Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PERAN PEREMPUAN INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEBANGSAAN (MEMBACA TOKOH NYAI ONTOSOROH PADA NOVEL BUMI MANUSIA Adji, Muhamad
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 5 No 2 (2010)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2768.424 KB)

Abstract

Women have often overlooked in the history of struggle of the Indonesian nation. In the history books of the nation, we aremore familiar with men heroic figures than women, so not many know how much women’s roles in the establishment of a nation calledIndonesia. Nyai Ontosoroh is a character in the novel Bumi Manusia, by Pramoedya Ananta Toer, who is recognized as the Indonesianliterary canon. It is the representation of women who were born and live in the nation before of independence of Indonesian nation. Althoughborn from the lowest class in the structure of Indonesian society and never earned the right to attend school, Nyai Ontosoroh have a largerole in the Indonesian struggle until the establishment of an independent Indonesian nation. The questions that guide the writing are 1) howbig Nyai Ontosoroh role in the struggle of the Indonesian nation and 2) what role do Nyai Ontosoroh in the struggle of the Indonesian nation.Conclusions obtained from studies that Nyai Ontosoroh is a representation of women in Indonesia who has a big role in realizing nationalindependence of Indonesia. That role not only in the form of concrete action, but the her conviction to have more faith in their own strengththan to rely on foreign strenght like the Dutch colonial government
Dekonsruksi Maskulinitas Mainstream dalam Novel The Name of The Game Karya Adelina Ayu Alamsyah, Zulfikar; Adji, Muhamad; Hidayatullah, Mochamad Irfan
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha Vol 11, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpbs.v11i3.35785

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendekonstruksi maskulinitas mainstream tersebut yang terdapat di dalam novel The Name of The Game karya Adelina Ayu. Penelitian ini menggunakan teori dan metode dekonstruksi Derida yakni teori yang membahas oposisi biner yang akan menimbulkan gagasan baru di dalam sebuah karya sastra. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik membaca dan mencatat untuk mendapatkan hasil mengenai dekonstruksi maskulinitas mainstream dalam  novel The Name of The Game karya Adelina Ayu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh Zio menghadirkan maskulinitas baru yang menggabungkan sisi feminin dengan sisi maskulin yang seimbang. Ada tiga aspek dalam maskulinitas baru yang Zio tampilkan yakni laki-laki yang merawat diri, bebas berekspresi, dan laki-laki yang lemah lembut. Kesimpulannya adalah ketiga aspek maskulinitas baru yang ditampilkan oleh tokoh Zio lewat pribadinya menciptakan maskulinitas yang memadupadankan antara sifat maskulin dan feminin yang seimbang. Lewat kepribadiannya yang unik, Zio menunjukkan bahwasanya laki-laki tidak harus selalu kaku, urakan, dan agresif. Namun laki-laki juga bisa tampil lebih modis, ekspresif, dan penuh kasih sayang saat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnyaKata Kunci: Dekonstruksi; Maskulinitas Mainstream; Novel; Teenlit.
PEMBENTUKAN IDENTITAS HIBRID TOKOH IMIGRAN DALAM ROMAN LANDNAHME KARYA CHRISTOPH HEIN Wedar Pahala Lingga; N. Rinaju Purnomowulan; Muhamad Adji
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.22674

Abstract

Artikel ini berjudul “Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein”. Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan pembentukan identitas hibrid tokoh imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan deskriptif. Penenlitian ini menggunakan teori hibriditas Bhabha (1994) dan integrasi imigran Heckmann (2015). Hasil dari penelitian ini adalah (1) tokoh mengalami pe-liyan-an karena ia seorang imigran, (2) adaptasi tokoh dengan budaya Jerman yakni melalui pengaitan diri dengan masa lalu dan peniruan budaya lain, dan  (3) identitas hibrid yang dimanifestasikan tokoh yakni menggunakan dialek campuran dalam berkomunikasi. Penelitian ini membuktikan bahwa identitas adalah konsep yang cair.
Subjektivitas Perempuan: Pekerja Seks dalam Tiga Karya Utuy Tatang Sontani Ritma Fakhrunnisa; Lina Meilinawati Rahayu; Muhamad Adji
Metahumaniora Vol 9, No 1 (2019): METAHUMANIORA, APRIL 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i1.22872

