Penelitian ini berupaya memetakan karya Samsoedi pada masa prakemerdekaan sebagai Bildungsroman yang diduga dibuat untuk memberikan figur baru untuk anak-anak di lingkungan masyarakat penutur bahasa Sunda pada waktu itu. Kemudian isu-isu sosial dan politik yang dimunculkan pada karya-karya Samsoedi itu, diduga sengaja dimunculkan untuk memberikan pandangan baru pada anak-anak mengenai modernitas atau pendidikan tertentu yang diusung oleh pemerintah untuk kaum pribumi. Kebijakan pemerintah kolonial dengan meresmikan politik etis, memberikan kesempatan bagi anak-anak pribumi untuk mengenyam pendidikan. Dengan kesempatan itu, anak-anak pribumi mempunyai kesempatan baru untuk mengetahui pengetahuan dunia melalui bacaan. Bacaan merupakan salah-satu sarana yang dipilih oleh Belanda untuk menjaga kestabilan kekuasaan mereka juga sebagai upaya untuk membentuk masyarakat pribumi seperti pemikiran mereka, sehingga Balai Pustaka diciptakan untuk mendukung itu semua. Pembacaan terhadap lima novel Samsoedi ini didudukan dalam kerangka teoritis sastra anak khususnya Hunt dan Bildungsroman khususnya Jeffers. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola bildungsroman telah difungsikan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat penutur bahasa Sunda, khususnya anak-anak.