Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ANALISIS INTERAKSI OBAT PADA RESEP ANAK PASIEN RAWAT JALAN DI SALAH SATU RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI BANDUNG Indah Laily Hilmi; Lely Sulfiani Saula
HSG (Health Science Growth) Journal Vol 3 No 1 (2018): Health Science Growth (HSG) Journal
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKesehatan adalah  keadaan badan sehat, jiwa, dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif. Salah satu cara untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal adalah dengan penggunaan obat yang rasional yang diimplementasikan dalam upaya pengetahuan tentang interaksi obat. Interaksi obat pasien pediatri sifatnya unpredictable tidak seperti pada pasien dewasa. Potensi interaksi obat ini perlu diperhatikan dikarenakan belum sempurnanya fungsi sistem organ pada pediatri. Tujuan dilakukannya penelitian ini menganalisa interaksi obat secara umum pada pasien pediatri dan secara khusus mengetahui tingkat keparahan interaksi obat.Penelitian ini bersifat deskriftif. Data diambil secara retrospektif berupa resep pediatri rawat jalan di poliklinik anak selama tahun 2017 yang diproses melalui www.drugs.com database. Dari total 2902 resep anak terdapat 714 lembar resep yang berinteraksi. Keseluruhan potensi Drugs?drugs Interactions (DDI’s) yang dapat dihitung adalah sebesar 24,60%. Interaksi yang terjadi potensial mayor sebanyak 18 (2,52%), moderat 444 (62,18%), sedangkan minor sebanyak 252 (35,29%). Kategori terbanyak terdapat dalam kategori moderat yang membutuhkan perhatian lebih dan tindakan pencegahan interaksi obat untuk memaksimalkan efek terapi obatKata Kunci : Resep Anak, Paien Anak, Interaksi Obat
Gambaran Penggunaan Antibiotik Berdasarkan metode ATC/DDD dan DU 90% di salah satu PUSKESMAS Karawang Mally Ghinan Sholih; Hadi Sudarjat; Lely Sulfiani Saula
HSG (Health Science Growth) Journal Vol 4 No 1 (2019): Health Science Growth (HSG) Journal
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat karena intensitas penggunaan antibiotik yang  relatif  tinggi  dapat   menimbulkan  berbagai  permasalahan  bagi  kesehatan  terutama resistensi bakteri  terhadap antibiotik. Tujuan penelitian ini untuk  memberikan  gambaran  tentang  penggunaan  antibiotik   pada  pasien  di  salah satu Pusat  Kesehatan  Masyarakat  (PUSKESMAS)  Kabupaten Karawang. Desain penelitian ini adalah desritif, dengan pengambilan data secara retrosfektif, dimana data diperoleh dari catatan medis pasien rawat inap. Data  yang  diperoleh   kemudian   diolah   dan  diklasifikasikan  dengan  Sistem  Anatomical  Therapeutic  Chemical   (ATC)/Defined  Daily  Dose  (DDD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 81 catatan medis didapatkan 6  jenis antibiotik yang digunakan dengan jumlah penggunaan 144,5 DDD/ 100 hari rawat. Sedangkan antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU90% adalah amoxicillin (65,75 DDD/100 rawat) dan  Ceoperazon (45,89 DDD/100 rawat),). Kata kunci : Antibiotik, World Health Organization, ATC/DDD, Karawang.
POTENSI INTERAKSI OBAT PADA RESEP PASIEN RAWAT INAP PEDIATRIK: STUDI RETROSPEKTIF DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Lely Sulfiani Saula; Indah Laily Hilmi
HSG (Health Science Growth) Journal Vol 4 No 2 (2019): Health Science Growth (HSG) Journal
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Polifarmasi dapat meningkatkan risiko terjadinya interaksi obat. Pasien pediatrik merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah tersebut. Studi ini bertujuan untuk menilai potensi interaksi obat pada pasien rawat inap pediatrik di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Kota Bandung. Studi ini dilaksanakan pada Juni-Agustus 2019, bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sampel berupa resep pasien pediatrik yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pengolahan data menggunakan database www.drugs.com. Dari 1149 resep inklusi, sebanyak 231 lembar resep (20,01%) berpotensi berinteraksi dengan 251 total interaksi potensial. Interaksi potensial mayor, moderat, dan minor sebesar 29,48%, 51,79%, dan 19,52%. Interaksi obat yang berpotensi terjadi adalah kombinasi ampisilin dengan gentamisin, sefotaksim dengan gentamisin, dan fentanil dengan midazolam.Kata kunci: polifarmasi, interaksi obat, pediatrik
BUAH BIT (BETA VULGARIS L.) SEBAGAI ANTIANEMIA Lely Sulfiani Saula; Vina Luthfiana Hasna; Khamairah Azzahrawaani Hermawan; Christina Febiola Lubis; Gita Kurniawati Putri; Syfa Dwi Andini
HSG (Health Science Growth) Journal Vol 5 No 2 (2020): Jurnal HSG
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anemia lebih sering terjadi pada wanita karena wanita mengalami kondisi mentruasi, kehamilan, dan melahirkan. Selain itu, faktor makanan yang dikonsumsi juga bisa menjadi penyebabnya. Prevalensi anemia pada tahun 2013 adalah 37,1%. Pada tahun 2018, penderita anemia meningkat menjadi 48,9%. Jika dilihat dari prevalensi anemia berdasarkan usia pada tahun 2018, penderita anemia terbanyak yaitu kelompok usia 15-24 tahun dengan prevalensi sebesar 84,6%. Anemia diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, dan anemia hipoplastik dan aplastik. Metode yang digunakan pada review ini merupakan suatu tinjauan literatur (literatur review) terhadap lima jurnal dan berdasarkan teori-teori yang relevan.Hampir semua jurnal yang kami review menggunakan metode Quasy Experiment dalam menentukan efektivitas buah bit terhadap terapi pada anemia dan semuanya memberikan hasil bahwa setelah mengonsumsi buah bit terjadi peningkatan rata-rata kadar Hb, hematokrit, jumlah eritrosit dan indek eritrosit. Salah satu penyebab peningkatan kadar Hb, hematokrit, dan eritrosit setelah mengonsumsi buah bit adalah kandungan zat gizi, seperti zat besi, vitamin C, asam amino (triptofan, lisin), fosfor, kalsium, vitamin A, belerang, vitamin B1,dan betasianin sebagai antioksidan. Kata kunci : anemia, buah bit, antianemia
Efektivitas Biaya Multivitamin pada Masa Kehamilan Trisemester III Pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Bandung Indah Laily Hilmi; Lely Sulfiani Saula; Ellin Rachmawati; Yuli Yuliani
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (428.762 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v6i2.2238

