Trisna Gumilar
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KONSTRUKSI LELAKI DALAM CHICKLIT “THE HOPELESS ROMANTIC’S HANDBOOK” DAN “CINTAPUCINNO” Mega Subekti; Trisna Gumilar
SUAR BETANG Vol 12, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v12i1.19

Abstract

In popular literature, chicklit is one of the genres that focuses on the  women's issues. For some scholars chicklit has a simple formula.   In cultural studies, chicklit enriches  various discourses especially the discourse of feminism.In this paper, analyzed about the construction of men in  "The Hopeless Romantic's Handbook" by Gemma Townley's (2008) and "Cintapucinno" by Icha Rahmanti (2007). The construction of identity (men/women) is an important object in study of feminist discourse. The results of the study show that heroines construct ideal men’s standards. In gender discourse, the construction of men’s physical appearance and their symbol are considered as an activity or value equivalent as well as men constructs the identity and stereotypes of women through their bodies
ADJEKTIVA BERMAKNA RUANG DALAM BAHASA RUSIA Tri Yulianti Karyaningsih; Trisna Gumilar
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.25105

Abstract

Dalam bahasa Rusia terdapat adjektiva yang menyatakan makna ruang atau tempat, yakni berupa lokasi dan arah. Adjektiva demikian berbeda secara morfologis, sintaktis, dan semantis dengan adjektiva kualitatif biasa. Untuk itu, dalam artikel ini dibahas mengenai perilaku morfologis, sintaktis, dan semantisadjektiva bermakna ruang dalam bahasa Rusia.Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif dengan model analisis morfologis, sintaktis, dan semantis. Data berupa adjektiva bermakna ruangberasal dari buku-buku gramatika,sementara data analisis berupa kalimatdiambildari korpus nasional bahasa Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adjektiva bermakna ruang merupakan adjektiva derivatif yang dibentuk dari nomina dan adverbia secara morfologis melalui afiksasi dan pembubuhan fleksi pemarkah adjektiva. Secara semantis, makna ruang pada adjektiva ditunjukkan oleh kata pembentuknya, yakni nomina dan adverbia bermakna tempat, serta prefiks pada adjektiva denominal. Adapun secara sintaktis, adjektiva ini umumnya bersifat atributif.
MEMBACA SASTRA, MENYOAL REALITAS POLITIK PADA TAHUN 2005 MELALUI CERPEN ROKOK MBAH GIMUN KARYA F RAHARDI Trisna Gumilar; Baban Banita; Mega Subekti; Rasus Budhyono
Metahumaniora Vol 11, No 3 (2021): METAHUMANIORA, DESEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i3.36953

Abstract

Cerpen Rokok Mbah Gimun karya F. Rahardi yang dimuat di harian Kompas pada tanggal 10 Juli 2005 merupakan sebuah karya sastra yang kontekstual dengan realitas politik yang terjadi pada tahun itu, yaitu pilkada (pemilihan kepala daerah). Tulisan ini mencoba mengungkapkan sisi lain dari masyarakat yang terlibat secara langsung dalam peristiwa politik yang baru pertama dilangsungkan dalam sejarah Indonesia merdeka. Utamanya, masyarakat yang direpresentasikan melalui sosok bernama Mbah Gimun dalam merespon praktik-praktik kotor terkait dengan pemilihan bupati di sebuah daerah di pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika dan argumentasi Lotman (1990) yang menganggap cerpen tidak saja sebagai sebuah karya sastra tetapi juga dokumen budaya yang memotret realitas sosial masyarakat. Cerpen ini terlihat mencoba menawarkan sebuah gagasan cerdas  melalui suara Mbah Gimun sebagai representasi masyarakat kelas bawah dalam menghadapi suatu situasi politik yang carut-marut dalam pilkada, yaitu menghadapinya dengan keluguan sekaligus di saat yang sama menunjukkan resistensi dan kemandiriannya.
NASIB PEREMPUAN DI TANGAN LAKI-LAKI: ANALISIS LINGUAKULTURA PERIBAHASA RUSIA Trisna Gumilar; Hilman Fauzia Khoeruman
Metahumaniora Vol 10, No 1 (2020): METAHUMANIORA, APRIL 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i1.26968

