p-Index From 2019 - 2024
0.817
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Metahumaniora
Hilman Fauzia Khoeruman
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

REDUKSI BUNYI KATA DALAM PERCAKAPAN FILM “METRO”, “DYENGI DLYA DOCHERI”, DAN SUDBA NAPRAKAT”: SUATU TINJAUAN FONETIS Hilman Fauzia Khoeruman; Susi Machdalena; Muhammad Aldo
Metahumaniora Vol 11, No 3 (2021): METAHUMANIORA, DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i3.37509

Abstract

AbstrakArtikel ini berjudul Reduksi Bunyi Kata dalam Percakapan Film “Metro” karya Igor Tolstunov dan Sergey Kozlov, “Dyengi dlya Docheri” karya Vladislav Ryashin, Yuliya Cernyavskaya, dan Oleg Syerbina, dan “Sudba Naprakat” karya Vladislav Ryashin. Penelitian ini membahas mengenai reduksi bunyi kata dalam percakapan bahasa Rusia berdasarkan analisis proses fonetis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Teori-teori dari beberapa linguist Rusia digunakan sebagai landasan teoritis, diantaranya Lisitskaya (2007), Zemskaya (1973), Funtova (2010), Avanesova (1956), Shetova, dkk (1980), Pulkina (1975), Vinogradov (2001), dan Rozental (2010). Hasil penelitian ini mendeskripsikan proses reduksi bunyi vokal, konsonan, dan campuran dengan indikasi makna semantisnya masing. Beberapa jenis kata yang mengalami reduksi bunyi tersebut yaitu nama diri, verba reflektif, dan verba dengan konyugasi pronomina ты. Kata kunci: reduksi bunyi kata, fonetis, film AbstractThis article entitled Sound Reduction of Word in Conversation in the films “Metro” by Igor Tolstunov and Sergey Kozlov, “Dyengi dlya Docheri” by Vladislav Ryashin, Yuliya Cernyavskaya, and Oleg Syerbina, and “Sudba Naprakat” by Vladislav Ryashin. This article discusses sound reduction of word in Russian conversation based on phonetic process analysis. The research method used in this research is descriptive analysis method. Theories from several Russian linguists were used as a theoretical basis, including Lisitskaya (2007), Zemskaya (1973), Funtova (2010), Avanesova (1956), Shetova, et al (1980), Pulkina (1975), Vinogradov (2001), and Rozental (2010). The results of this study describes the process of reducing vowels, consonants, and mixtures with an indication of their respective semantic meanings. Some types of words that experience sound reduction are names of person, reflective verbs, and verbs with the pronoun conjugation.Keywords: sound reduction of word, fonetic, film
Pembacaan Ulang Nana Karya Zola dan Anna Karya Tolstoy : Re-Interpretasi Sosok Perempuan Feminis Abad-19 Mega Subekti; Hilman Fauzia Khoeruman
Metahumaniora Vol 7, No 3 (2017): METAHUMANIORA, DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v7i3.18845

Abstract

Dalam sejarah perkembangan ideologi feminisme, Abad ke-19 sering dianggapsebagai momen penting munculnya ide-ide baru tentang feminisme dan pergerakan yangmemperjuangkan hak-hak perempuan. Beberapa ide tersebut tercermin dari banyaknyakarya sastra yang mengangkat isu tentang perempuan dalam tradisi patriarkal, seperti yangdilakukan Emile Zola di Perancis dengan karyanya yang berjudul Nana dan Leo Tolstoy diRusia dengan Anna Karenina-nya. Dalam dua novel itu, perempuan digambarkan sebagaitokoh yang tidak cukup beruntung terkait dengan peran sosial dan relasi mereka dengan lakilaki.Meski demikian, perjuangan yang dilakukan terkait dengan opresi yang mereka terimabisa dianggap sebagai representasi dari perlawanan mereka sebagai perempuan. Denganmenggunakan metode deskriptif analitis yang didukung dengan pendekatan feminsime dangender, tulisan ini ditujukan untuk mendeskripsikan perlawanan atau setidaknya kesadarantokoh Nana maupun Anna dan menginterpretasikannya sebagai perwujudan feminismemereka sebagai perempuan. Meskipun berakhir tragis (dimatikan oleh narator), resistensiyang dilakukan Nana dan Anna terkait dengan status mereka sebagai perempuan sekiranyadapat membuktikan bahwa mereka tetap mampu merepresentasikan ide-ide feminisme.Alih-alih sebagai korban yang didominasi oleh laki-laki, Nana mampu memanfaatkansensualitas tubuhnya untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Sementara itu, pilihan Annauntuk bunuh diri dilakukannya dengan penuh kesadaran dapat dianggap sebagai puncakperlawanannya terkait opresi yang ia terima karena perzinahannya dengan Vronsky.Kata kunci: Perempuan, feminisme, abad ke-19AbstRactIn the history of the development of feminist ideology, nineteenth century isregarded as an important moment of the emergence of ideas on feminism and women’smovement. Some of these ideas are reflected from the many literary works that raise thewomen’s issues in the patriarchal tradition, as Emile Zola did in France with Nana andLeo Tolstoy in Russia with Anna Karenina. In the two novels, women are portrayed asunfavourable figures associated with their status and relationships with men. Nevertheless,the fight related with the oppression they receive can be regarded as a representationof their resistance as women. By using an analytical descriptive method supported byfeministic and gender approaches, this paper is intended to describe resistance or at leastawareness of Nana and Anna figures and read it as the embodiment of their feminismperspective. Though ending tragically (killed by the narrator), Nana and Anna’s resistancecould prove that they were capable to represent their feminist perspectives. Instead of beinga victim who was dominated by men, Nana is able to take advantage of her sensual body to
NASIB PEREMPUAN DI TANGAN LAKI-LAKI: ANALISIS LINGUAKULTURA PERIBAHASA RUSIA Trisna Gumilar; Hilman Fauzia Khoeruman
Metahumaniora Vol 10, No 1 (2020): METAHUMANIORA, APRIL 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i1.26968