Abstract

Multivitamin yang mengandung Vitamin, Mineral, dan Asam Folat berfungsi melengkapi nutrisi pada kehamilan trisemester III. Kehamilan Trisemester III adalah Trisemester akhir, kehamilan pada periode ini perkembangan janin pada rentang 28-40 minggu dan janin berada pada tahap penyempurnaan. Pada periode ini kebutuhan gizi dan nutrisi bagi tubuh ibu dan perkembangan janin sangatlah penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran terapi dan efektivitas biaya obat multivitamin untuk janin. Penelitian ini bersifat retrospektif dan dilakukan dengan menggunakan metode farmakoekonomi yaitu analisis efektivitas biaya yang menggunakan beberapa obat multivitamin untuk janin dalam menentukan efektivitas biaya pada pasien Kehamilan Trisemester III di salah satu Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Bandung. Penelitian dilakukan terhadap 104 pasien hasilnya bahwa pasien ibu hamil terbanyak pada penelitian Trisemester III paling banyak berusia 26-30 tahun. Terapi multivitamin dengan rasio efektivitas biaya (REB) terendah yaitu Prenamia® Rp. 512.19/gr dan hasil uji statistik outcome dengan uji one way anova menunjukkan semua nilai signifikan <0,05, artinya terdapat perbedaan outcome pada kelompok yang diuji, atau pemberian semua jenis multivitamin uji yang berbeda berpengaruh signifikan terhadap outcome.Terapi multivitamin dengan REB terendah yaitu Prenamia® Rp. 512.19/gr.
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Hijau dan Sangrai Kopi Robusta (Coffea canephora L.) Serta Kombinasinya Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Nabila Rubinadzari; Lely Sulfiani Saula; Marsah Rahmawati Utami
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 2 (2022): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i2.9393