Abstract

Penelitian ini mengambil topik subjektivitas perempuan pekerja seks dalam tiga karya Utuy Tatang Sontani: Selamat Jalan Anak Kufur, “Menuju Kamar Durhaka”, dan “Doger”. Tiga pekerja seks tersebut ditampilkan melalui tokoh Titi, Aku, dan Selendang Merah. Dengan menggunakan metode kritik feminis yang berfokus pada isu tubuh dan ruang perempuan, pembahasan dibagi menjadi dua bagian yang berkaitan dengan tubuh, ruang, dan subjektivitas pekerja seks. Berdasarkan hasil analisis dapat dimaknai bahwa: (1) tubuh dan ruang pekerja seks ditampilkan sebagai aset ambivalen dalam posisinya sebagai subjek dan objek; (2) posisi subjek-objek yang bahagia berkaitan erat dengan perspektif yang digunakan tokoh dalam memandang pekerja seks. Oleh sebab itu, dapat diargumentasikan bahwa Utuy memosisikan tiga tokoh perempuannya dalam posisi subjek dan objek yang tidak ajek.This research talks about the subjectivity of women sex workers in Utuy Tatang Sontani’s works titled Selamat Jalan Anak Kufur, “Menuju Kamar Durhaka”, and “Doger.” Women sex worker are portrayed through characters named Titi, Aku, and Selendang Merah. By using a feminist literary criticism method that focuses on women’s body and space, the discussion has been divided into two sections related to body, space, and subjectivity of the sex workers. Body and space are the crucial aspects for the characters in Utuy’s works when achieving their status as a subject. Based on the results of the analysis it can be interpreted that: (1) the bodies and spaces of the sex workers are depicted as an ambivalent asset in their position both as subject and object; (2) the position of happy subject-object status of the sex workers is closely related to the perspective used by the character in looking at sex workers. Therefore, it can be argued that Utuy positioned the three women characters in the position of subjects and objects that were not fixed.
REPRESENTASI SISTEM GENDER DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL DI JAWA BARAT Muhamad Adji; Dadang Suganda; Awaludin Nugraha
Metahumaniora Vol 10, No 2 (2020): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i2.28898

Abstract

Indonesia, memiliki beragam jenis pengobatan tradisional yang dapat kita temui di berbagai daerah. Pengobatan tradisional menunjukkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap jenis pengobatan yang berbasis pada pengetahuan lokal. Dari berbagai jenis pengobatan tradisional yang ditawarkan tergambar pandangan masyarakat Indonesia terhadap sistem gender. Gender mengacu pada identitas, peran, dan relasi yang disematkan pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tulisan ini akan menguraikan konstruksi gender yang terepresentasi dalam dunia pengobatan tradisional melalui jenis-jenis pengobatan yang ditawarkan. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Dalam menganalisis data penelitian digunakan teori gender. Dari hasil analisis terhadap jenis pengobatan tradisional yang ditawarkan ditemukan bahwa pada umumnya sistem pengobatan yang ditujukan untuk laki-laki berkaitan dengan masalah keperkasaan, sedangkan pengobatan yang tujukan untuk perempuan berkaitan dengan masalah kesuburan. Dengan demikian, dari pengobatan tradisional tergambar konstruksi gender normatif yang berkaitan dengan konsep maskulinitas dan femininitas.
REPRESENTASI PERNIKAHAN DALAM MIDAH SIMANIS BERGIGI EMAS DAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER Stefani Ratu Lestari; Muhamad Adji; Amaliatun Saleha
Metahumaniora Vol 10, No 1 (2020): METAHUMANIORA, APRIL 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v10i1.26023

Abstract

Penelitian ini membahas dua karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Midah Simanis Bergigi Emas (1955) serta Gadis Pantai (1962). Kedua karya ini menggunakan tokoh utama perempuan muda dengan mengangkat tema pernikahan dalam budaya patriarkis, serta mengungkit isu perjodohan, perceraian, serta kelas sosial yang meliputi tokoh perempuan di dalam kedua karya ini.  Kedua karya ini menampilkan perjuangan Midah dan Gadis Pantai dari awal hingga akhir pernikahan mereka, serta pandangan mereka mengenai pernikahan yang telah mereka lalui. Penelitian ini menggunakan teori representasi untuk menganalisis unsur-unsur pernikahan di dalam kedua karya ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kedua karya ini menampilkan permasalahan pernikahan yakni: (1) Permasalahan Kelas Sosial, (2) Pandangan Para Tokoh terhadap Pernikahan, dan (3) Representasi Perempuan Kuat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pramoedya menampilkan masalah pernikahan melalui kehidupan Midah dan Gadis Pantai serta tokoh-tokoh yang ditemui Midah dan Gadis Pantai.Kata Kunci: Pramoedya, Pernikahan, Kelas Sosial, Representasi
ASPEK LOKALITAS PADA NOVEL POPULER INDONESIA Muhamad Adji; Dadang Suganda; Baban Banita
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Department of Indonesia Language and Literature Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.443 KB) | DOI: 10.15408/dialektika.v5i1.8168

