Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PENGGUNAAN REGISTER DALAM WACANA RESEP MASAKAN BLUE BAND Afsari, Asri Soraya
JURNAL PESONA Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : JURNAL PESONA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26638/jp.603.2080

Abstract

AbstractOn its using, language has diverse variation. Language in formal situation will be different from the informal one. Likewise the language for advertisement is different from scientific paper. In Sociolinguistics, the application of a language variant is called as Register. The food recipe discourse is one type of the register for it has specific characteristics in particular grammar and structure. This writing tries to review the application of the register in Blue Band  food recipe discourse. The result of the research indicates that it comprises vocabularies, morphology of derivatives and phrases, and also clauses. The finding register shows ingredients, tools, processing, and, serving.Keyword: register, food recipe discourse, sociolinguistics, vocabulary, morphology
TOPONIM DALAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DI WILAYAH JAWA TENGAH: KASUS DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR, KABUPATEN CILACAPLAM UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DI WILAYAH JAWA TENGAH: KASUS DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR, KABUPATEN CILACAP Sobarna, Cece; Gunardi, Gugun; Afsari, Asri Soraya
Makna: Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa, dan Budaya Vol 4 No 1 (2019): MAKNA : Jurnal Kajian Komunikasi, Bahasa dan Budaya
Publisher : Fakultas Komunikasi, Sastra, dan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.525 KB) | DOI: 10.33558/makna.v4i1.1678

Abstract

Bahasa Sunda tidak hanya digunakan oleh masyarakat Sunda di Provinsi Jawa Barat danBanten, tetapi juga digunakan oleh sebagian orang di sebagian wilayah barat ProvinsiJawa Tengah, lebih tepatnya Kecamatan Dayeuhluhur. Hal ini menarik karena wilayahbarat Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dimana mayoritas masyarakatnyaberbahasa Jawa. Menilik fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan meneliti mengapaBahasa Sunda bisa bertahan di wilayah yang mayoritas penuturnya tidak hanyaberbicara Bahasa Sunda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untukmendapatkan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlangsungan BahasaSunda di Kecamatan Dayeuhluhur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktoreksternal mencakup letak geografis, historis, sosial-budaya, keluarga, aktivitaskeagamaan, dan pendidikan formal. Faktor internal berkaitan dengan sebagianmasyarakat yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Sunda. Jati diri inidikuatkan oleh nama tempat (toponim) di Kecamatan Dayeuhluhur yang pada umumnyamenggunakan Bahasa Sunda.
KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA DALAM IKLAN PONSEL DI KOTA BANDUNG Asri Soraya Afsari
Sirok Bastra Vol 5, No 2 (2017): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.921 KB) | DOI: 10.37671/sb.v5i2.104

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik bahasa yang digunakan dalam iklan komersial ponsel yang berada di Kota Bandung. Karakteristik bahasa yang dimaksud menyangkut bentuk dan fungsi. Teori yang diterapkan dalam analisis bersandar pada Kridalaksana (2001) dan Zaimar Harahap (2011). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif. Adapun teknik yang ditempuh dilakukan melalui langkah-langkah: pengumpulan data iklan menggunakan random sampling, pengklasifikasian data, analisis data berdasarkan teori, serta penyimpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah yang diteliti. Metode yang digunakan adalah metode distribusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan fungsi bahasa yang digunakan dalam iklan ponsel di Kota Bandung berupa penulisan huruf kapital secara keseluruhan dan penulisan huruf kapital pada awal kata. Bahasa iklan ponsel memiliki fungsi informatif dan konatif (persuatif).
PEMBANGUNAN EKOWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA CILANGCANG, KECAMATAN CIKIJING, MAJALENGKA Asri Soraya Afsari; Cece Sobarna; Taufik Ampera
Dharmakarya Vol 10, No 3 (2021): September, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i3.31068

Abstract

Cilancang merupakan salah satu desa di Majalengka yang menyimpan beragam potensi wisata baik alam maupun budaya. Potensi wisata ini ada akan tetapi belum dikembangkan secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan pendampingan kepada masyarakat sasaran dalam rangka menunjang pembangunan ekowisata berbasis kearifan lokal tersebut. Upaya yang ditempuh berupa pengumpulan data budaya dan alam yang ada di Desa Cilancang. Data budaya (kearifan lokal) yang dimaksud meliputi tradisi lisan, petuah, pengetahuan tradisional, upacara, pertabuan, kesenian, dan alam. Kegiatan diawali dengan metode ceramah dan demonstratif secara daring terkait pemahaman ekowisata dan kearifan lokal. Metode pendampingan dilaksanakan pada saat masyarakat sasaran mengumpulkan data di lapangan. Evaluasi hasil pendampingan dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan ini. Setelah pendampingan selesai tampak adanya perubahan sikap dari masyarakat sasaran. Kegiatan pemupuan data budaya dan alam yang difokuskan pada pengembangan ekowisata merupakan pengalaman baru bagi masyarakat sasaran. Mereka juga antusias dalam menyusun data budaya dan alam.
PENYULUHAN PEMAHAMAN TOPONIMI SEBAGAI SUMBER PENGUATAN BUDAYA DALAM UPAYA PENINGKATAN POTENSI PARIWISATA DI KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT Cece Sobarna; Gugun Gunardi; Asri Soraya Afsari
Dharmakarya Vol 9, No 1 (2020): Maret, 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v9i1.23806

