Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Determinan Kejadian Malaria Vivax di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Aila Karyus; Dewi Rahayu
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI) Vol 3, No 1 (2022): JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA (JIKSI)
Publisher : Univeristas Mitra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit malaria merupakan penyakit menular akibat infeksi parasit genus Plasmodium yang ditularkan melalui vektor nyamuk Anopheles ke dalam pejamu manusia. Di luar kawasan timur Indonesia, masih terdapat dua kabupaten/kota endemis tinggi yaitu Kabupaten Penajem Paser Utara di Kalimantan Timur dan Kabupaten Pesawaran di Lampung. Gambaran API (Annual Parasite Incidence) malaria di provinsi Lampung tahun 2019 adalah sebesar 0,18 per 1.000 penduduk, dengan kasus positif malaria tertinggi adalah di Kabupaten Pesawaran. Laporan kasus malaria pada Puskesmas Hanura tahun 2020 juga menunjukkan bahwa jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan adalah P. vivax. Pengobatan malaria vivax adalah dengan ACT selama 3 hari dan primakuin selama 14 hari. Pengobatan harus dilakukan hingga tuntas karena ketidakpatuhan pengobatan dapat menyebabkan relaps. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis determina yang berperan terhadap kejadian malaria vivax di Kecamatan Teluk Pandan (wilayah kerja Puskesmas Hanura). Penelitian ini mengambil delapan orang informan, yang terdiri dari lima pasien terdiagnosis malaria vivax, dokter puskesmas, pengelola program malaria Puskesmas dan Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian dengan  wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi informan. Analisis data penelitian bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan terhadap kejadian malaria vivax di wilayah kerja Puskesmas Hanura yaitu rendahnya kepatuhan meminum obat, diperlukan Pengawas Minum Obat yang berasal dari keluarga, kader atau tenaga kesehatan. Rendahnya penerapan surveilans 1-2-5 oleh tenaga kesehatan karena terfokus pada program penanggulangan pandemi Covid-19, kurangnya motivasi dan dukungan masyarakat, terhadap kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal.. Disarankan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai pencegahan malaria, memantau kepatuhan minum obat, meningkatkan surveilans 1-2-5.Kata Kunci : Determinan, Malaria Vivax, Penyakit
Analisis Determinan Kejadian Malaria Vivax di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran Aila Karyus; Dewi Rahayu
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia Vol 3, No 1 (2022): JURNAL ILMU KESEHATAN INDONESIA (JIKSI)
Publisher : Univeristas Mitra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit malaria merupakan penyakit menular akibat infeksi parasit genus Plasmodium yang ditularkan melalui vektor nyamuk Anopheles ke dalam pejamu manusia. Di luar kawasan timur Indonesia, masih terdapat dua kabupaten/kota endemis tinggi yaitu Kabupaten Penajem Paser Utara di Kalimantan Timur dan Kabupaten Pesawaran di Lampung. Gambaran API (Annual Parasite Incidence) malaria di provinsi Lampung tahun 2019 adalah sebesar 0,18 per 1.000 penduduk, dengan kasus positif malaria tertinggi adalah di Kabupaten Pesawaran. Laporan kasus malaria pada Puskesmas Hanura tahun 2020 juga menunjukkan bahwa jenis plasmodium yang paling banyak ditemukan adalah P. vivax. Pengobatan malaria vivax adalah dengan ACT selama 3 hari dan primakuin selama 14 hari. Pengobatan harus dilakukan hingga tuntas karena ketidakpatuhan pengobatan dapat menyebabkan relaps. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis determina yang berperan terhadap kejadian malaria vivax di Kecamatan Teluk Pandan (wilayah kerja Puskesmas Hanura). Penelitian ini mengambil delapan orang informan, yang terdiri dari lima pasien terdiagnosis malaria vivax, dokter puskesmas, pengelola program malaria Puskesmas dan Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian dengan  wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara mendalam (indepth interview) dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi informan. Analisis data penelitian bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan terhadap kejadian malaria vivax di wilayah kerja Puskesmas Hanura yaitu rendahnya kepatuhan meminum obat, diperlukan Pengawas Minum Obat yang berasal dari keluarga, kader atau tenaga kesehatan. Rendahnya penerapan surveilans 1-2-5 oleh tenaga kesehatan karena terfokus pada program penanggulangan pandemi Covid-19, kurangnya motivasi dan dukungan masyarakat, terhadap kebersihan lingkungan di sekitar tempat tinggal.. Disarankan untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan mengenai pencegahan malaria, memantau kepatuhan minum obat, meningkatkan surveilans 1-2-5.Kata Kunci : Determinan, Malaria Vivax, Penyakit
Faktor - faktor Sosial Demografi yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Santi Oktavia; Endang Budiati; Ferizal Masra; Dewi Rahayu; Bambang Setiaji
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 4 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.857 KB)