Abstract

ABSTRAKStaphylococcus aureus merupakan bakteri dengan prevalensi tertinggi pada luka ulkus diabetikum yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka. Hal ini kemudian diperparah dengan adanya resistensi terhadap berbagai antibiotik. Kopi dapat menjadi alternatif lain mengatasi resistensi antibiotik karena memiliki senyawa antibakteri, namun pemanggangan pada biji kopi akan menurunkan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan aktivitas antibakteri ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (Coffea canephora L.) terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan desain post-test only control group dengan metode agar difusi cakram (Kirby-bauer). Sampel dibagi menjadi 13 kelompok, yaitu kontrol positif clindamycin, kontrol negatif aquades steril, kelompok perlakuan ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (25%, 50%, dan 100%), serta kelompok perlakuan kombinasi ekstrak biji hijau dan sangrai kopi robusta (50%:50%, 75%:25%, 25%:75%, 60%:40%, dan 40%:60%). Hasil analisis One Way Anova terhadap kelompok kontrol dan perlakuan didapatkan p=0,000. Hasil analisis Post Hoc Tukey HSD terhadap seluruh kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif didapatkan p=0,000. Zona hambat terbesar ditemukan pada kelompok kombinasi ekstrak 50%:50% dengan diameter sebesar 15,12 mm dan memiliki efek antibakteri yang sebanding dengan clindamycin dalam menghambat Staphylococcus aureus (p=0,121). Kata kunci : Aktivitas antibakteri; Biji hijau; Biji sangrai; Kopi Robusta (Coffea canephora L.); Staphylococcus aureusABSTRACTStaphylococcus aureus is the bacteria with the highest prevalence in diabetic ulcers which can be delayed the wound healing process. This is then exacerbated by the existence of resistance to various antibiotics. Coffee can be another alternative to overcome antibiotic resistance because it has antibacterial compounds, but roasting coffee beans will reduce the compounds responsible for antibacterial activity. The aim of this study is to identify antibacterial activity differences between green and roasted bean robusta coffee (Coffea canephora L.) extract and its combination against Staphylococcus aureus. This research used a post-test only control group design with an agar disc diffusion method (Kirby-bauer). Samples were divided into 13 groups, positive control clindamycin, negative control water sterile, green and roasted bean robusta coffee extract treatments group (25%, 50%, and 100%), and its combination (50%:50%, 75%:25%, 25%:75%, 60%:40%, and 40%:60%). One Way Anova test results on the control and treatment groups obtained p=0.000. Post Hoc Tukey HSD test results of all treatments compared to the negative control group obtained p=0.000. The largest inhibition zone was found in a 50%:50% extract combination with 15.12 mm in diameter , and its antibacterial effect was equal to clindamycin in inhibiting Staphylococcus aureus (p=0.121). Keywords : Antibacterial activity; Green bean; Roasted bean; Robusta Coffee (Coffea canephora L.); Staphylococcus aureus
Analisis Rhodamin B pada Liptint Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) dengan Metode Rapid Test Kit dan Spektrofotometri UV-Vis Adela Khasna Fatkhurohmat; Lely Sulfiani Saula; Marsah Rahmawati Utami
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 2 (2022): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i2.9392