Abstract

Artikel ini merupakan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh tim pelaksana bersama mahasiswa, dan masyarakat sasaran. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini untuk mencari solusi dalam upaya peningkatan potensi pariwisata melalui penelusuran toponimi. Kegiatan dilakukan melalui metode penyuluhan dan pelatihan menulis folklor di media sosial. Manfaat penyuluhan ini dapat memperkuat nilai-nilai budaya yang terkandung pada cerita asal-usul nama tempat di Kecamatan Cibalong. Pemilihan lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Cibalong merupakan wilayah yang mengandung banyak potensi wisata budaya dan wisata pantai, seperti pantai Karang Paranje, Pantai Cijeruk Indah dan Pantai Cibako. Penamaan lokasi-lokasi tersebut tentu didasari oleh cerita rakyat yang melatarbelakanginya. Cerita rakyat tersebut pun sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat. Namun demikian, unsur aparat desa dan pemuda penggerak budaya, pariwisata, dan pendidikan setempat belum mengoptimalkan pentingnya toponimi sebagai sumber penguatan budaya dalam upaya peningkatan potensi pariwisata. Tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan adalah survey lokasi, pengurusan perizinan, penyusunan materi penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan pemahaman toponimi, pelatihan menulis deskripsi asal-usul nama tempat (toponimi) di media sosial, dan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan ini. Melalui kegiatan ini diharapkan pengetahuan budaya dan keterampilan menulis folklor masyarakat sasaran dapat meningkat sehingga dapat mendukung pada peningkatan potensi pariwisata.
PEMERTAHANAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT TALAGA, MAJALENGKA DAN MASYARAKAT NAGOYA, JEPANG Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani; Risma Rismelati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.001 KB) | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3474

Abstract

Kepercayaan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan tentu dimiliki oleh setiap suku bangsa tidak terkecuali dimiliki pula oleh suku bangsa Sunda dan Jepang. Dengan sifat universal yang terkandung dalam tujuh unsur kebudayaan maka tidak menutup kemungkinan akan terdapat kesamaan dalam kepercayaan yang ada di suku bangsa Sunda (hal ini masyarakat Talaga) dan suku bangsa Jepang (masyarakat Nagoya). Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat Talaga merupakan satu di antara kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang masih kental dengan nilai sakral dan sejarahnya karena di daerah ini pernah terdapat kerajaan tradisional yaitu Kerajaan Talaga Manggung sehingga banyak peninggalan sejarah dan kepercayaan yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Talaga. Begitu pula dengan Nagoya. Masyarakat Nagoya merupakan satu di antara masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Dengan demikian, melalui penelitian ini akan dikaji perbandingan kepercayaan masyarakat Talaga di Majalengka dan masyarakat Nagoya di Jepang, serta cara mereka mempertahankan kepercayaan tersebut di tengah arus globalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskripstif dan pendekatan sejarah. Dalam pengumpulan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat. Di samping itu, digunakan pula metode survey melalui penyebaran daftar kuesioner.
PEMERTAHANAN KEPERCAYAAN PADA MASYARAKAT TALAGA, MAJALENGKA DAN MASYARAKAT NAGOYA, JEPANG Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani; Risma Rismelati
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/candrasangkala.v3i2.3477

Abstract

Abstrak: Kepercayaan sebagai salah satu dari tujuh unsur kebudayaan tentu dimiliki oleh setiap suku bangsa tidak terkecuali dimiliki pula oleh suku bangsa Sunda dan Jepang. Dengan sifat universal yang terkandung dalam tujuh unsur kebudayaan maka tidak menutup kemungkinan akan terdapat kesamaan dalam kepercayaan yang ada di suku bangsa Sunda (hal ini masyarakat Talaga) dan suku bangsa Jepang (masyarakat Nagoya). Hal ini menarik untuk dikaji, mengingat Talaga merupakan satu di antara kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat yang masih kental dengan nilai sakral dan sejarahnya karena di daerah ini pernah terdapat kerajaan tradisional yaitu Kerajaan Talaga Manggung sehingga banyak peninggalan sejarah dan kepercayaan yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Talaga. Begitu pula dengan Nagoya. Masyarakat Nagoya merupakan satu di antara masyarakat Jepang yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Dengan demikian, melalui penelitian ini akan dikaji perbandingan kepercayaan masyarakat Talaga di Majalengka dan masyarakat Nagoya di Jepang, serta cara mereka mempertahankan kepercayaan tersebut di tengah arus globalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskripstif dan pendekatan sejarah. Dalam pengumpulan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat. Di samping itu, digunakan pula metode survey melalui penyebaran daftar kuesioner.
Variasi Bahasa Sunda di Daerah Pesisir Jabar Selatan Asri Soraya Afsari; Teddi Muhtadin
Journal Social and Humaniora Vol 19 No 1 (2019)
Publisher : Udayana University Press bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.391 KB) | DOI: 10.24843/PJIIB.2019.v19.i01.p03