Abstract

Deteksi dini dengan mengidentifikasi karakteristik akan meningkatkan pemahaman risiko dan perkembangan intervensi yang efektif. Faktor  resiko yang berhubungan dengan kejadian DM, yaitu faktor sosio demografi, perilaku   dan keadaan klinis atau mental individu. Faktor sosio demografi diantaranya adalah  usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan dan status perkawinan. Tujuan penelitian Untuk mengetahui factor – factor Sosial Demografi yang berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Waykanan Tahun 2021. Desain penelitian deskriptif  analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel penelitian 108 responden, teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner, hasil uji validitasnya adalah 0,423 sedangkan hasil reliabilitasnya adalah 0.937 .  Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menggunakan uji fisher didapatkan p-value 0,000 yang artinya ada hubungan antara usia dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,000 ada hubungan antara jenis kelamin dengan Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,008 ada hubungan antara variable Pendidikan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,000 ada hubungan antara variable Pekerjaan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2. p-value 0,000 yang artinya ada hubungan antara variable Pekerjaan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2, p-value 0,024 yang artinya ada hubungan antara variable Aktifitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 p-value 0,021 < 0,005yang artinya ada hubungan antara variable Pola Makan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2.
Determinan yang Berhubungan dengan Pencegahan Stunting Kiki Apriyana; Kodrat Pramudho; Nur Sefa Arief Hermawan; Sugeng Irianto; Dewi Rahayu
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 12 No 4 (2022): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Oktober 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.519 KB)

Abstract

Stunting umumnya terjadi disebabkan kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.  Pada 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa kritis yang akan menentukan masa depannya. Tujuan penelitian Diketahui  Determinan yang berhubungan dengan pencegahan  stunting Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Lampung Tengah Tahun 2021. Desain penelitian deskriptif  analitik dengan pendekatan crossectional, sampel penelitian 68 responden, teknik pengambilan sampel random sampling. Metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil uji validitas 0, 361 dan reliabiilitas 0.936. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square didapat P-value 0,000 maka ada hubungan signifikan antara usia balita/anak dengan upaya pencegahan stunting. didapat P-value 0,003 maka ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan upaya pencegahan stunting didapat P-value 0,002 maka ada hubungan signifikan antara pemberian MP-ASI pada anak/balita  dengan upaya pencegahan stunting. didapat P-value 0,004 maka ada hubungan signifikan antara pemberian ASI Esklusif pada anak/balita  dengan upaya pencegahan stunting didapat P-value 0,000 maka ada hubungan signifikan antara pemberian Asupan gizi pada anak/balita  dengan upaya pencegahan stunting, dapat diketahui bahwa pada beberapa variable dalam upaya pencegahan stunting didapat variable tertinggi dan sangat berpengaruh  dalam pencegahan stunting yaitu variable Asupan Gizi dengan nilai OR 19.326 dan pada variable terendah terdapat pada variable ASI esklusif dengan nilai OR 7.901. maka dapat disimpulkan bahan asupan gizi saat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita/anak.
A ANALISA FAKTOR PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN PENGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETUGAS DI MASA PANDEMI COVID-19 Ari Pratama Yudha; Dewi Rahayu; Ferizal Masra; Atikah Adyas
An Idea Health Journal Vol 3 No 01 (2023): FEBRUARY
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ihj.v3i01.134