Abstract

Peribahasa dalam konteks Rusia tidak hanya terbatas pada struktur dan makna, lebih dari itu melibatkan budaya. Memahami pola pikir, cara pandang, dan nalar masyarakat Rusia dapat ditempuh melalui peribahasa. Dalam hal ini peribahasa menjadi salah satu objek kajian dari lingkup linguakulturologi. Bidang tersebut menyajikan bagaimana bahasa berperan dalam penyampaian maupun penyebarluasan budaya dalam arti sosio-humaniora. Dalam artikel ini dibahas bagaimana Eksistensi perempuan direpresentasikan oleh peribahasa Rusia. Metode kualitatif dianggap cukup memadai untuk membongkar masalah sosio-humaniora, termasuk untuk menganalisis peribahasa. Pemaparan analisis data disampaikan secara deskriptif. Konsep linguakulturologi dari Gasanoca (2016), Fedorov (2014), dan Farkhutdinova (2000) dijadikan sebagai landasan teori penulisan artikel ilmiah ini, sedangkan konsep peribahasa Dahl (2003) menjadi lingkup data artikel. Simpulan artikel berupa gambaran eksistensi perempuan dalam peribahasa Rusia yang dipersepsikan secara semantis sebagai pihak yang dikuasai baik itu secara sosial, stereotifikasi, dan patriarki.
BOBOTOH DAN PERSIB: MENGONSUMSI IDENTITAS MELALUI MAKANAN Tisna Prabasmoro; Trisna Gumilar; Ladinata Ladinata
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 12, No 2 (2020): PATANJALA VOL. 12 NO. 2 Oktober 2020
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30959/patanjala.v12i2.598

Abstract

Makanan adalah salah satu simbol yang dapat secara menonjol merepresentasi identitas pribadi dan kelompok dan membentuk keunikan serta rasa kebersamaan dan keterikatan anggota dalam kelompok yang lebih besar. Masing-masing individu meleburkan diri mereka ke dalam komunitas dan masyarakat dengan mengupayakan (re)konstruksi diri. Artikel ini berhipotesis bahwa pendukung Persib—yang secara umum  dikenal dengan nama bobotoh—terus-menerus mencari cara baru untuk dapat mengekspresikan identitas mereka. Menggunakan kajian-kajian identitas yang berhubungan dengan persepsi akan tempat atau a sense of place, budaya kuliner, ruang fisik, pilihan dan gaya hidup, artikel ini membahas peran rumah makan yang berhubungan dengan Persib, dan menyoroti kemungkinan implikasi dari kegiatan makan bobotoh di rumah makan-rumah makan tersebut. Berfokus pada bagaimana Pawon Sunda Buhun Bobotoh dan 1933 Dapur dan Kopi—dua tempat makan dengan keunikan berbeda—turut me(re)konstruksi identitas bobotoh, artikel ini berargumen bahwa bobotoh juga mengandalkan kegiatan mengonsumsi makanan yang terkait dengan Persib/bobotoh untuk mengekspresikan, memelihara dan bahkan memperkuat identitas pribadi dan kolektif mereka. Food is a symbol that can prominently represent personal and group identity and form uniqueness and a sense of bonding among members of a larger group. Individuals conform themselves to communities and society through self-(re)constructing efforts. The article hypothesizes that Persib’s supporters—commonly known as bobotoh—have continuously sought new ways to express their identity. Employing identity theories related to a sense of place, culinary culture, physical space, choices, and lifestyle, the article examines the roles of Persib-related eateries and highlights the possible implications of bobotoh’s dining out. Focusing on how Pawon Sunda Buhun Bobotoh and 1933 Dapur dan Kopi—two significantly different eating places—contribute to bobotoh’s self identity (re)construction, the article argues that bobotoh also rely on consuming food as a Persib/bobotoh-related activities to express, retain and even strengthen their personal and collective identity.