Abstract

Setiap bahasa di dunia memiliki variasi. Bentuk variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan letak geografis, sosial, dan temporal. Bahasa Sunda sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia memiliki pula variasi tersebut. Secara geografis, bahasa Sunda yang berada di daerah pegunungan memiliki perbedaan dengan bahasa Sunda di daerah pesisir (pantai). Begitu pun bahasa Sunda yang berada di pesisir Jabar Utara memiliki perbedaan pula dengan bahasa Sunda di pesisir Jabar Selatan. Pangandaran merupakan salah satu wilayah yang ada di lintasan pantai Jabar Selatan. Daerah ini banyak didatangi oleh penduduk yang berasal dari Jawa, seperti Cilacap yang menyebrang ke daerah Jawa Barat. Awalnya para pendatang hanya melakukan perdagangan dan mengadu nasib. Seiring waktu para pendatang tersebut kemudian menikah dengan warga asli dan menetap di Pangandaran. Kehadiran para pendatang tentu membawa banyak pengaruh pada kehidupan masyarakat yang ada di Pangandaran, tidak terkecuali dalam hal bahasa dan budaya. Bahasa Sunda yang digunakan di daerah Pangandaran memiliki karakteristik sendiri. Penelitian ini merupakan penelitian makrolinguistik bidang dialektologi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk variasi bahasa Sunda yang ada di daerah Pangandaran. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode lapangan melalui teknik wawancara informan dan metode survei melalui penyebaran koesioner.
Kepercayaan Dalam Siklus Kehidupan Pada Masyarakat Sunda Pesisir (Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Arut, Jawa Barat) Risma Rismelati; Asri Soraya Afsari; Ayu Septiani
Journal Social and Humaniora Vol 19 No 1 (2019)
Publisher : Udayana University Press bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.382 KB) | DOI: 10.24843/PJIIB.2019.v19.i01.p05

Abstract

Setiap bangsa di berbagai belahan dunia ini pastinya memiliki tradisi leluhur yang bertahan dan berkembang dari generasi ke generasi. Tradisi tersebut kemudian menjadi sebuah identitas diri yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang unik dan berkarakter. Menurut Clyde dan Kluckhohn dalam Pelly (1994), nilai budaya merupakan sebuah konsep beruang lingkup luas yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Nilai budaya itu akhirnya tumbuh menjadi suatu kepercayaan masyarakat yang dijadikan sebagai aturan paling mendasar dalam menjalani siklus kehidupan. Hal ini dapat dilihat secara nyata dalam siklus kehidupan masyarakat Sunda di wilayah pesisir Jawa Barat. Fokus kepercayaan di sini adalah bentuk-bentuk tradisi yang masih dilakukan secara turun temurun dalam fase kehidupan manusia, seperti fase kelahiran, pernikahan dan kematian. Maka dari itu penelitian ini akan fokus mengkaji kepercayaan yang berkaitan dengan siklus kehidupan pada masyarakat Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam mengumpulkan data digunakan metode lapangan karena peneliti terjun langsung ke masyarakat, melakukan wawancara langsung pada nara sumber dan melakukan metode survey melalui penyebaran data kuesioner.
Regenerasi Pemerolehan Seni Lais di Padepokan Lais Pancawarna Kampung Sayang Desa Cibunar Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut Ayu Septiani; Asri Soraya Afsari
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol 1 No 1 (2018): Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.617 KB) | DOI: 10.31539/kaganga.v1i1.229

Abstract

This paper aims to determine the existence and acquisition of Lais Art in Padepokan Lais Pancawarna. This paper uses ethnographic methods that refer to qualitative research. The data sources used are divided into two, namely primary data sources and secondary data sources. Primary data sources are data in the field through participant observation. Furthermore, for secondary data used library sources. The results of this study that Lais Art is a traditional art of Garut which is almost extinct in Garut. To preserve Lais Art, it uses three models of inheritance, namely upright inheritance, inherited from genetics, inherited inheritance, which is carried out with others through formal or normal education and horizontal inheritance, namely by training children or peers in the community. The conclusion is the need for cultural preservation, one of which is by inheriting culture to the younger generation as the nation's successors. Keywords: Model of Inheritance, Regeneration, Seni Lais