Nabila Rubinadzari
Universitas Singaperbangsa Karawang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Generasi Berikutnya: Sel Punca Mesenkim Sebagai Sistem Penghantaran Obat Berbasis Sel Adinda Christianti Suparno; Nabila Rubinadzari; Ahsanal Kasasiah
Majalah Farmasetika Vol 7, No 2 (2022): Vol. 7, No. 2, Tahun 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v7i2.36303

Abstract

Mesenchymal Stem Cells (MSCs) atau sel punca mesenkim merupakan sel punca dewasa yang bersifat multipoten unik yang berasal dari sumsum tulang. MSCs memiliki sifat regeneratif yang luas dan imunomodulator yang dapat digunakan dalam perbaikan jaringan dan penyembuhan luka. MSCs juga mampu bermigrasi ke tempat peradangan, lokasi jaringan yang cedera, infeksi, dan tumor dengan imunomodulasi lingkungan mikro melalui kontak sel ke sel dan pelepasan faktor terlarut sehingga memfasilitasi adanya perbaikan pada jaringan yang rusak serta merespons kemokin, sitokin, dan faktor pertumbuhan. Berkat adanya karakteristik tersebut MSCs mulai gencar dikembangkan sebagai vektor terapi gen untuk berbagai penyakit termasuk kanker, IDD, epilepsi, gangguan pendengaran sensorineural hingga stroke iskemik. Metode yang digunakan dalam artikel review ini yaitu dengan melakukan peninjauan terhadap literatur, sehingga di dapatkan 6 jurnal internasional yang diperoleh dari PubMed dan ScienceDirect yang telah memenuhi kriteria inklusi, sumber data dipublikasi paling lambat 10 tahun terakhir. Dari beberapa hasil penelitian praklinis yang dilakukan, ditemukan bahwa MSCs memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sistem penghantaran obat berbasis sel generasi berikutnya, yang menjanjikan dalam terapi penyakit glioblastoma, gangguan pendengaran sensorineural, kanker kolekteral, epilepsi, stroke iskemik dan Intervertebral Disc Degeneration (IDD). Namun pada pengembangannya masih ditemui adanya tantangan dalam sistem tersebut, sehingga MSCs saat ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut agar ke depannya dapat digunakan secara optimal sebagai sistem penghantaran obat serta dapat dikembangkan secara lebih luas.
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Hijau dan Sangrai Kopi Robusta (Coffea canephora L.) Serta Kombinasinya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Nabila Rubinadzari; Lely Sulfiani Saula; Marsah Rahmawati Utami
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 2 (2022): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i2.9393

Abstract

ABSTRAKStaphylococcus aureus merupakan bakteri dengan prevalensi tertinggi pada luka ulkus diabetikum yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Hal ini kemudian diperparah dengan adanya resistensi terhadap berbagai antibiotik. Kopi dapat menjadi alternatif lain mengatasi resistensi antibiotik karena memiliki senyawa antibakteri, namun pemanggangan pada biji kopi akan menurunkan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (Coffea canephora L.) terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan desain post-test only control group dengan metode agar difusi cakram (Kirby-bauer). Sampel dibagi menjadi 13 kelompok, yaitu kontrol positif clindamycin, kontrol negatif aquades steril, kelompok perlakuan ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (25%, 50%, dan 100%), serta kelompok perlakuan kombinasi ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (50%:50%, 75%:25%, 25%:75%, 60%:40%, dan 40%:60%). Hasil analisis One Way Anova terhadap kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p=0,000. Hasil analisis Post Hoc Tukey HSD terhadap seluruh kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif didapatkan p=0,000. Zona hambat terbesar ditemukan pada kelompok kombinasi ekstrak 50%:50% dengan diameter sebesar 15,12 mm dan memiliki efek antibakteri yang sebanding dengan clindamycin dalam menghambat Staphylococcus aureus (p=0,121). Kata kunci : Aktivitas antibakteri; Biji hijau; Biji sangrai; Kopi Robusta (Coffea canephora L.); Staphylococcus aureusABSTRACTStaphylococcus aureus is the bacteria with the highest prevalence in diabetic ulcers which can be delayed the wound healing process. This is then exacerbated by the existence of resistance to various antibiotics. Coffee can be another alternative to overcome antibiotic resistance because it has antibacterial compounds, but roasting coffee beans will reduce the compounds responsible for antibacterial activity. The aim of this study is to identify antibacterial activity differences between green and roasted bean robusta coffee (Coffea canephora L.) extract and its combination against Staphylococcus aureus. This research used a post-test only control group design with an agar disc diffusion method (Kirby-bauer). Samples were divided into 13 groups, positive control clindamycin, negative control water sterile, green and roasted bean robusta coffee extract treatments group (25%, 50%, and 100%), and its combination (50%:50%, 75%:25%, 25%:75%, 60%:40%, and 40%:60%). One Way Anova test results on the control and treatment groups obtained p=0.000. Post Hoc Tukey HSD test results of all treatments compared to the negative control group obtained p=0.000. The largest inhibition zone was found in a 50%:50% extract combination with 15.12 mm in diameter , and its antibacterial effect was equal to clindamycin in inhibiting Staphylococcus aureus (p=0.121). Keywords : Antibacterial activity; Green bean; Roasted bean; Robusta Coffee (Coffea canephora L.); Staphylococcus aureus