Abstract

ABSTRAKPertumbuhan kosmetik di Indonesia semakin pesat sesuai dengan penggunaan kosmetik yang semakin meningkat, terutama dikalangan wanita. Sediaan kosmetik yang digunakan oleh kalangan wanita adalah liptint ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.). Pembelian kosmetikpun saat ini semakin mudah karena adanya toko online atau e-commerce. Akan tetapi, kosmetik adalah produk yang cukup beresiko jika tidak dilihat dan dicoba secara langsung karena dapat mengandung zat pewarna berbahaya yaitu Rhodamin B. Rhodamin b merupakan zat warna sintesis yang digunakan untuk industri cat, tekstil dan kertas. Rhodamin B sering disalahgunakan karena warnanya lebih cerah dan harganya murah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zat pewarna berbahaya rhodamin b didalam 8 sampel liptint yang dibeli secara online di e-commerce dan menghitung kadar rhodamin b yang terdapat didalam sampel yang positif mengandung rhodamin B. Uji kualitatif menggunakan rapid test kit rhodamin b yang terdiri dari 2 reagen yaitu reagen I dan reagen II dan uji kuantitatif mengunakan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil dari uji kualitatif dengan menambahkan reagen test kit I dan II terjadi perubahan warna pada sampel A1, A2 dan A7 menjadi merah keunguan yang berarti positif mengandung rhodamin b. Hasil dari uji kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis didapat kadar rhodamin b pada sampel A1 yaitu sebesar 0,012 mg/g, sampel A2 sebesar 0,017 mg/g dan sampel A7 sebesar 0,019 mg/g. Dari 8 sampel yang telah diuji didapat 3 sampel positif mengandung Rhodamin B. Kadar Rhodamin B yang terdapat pada ketiga sampel tersebut tergolong sedikit, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek toksik pada tubuh dan menyebabkan kanker. Kata kunci : Rhodamin B; Lip tint; E-commerce; Spektrofotometri uv-visABSTRACTThe growth of cosmetics in Indonesia is increasing rapidly in accordance with the increasing use of cosmetics, especially among women. Aloe vera (Aloe vera L.) extract and liptint are cosmetic preparations used by women. Purchasing cosmetics is now even easier because of online stores or e-commerce. However, cosmetics are products that are quite risky if they are not seen and tried directly because they can contain dangerous dyes, namely Rhodamine B. Rhodamine B is a synthetic dye used for the paint, textile, and paper industries. Rhodamine B is often abused because it is brighter in color and cheaper. This study aims to identify the harmful dye rhodamine B in 8 samples of liptint purchased online at e-commerce and calculate the levels of rhodamine B contained in samples that are positive for rhodamine B. A qualitative test using a rapid test kit rhodamine B consisting of 2 reagents, namely reagent I and reagent II, and a quantitative test using UV-Vis Spectrophotometry. The results of the qualitative test by adding the test kit reagents I and II showed a color change in samples A1, A2 and A7 to purplish red, which means they contain rhodamine b. The results of the quantitative test using UV-Vis spectrophotometry showed that the levels of rhodamine b in sample A1 were 0.012 mg/g, sample A2 was 0.017 mg/g, and sample A7 was 0.019 mg/g. Of the 8 samples that have been tested, 3 positive samples contain Rhodamine B. The levels of rhodamine B in the three samples are relatively low, but it can have toxic effects on the body and cause cancer in the long run. Keywords : Rhodamin B; Lip tint; E-commerce; Spektrofotometri uv-vis
Uji Kadar Formalin pada Tahu yang di Jual di Kabupaten Karawang dengan Metode Spektrofotometer Visible Rifdah Fadhilah; Vesara Ardhe Gatera; Lely Sulfiani Saula; Sakiran Sakiran
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 8 No 21 (2022): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.366 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.7275329