Abstract

The COVID-19 pandemic endangers everyone, especially Health Workers (Nakes) and Non Health Workers (Non Health Workers) who work in Health Service Health Facilities, Hospitals as health care facilities, can also be a source of infection. Hospital-acquired infections, otherwise known as nosocomial infections. To prevent nosocomial infections, a guideline is needed that aims to reduce the incidence of these infections, one of which is the use of Personal Protective Equipment (PPE). This study aims to determine the relationship between the determinants of the use of Personal Protective Equipment and to determine the effectiveness and workload of using PPE felt by workers at the Bandar Negara Husada Hospital during the COVID-19 pandemic. The design of this research is Crosssectional. The sample is 79 people. Data analysis used Chi-Square test and multiple logistic regression. The results of statistical analysis showed that there was a significant relationship between compliance with PPE use and knowledge (P=0.000), compliance with PPE use and availability (P= 0.018), compliance with PPE use with training (0.037) and compliance with PPE use with supervision (P= 0.000). Based on the multiple logistic regression test, it was found that the most dominant variable related to compliance with the use of PPE is knowledge (OR = 0.035) which means that officers with good knowledge of PPE are 0.35 times more obedient in using PPE than officers with poor knowledge.
Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat di Kabupaten Mesuji Candra Irawati; Endang Budiati; Dewi Rahayu
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 5 (2023): Volume 3 Nomor 5 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.834 KB) | DOI: 10.33024/mahesa.v3i5.9858

Abstract

ABSTRACT According to WHO (2021), around 295,000 women die, the most common causes being bleeding, high blood pressure, infection and unsafe abortion. The aim of this research is to find out the risk factors for the occurrence of severe preeclampsia in Mesuji Regency in 2023. This type of quantitative research with a case control approach design. The study population was all pregnant women at 22 weeks' gestation with a total of 2,710 mothers, with a total of 105 research respondents. The results of the bivariate analysis stated that there was a relationship between completeness of ANC visits p-value 0.000, history of hypertension p-value 0.023, nutritional status p-value 0.000, obesity p-value 0.027 and family support p-value 0.016 with the incidence of severe preeclampsia. There is no relationship between maternal age and a p-value of 0.599 with the incidence of severe preeclampsia. The results of the multivariate analysis showed that the mother's nutritional status was the dominant factor associated with the incidence of severe preeclampsia with a p-value of 0.000 and an OR (odds ratio) of 8.588. Suggestions for the community health centre to increase mentoring and education on the importance of intake patterns and improving the nutrition of pregnant women, and it is hoped that the local government can bridge the collaboration between various sectors and interested stakeholders in efforts to improve nutrition and strategies for receiving health services for all people, especially those with low accessibility in Mesuji Regency Keywords: Risk Factors, Severe Preeclampsia  ABSTRAK Preeclampsia merupakan penyebab umum kematian ibu paa masa kehamilan dan persalinan. Menurut WHO (2021), sekitar 295.000 wanita meninggal, penyebab paling umum yaitu perdarahan, tekanan darah tinggi, infeksi dan aborsi tidak aman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kejadian preeclampsia berat di Kabupaten Mesuji tahun 2023. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain pendekatan case control. Populasi penelitian yaitu seluruh ibu hamil usia kehamilan 22 minggu dengan jumlah 2.710 ibu, dengan total responden penelitian sejumlah 105 orang. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa ada hubungan kelengkapan kunjungan ANC p-value 0,000, riwayat hipertensi p-value 0,023, status gizi p-value 0,000, obesitas p-value 0,027 dan dukungan keluarga p-value 0,016 dengan kejadian preeclampsia berat. Tidak ada hubungan umur ibu dengan nilai p-value 0,599 dengan kejadian preeclampsia berat. Variabel status gizi ibu menjadi faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian preeclampsia berat dengan p-value 0,000 dan OR (odd ratio) 8,588. Saran bagi puskesmas meningkatkan pendampingan dan edukasi pentingnya pola asupa dan perbaikan gizi ibu hamil, serta diharapkan pemerintah daerah dapat menjembatani terjalinnya kolaborasi antar berbagai sektor dan stakeholder yang berkepentingan dalam upaya perbaikan gizi dan strategi penerimaan layanan kesehatan kepada seluruh masyarakat terutama dengan aksesibilitas rendah di Kabupaten Mesuji. Kata Kunci: Faktor Risiko, Preeklampsia Berat
Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tunggu terhadap Pasien Rawat Jalan Fitri Agustina; Atikah Adyas; Achmad Djamil; PA Kodrat Pramudho; Dewi Rahayu
Malahayati Nursing Journal Vol 5, No 9 (2023): Volume 5 Nomor 9 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v5i9.7471