Abstract

Peribahasa dalam konteks Rusia tidak hanya terbatas pada struktur dan makna, lebih dari itu melibatkan budaya. Memahami pola pikir, cara pandang, dan nalar masyarakat Rusia dapat ditempuh melalui peribahasa. Dalam hal ini peribahasa menjadi salah satu objek kajian dari lingkup linguakulturologi. Bidang tersebut menyajikan bagaimana bahasa berperan dalam penyampaian maupun penyebarluasan budaya dalam arti sosio-humaniora. Dalam artikel ini dibahas bagaimana Eksistensi perempuan direpresentasikan oleh peribahasa Rusia. Metode kualitatif dianggap cukup memadai untuk membongkar masalah sosio-humaniora, termasuk untuk menganalisis peribahasa. Pemaparan analisis data disampaikan secara deskriptif. Konsep linguakulturologi dari Gasanoca (2016), Fedorov (2014), dan Farkhutdinova (2000) dijadikan sebagai landasan teori penulisan artikel ilmiah ini, sedangkan konsep peribahasa Dahl (2003) menjadi lingkup data artikel. Simpulan artikel berupa gambaran eksistensi perempuan dalam peribahasa Rusia yang dipersepsikan secara semantis sebagai pihak yang dikuasai baik itu secara sosial, stereotifikasi, dan patriarki.
VERBA ПОЙТИ /POJTI/ BENTUK KALA LAMPAU DALAM KALIMAT BAHASA RUSIA MODERN: TINJAUAN MORFO-SEMANTIS Hilman Fauzia Khoeruman; Ladinata Ladinata; Tri Yulianty Karyaningsih
Metahumaniora Vol 9, No 3 (2019): METAHUMANIORA, DESEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i3.26855

Abstract

Verba merupakan kelas kata yang mungkin paling sering digunakan dalam setiap ujaran lisan maupun tulisan. Secara umum kelas kata verba menyatakan kegiatan yang dilakukan oleh subjek atau persona di dalam kalimat. Verba dalam bahasa Rusia memiliki bentuk lampau yang mana penggunaanya tentu untuk menjelaskan kegiatan di masa lalu. Dalam beberapa kasus, verba bentuk lampau tidak menerangkan kegiatan di masa lalu, tapi menyatakan maksud lain secara semantis dalam kontek kalimat tertentu. Salah satunya verba пойти bentuk kala lampau dalam kalimat bahasa Rusia modern dapat memberikan nuansa makna semantis. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif mengenai penggunaan verba пойти kalau lampau melalui pendekatan morfo-semantis. Data penelitian diambil dari korpus nasional bahasa Rusia. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan verba пойти kala lampau memiliki makna semantis yang bersifat informatif, reaktif, dan afirmatif. Selain itu penggunaanya juga dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud secara lebih ekpresif.
Antara Mitos dan Realitas: Historisitas Maung di Tatar Sunda Budi Gustaman; Hilman Fauzia Khoeruman
Metahumaniora Vol 9, No 1 (2019): METAHUMANIORA, APRIL 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i1.22873

Abstract

Secara kultural, masyarakat Sunda cukup akrab dengan maung (harimau). Maung adalah sebutan khusus untuk harimau di wilayah Tatar Sunda. Maung direpresentasikan secara khusus sebagai simbol kekuatan. Simbolisasi maung tercermin dalam beberapa identitas kekinian, seperti pada julukan klub sepak bola terbesar di Jawa Barat, Persib “maung” Bandung serta pengadopsian secara visual sebagai lambang Divisi Siliwangi, satuan militer wilayah Jawa Barat. Di balik pemaknaan itu, terdapat jejak-jejak historis yang menyebabkan begitu lekatnya maung dalam benak masyarakat Sunda. Penelitian ini berusaha untuk menelusuri maung dalam bingkai mitos dan juga ekologis. Di Tatar Sunda tersebar mitos-mitos terkait harimau yang disampaikan secara lisan dan tulisan (naskah). Selain itu, jejak maung pun banyak pula ditulis pada sumber-sumber kolonial, seperti arsip, koran, hingga roman. Secara umum, maung mencerminkan mentalitas kultural masyarakat Sunda, yang pemaknaannya menjadi penghubung antara mitos dan realitas. Sundanese people are quite familiar with maung (tiger). Maung is a special name for tigers in the Tatar Sunda. Maung is represented as a symbol of strength. The symbolization of maung is reflected in several contemporary identities, such as the nickname of the biggest football club in West Java, Persib "maung" Bandung. Moreover, it is adopted visually as a symbol of military unit in the West Java region, Divisi Siliwangi. Behind the meaning, many historical traces which cause the  existence of maung in the minds of the Sundanese people. This research seeks to explore the mythical and ecological framework. In Tatar Sunda scattered myths related to tigers that were delivered orally and in manuscript. In addition, many traces of Maung were also written in colonial sources, such as archives, newspapers, and romances. In general, it reflects the cultural mentality of Sundanese society, whose meaning is the link between myth and reality.