Abstract

Abstract: Foods such as tofu basically do not last long to be stored, because the ingredients contain high water content. The relatively short storage of food is certainly detrimental to producers or the food industry. This study aims to detect formaldehyde in tofu and organoleptic tests on tofu in several traditional markets in Karawang Regency. The method used in this formalin analysis is the Nash reagent method. The results showed that from 5 total samples of sampling results in several traditional markets in Karawang Regency, 1 sample of them was positive for formalin with a concentration of 38.16 g/g. The results of the organoleptic test showed that the samples containing formalin had a chewy texture and had good physical condition on the 3rd day under refrigeration or room temperature storage conditions. Meanwhile, if the tofu is not formalized, it will be destroyed and only able to last one/two days. Based on the results of the study, it can be concluded that from the five tofu samples, the T1 sample was positive for formalin with a level of 38.16 g/g. Tofu containing formalin has thickening properties and has a shelf life of more than 3 days at refrigerator or room temperature. Keyword: Tofu, Nash Reagent, Formalin
Identifikasi Cemaran Bakteri Coliform dan Escherichia coli Pada Jamu Gendong Dengan Metode Most Probable Number (MPN) di Karawang Timur Rivandia Listi; Ahsanal Kasasiah; Lely Sulfiani Saula
Indobiosains 2022: Volume 4 No 2 Agustus 2022
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/indobiosains.v4i2.8326

Abstract

In Indonesia, herbal medicine is still very popular, especially ginger and curcurma herbs. Both herbs are believed to increase the body's immunity for those who consume them. Processing of herbal medicine which is still carried out with simple process and tools is very possible for contamination by microbes. Coliform bacteria and Escherichia coli are used as indicators of contamination because the habitat of these two bacteria is the digestive tract or in the rest of the feces. These bacteria can cause mild to serious digestive disease. Therefore, it is necessary to conduct this research with the aim of detecting the presence of Coliform and Escherichia coli bacteria and to determine the concentration of these two bacteria in the ginger and curcuma herbs. The research method used is the Most Probable Number (MPN) using 4 samples of herbal medicine with two repetitions. The results showed that Coliform and Escherichia coli contamination were found in all samples. Concentrations Coliform in ginger herbs ranging from 4-2400 MPN/ml while for Escherichia coli it ranged from 4-210 MPN/ml. In Curcuma herbs the Coliform concentration ranges from 21-28 MPN/ml while the value for Escherichia coli ranges from 4-21 MPN/ml. Keywords: MPN, Coliform, Escherichia coli, ginger, curcuma
Pengaruh Kadar Propilen Glikol Sebagai Humektan Terhadap Sediaan Lip Balm Ekstrak Bunga Mawar Merah (Rosa damascena P. Mill.) Sebagai Pelembab Bibir Tita Maulidia Andiani; Devi Ratnasari; Lely Sulfiani Saula
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.8456

Abstract

Masalah bibir kering serta pecah-pecah disebabkan oleh kontak langsung antara bibir dengan bahan kimia yang terkandung dalam pasta gigi, sediaan kosmetik, makanan, atau minuman. Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan lip balm sebagai pelembab bibir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas ekstrak bunga mawar merah untuk melembabkan bibir dan mengidentifikasi efektivitas perbedaan konsentrasi propilen glikol sebagai pelembab bibir. Pada penelitian ini, alat yang digunakan antara lain adalah timbangan analitik (Motler toledo), penangas air (Mammer), sendok tanduk, batang pengaduk, pinset, kaca objek, lumpang dan stamper, pipet tetes, cawan porselen (RRC), oven (Mammer), wadah maserasi, wadah untuk lip balm, gelas ukur (pyrex), pH meter, kertas perkamen, rotary evaporator, lemari pendingin/freezer, lemari pengering, alat moisture checker (Skin Analyzer SK8) dan lainnya. Bahan yang digunakan adalah simplisia kering bunga mawar merah, Cera Alba, Propilen Glikol, Lanolin, Beeswax, Parfum, dan Etanol 96 % untuk proses maserasi. Adapun hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak bunga mawar merah yang diformulasikan menjadi sediaan lip balm dan dikombinasikan dengan propilen glikol sebagai pelembab pada konsentrasi sebesar 5% (F1), 6% (F2), dan 7% (F3) telah memenuhi persyaratan uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji suhu lebur, uji iritasi, dan uji kelembaban. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu hasil uji kelembaban pada minggu ke-4 menunjukan bahwa F3 telah memenuhi nilai presentase kelembaban yang lebih tinggi yaitu sebesar 74,80% dibandingkan dengan F1 (30%) dan F2 (54,60%).