Abstract

ABSTRACT Waiting time is the time required by patients to get outpatient services from the registration or counter to enter the doctor's examination room. Long waiting times for services are one of the problems that often arise in the outpatient service installation of a hospital. The length of waiting time is calculated from the time the patient registers until he gets service by a doctor. According to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.129/Menkes/SK/IV/2008, outpatient services with an indicator of waiting time for outpatient services is the time it takes from the time the patient registers until he is received/served. by a specialist is 60 minutes. This study aims to determine the factors related to the waiting time of outpatients at the Ahmad Yani Hospital in Metro City.  This research is a quantitative research with a cross sectional approach. The population in this study were all outpatients with a total population of 2,171 people. The sample in this study was 165 respondents who were calculated using the Slovin formula. Sampling technique using incidental sampling technique. The results of the study obtained P-Value 0.000 with OR 21.717, it can be concluded that there is a relationship between the length of medical record provision and waiting time. P-Value 0.000 with OR 11.655, it can be concluded that there is a relationship between patient registration length and waiting time. P-Value 0.001 with OR 36,392. It can be concluded that there is a relationship between the number of patient queues and waiting time. P-Value 0.000 with OR 40.393 it can be concluded that there is a relationship between doctor delay and waiting time. The dominant factor related to waiting time can be seen from the score value, which is 40,393 Doctors carry out their duties according to the specified time. Strengthen monitoring related to doctor attendance hours so that they are present on time at outpatient polyclinics. This is done to minimize waiting time in accordance with Minister of Health Decree no. 129 in 2008. Keywords: Waiting Time, Outpatient  ABSTRAK  Waktu tunggu merupakan waktu yang diperlukan oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan dari tempat pendaftaran atau loket sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu yang lama pada pelayanan, salah satu masalah yang sering muncul di instalasi pelayanan rawat jalan sebuah rumah sakit.  Penelitian ini bertujuan untuk factor yang berhungan dnegan waktu tunggu pasien rawat jalan di Rumah Sakit  Ahmad Yani kota Metro.  Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan  dengan jumlah populasi 2.171 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 165 responden yang dihitung dengan menggunakan rumus slovin. Tehnik pengambilan sampel menggunakan menggunakan tehnik asidental sampling. Hasil penelitian didapat P-Value 0,000 dengan OR 21.717 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama penyediaan rekam medis dengan waktu tunggu.P-Value 0,002 dengan OR 9.213 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pemeriksaan Pasien dengan waktu tunggu. P-Value 0,000 dengan OR 11.655 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan lama pendaftaran Pasien dengan waktu tunggu. P-Value 0,001 dengan OR 36.392 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan jumlah antrian Pasien dengan waktu tunggu. P-Value 0,000 dengan OR 40.393. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan keterlambatan dokter dengan waktu tunggu. factor dominan yang berhubungan dengan waktu tunggu hal ini dapat dilihat dari nilai score yaitu 40.393 Dokter menjalankan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.Memperkuat monitoring terkait jam kehadiran dokter agar hadir tepat waktu di poli rawat jalan hal ini dilakukan untuk meminimalisir waktu tunggu sesuai dengan kepmenkes no 129 tahun 2008. Kata Kunci : Waktu Tunggu, Pasien, Rawat Jalan
A Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Mesuji Tahun 2022 Rini Iwan Lestari; Dewi Rahayu; Endang Budiati; Sugeng Eko Irianto; Aila Karyus
An Idea Health Journal Vol 3 No 02 (2023): JULY
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ihj.v3i02.157

