas
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 4 No. 2 (2021): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v4i2.1782

Abstract

Sunscreen is a cosmetic substance that has the ability to reflect or absorb sunlight actively. It can prevent skin irritation due to UV rays. One of the natural ingredients with a sunscreen effect is the Edible-nest swiftlet's (Aerodramus fuciphagus) nest (ESN). This study aimed to determine the value of the sun protective factor (SPF) of the ESN water extract. The ESN water extract solution with variation concentration, this is 2000, 2500, 5000, 6000, and 7000 ppm, were measured by spectrophotometric UV-Vis at wavelength 290-375 nm with 5 nm intervals to determine the value of SPF, percentage of erythema transmission (%Te), and percentage of pigmentation transmission (%Tp) of ESN water extract. The result showed that the ESN water extract's SPF values at the concentration 2000, 2500, 5000, 6000, and 7000 ppm were 7.80; 9.68; 18.75; 20.58; and 22.24. The value of %Te of each concentration were 15.60±0.19; 10.03±0.42; 1.24±0.04; 0.81±0.01 and 0.56±0.01. While the value of %Tp of each concentration was showed the sunblock category. In conclusion, the ESN water extract from Central Kalimantan at the concentration of 6000 ppm has potential in ultraviolet protection against the skin in the ultra category with sunblock category mechanism. Further, it can be developed into sunscreen cosmetics from natural ingredients.