Abstract

According to WHO (2020) 35.5% of infant deaths are caused by low birth weight (LBW). In Indonesia, 79.1% of deaths occur in infants. In Mesuji District, there were 97 cases of LBW from 2,786 births. The research objective was to analyze the factors associated with the incidence of low birth weight in Mesuji District. This type of quantitative research, with a case control approach design. study population, all newborns were 2,907 babies. The research sample is 124 respondents. The sampling technique was purposive sampling. The method of collecting data is by observing checking medical record books and MCH books. Based on statistical tests, it was found that there was a relationship between maternal age (p-value 0.035, OR 2.476), ANC visits (p-value 0.000, OR 24.537), maternal nutritional status (p-value 0.001, OR 4.253), and anemia (p-value 0.010 OR 3.133) with the incidence of low birth weight in Mesuji District.The ANC visit variable became the dominant variable (p-value 0.000 OR 22.624) with the incidence of LBW. Suggestions, it is hoped that the health office can facilitate increased collaboration in improving education and community empowerment in order to create public understanding of health behavior and optimal utilization of health services.
F FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) PASIEN HIPERTENSI DI RSUD ALIMUDDIN UMAR KABUPATEN LAMPUNG BARAT Lia Puspita Sari; Dewi Rahayu; Aila Karyus; Dian Utama Pratiwi Putri; Endang Budiati
An Idea Health Journal Vol 4 No 01 (2024): FEBRUARY
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ihj.v4i01.135

Abstract

Referral Program (PRB) is a health service program that is provided to JKN participants with chronic diseases with stable conditions and still requiring treatment at first-level health facilities. Hypertension is a chronic disease that can only be controlled and requires long-term and even lifelong treatment so that patient compliance with hypertension treatment is required. Patient compliance is a determining factor for the success of hypertension therapy with controlled blood pressure results. This study was to determine what factors are associated with visits to the Referback Program for Hypertensive Patients at Alimuddin Umar Hospital, West Lampung Regency. The population of this study were 135 patients in the Internal Medicine Polyclinic who were included in the research criteria. This research was conducted from August 2022. This research includes quantitative research with a Cross Sectional approach. Data collection using medical records. The results showed that there was a relationship between hospital facilities and DRR visits for hypertension patients, there was a relationship between the competence of health workers and DRR visits for hypertension patients, and there was a relationship between ease of information and PRB visits for hypertension patients. The ease of information variable is the dominant variable in the referral patient visit. It is necessary to monitor and evaluate the implementation of the Referback Program, to conduct more intensive socialization regarding the Referback Program, to Health Facilities or participants about how useful this referral programs.
ANALISIS DETERMINAN PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA REMAJA DI SMA LAMPUNG SELATAN TAHUN 2020 Dewi Rahayu; Novita Lestari; Abikusno Djamaluddin
Jurnal Farmasindo Vol 4 No 2 (2020): Desember
Publisher : Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sexual behavior is said to be risky if the behavior brings unwanted consequences such as abortion, pregnancy outside marriage and Sexually Transmitted Diseases (STDs). In 2019 there were 78 cases of pregnancy and childbirth among adolescents in the working area of ​​Candipuro Health Center. This type of research is quantitative. Analytical research design with cross-sectional approach. The population is all high school students grade X, XI, XII in South Lampung Regency as many as 15,259 students. with a sample of 429 respondents. Data analysis used univariate analysis with percentages, bivariate analysis with Chi Square and multivariate analysis with multiple logistic regression. The results showed that there was a relationship between knowledge with at risk sexual behaviorwith p value 0,001,there was a relationship between attitudes with at risk sexual behaviorwith p value 0,000, there was a relationship betweenimformation sources with at risk sexual behavior with p value 0,002, there was a relationship between friends of the same age with at risk sexual behavior with p value 0,000, there was a relationship the role of parents with at risk sexual behavior with p value 0,017. The dominant factor influencing risky sexual behavior in teens in South Lampung High School in 2020 is attitude with OR 12,064. Efforts that can be made to reduce risky sexual behavior in adolescents by increasing knowledge about reproductive health that can be done through adolescent health care service programs (PKPR) in collaboration with puskesmas.