Abstract

Abstract: Contemporary popular novels generally bring about a global discourse. This is the impact of the authors' contact with the global world. Andrea Hirata and Ahmad Fuadi are authors who are closely related to the global world affecting their works. However, local cultural values are also contained in the novels. Thus, there is a wedge between local and global values within the text. This paper is intended to examine how the local values are represented by the text of a global popular novel. This study uses two popular novel texts as the object of study, namely Sang Pemimpi by Andrea Hirata and Negeri 5 Menara by Ahmad Fuadi. The questions that guide this paper are a) how aspects of locality are represented in popular novels, b) what forms of locality aspects are contained in popular novels. In this paper, an analytical descriptive method using the perspective of cultural studies is used. The results show that the aspects of locality are featured in popular novels through background stories, figures, and habits demonstrated by the main characters. These intrinsic elements show the values of locality that are related to mutual cooperation and wander traditions.Abstrak: Novel-novel populer kontemporer pada umumnya banyak memunculkan wacana global. Hal ini merupakan imbas dari persentuhan para pengarang dengan dunia global. Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi adalah pengarang-pengarang yang memiliki keterkaitan erat dengan dunia global sehingga berdampak pada karya-karya mereka. Namun demikian, nilai-nilai budaya lokal juga termuat di dalam novel-novel tersebut. Sehingga, terjadi irisan antara nilai-nilai lokal dan global di dalam teks tersebut. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji bagaimana nilai-nilai lokal tersebut direpresentasikan teks novel popoler yang berwacana global. Kajian ini menggunakan dua teks novel populer sebagai objek kajian, yaitu Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Pertanyaan yang menuntun tulisan ini adalah a) bagaimana aspek lokalitas direpresentasikan di dalam novel populer, b) apa bentuk aspek lokalitas yang ada di dalam novel populer. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan perspektif kajian budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek lokalitas ditampilkan dalam novel populer melalui latar cerita, tokoh-tokoh, dan kebiasaan yang ditunjukkan oleh tokoh utama. Unsur-unsur intrinsik tersebut menunjukkan nilai-nilai lokalitas yang berkaitan dengan tradisi gotong royong dan merantau.
KONSTRUKSI AYAH DAN DOMINASI MASKULINITAS DALAM NOVEL SABTU BERSAMA BAPAK KARYA ADHITYA MULYA Muhamad Adji
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 4, No 2 (2020): Agustus
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.035 KB)

Abstract

 Artikel ini bertujuan mengungkap konstruksi ayah melalui penghadiran tokoh Bapak secara virtual pada novel Sabtu Bersama Bapak. Meskipun bersifat virtual, nyatanya relasi yang terbangun tersebut bersifat sangat intens dan memunculkan dominasi ideologi maskulinitas. Bagaimana kontruksi ayah ditampilkan di dalam teks, hal tersebut menjadi pertanyaan yang memandu artikel ini. Artikel ini menempatkan teori maskulinitas dalam mengkaji kontruksi ayah dalam novel, sedangkan metode yang digunakan adalah naratalogi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tokoh Bapak memiliki peran sentral dalam keluarga meskipun melalui relasi virtual. Konstruksi nilai-nilai maskulinitas ayah dihadirkan tokoh Bapak dan disebarkan kepada anak-anaknya melalui pesan-pesan dalam rekaman. Konsep maskulinitas yang dikonstruksi pada tokoh Bapak adalah ayah yang seorang perencana matang, pelindung keluarga, penganut nilai-nilai harga diri laki-laki yang ditentukan melalui  performa fisik  dan mental. Ideologi maskulinitas yang dikonstruksi oleh tokoh Bapak dapat terus bertahan karena diinternalisasi, diduplikasi, dan direpetisi oleh anak-anaknya.Kata kunci: ayah, konstruksi, dominasi, maskulinitas, naratologi This article aims to reveal the father's construction through the virtual presence of your character in the novel Saturday with Bapak. Although it is virtual, in reality the relationship that is built is very intense and gives rise to the dominance of the ideology of masculinity. How father construction is displayed in the text, this is the question that guides this article. This article places theory of masculinity in studying the construction of fathers in the novel, while the method used is narratology. From the results of the study it can be seen that the character of Bapak has a central role in the family even though through virtual relations. The construction of father's masculinity values is presented by the character of Bapak and spread to his children through messages on the record. The concept of masculinity that is constructed on the character of Bapak is a father who is a mature planner, family protector, adherents of male self-esteem values which are determined through physical and mental performance. The ideology of masculinity constructed by the character of Bapak can continue to be endured because is internalized, duplicated, and repetitioned by his children.Keywords: father, construction, domination, masculinity, narratology
ANALISIS FACE FAUX FRECKLES DALAM ARUS BUDAYA POPULER DENGAN PENDEKATAN CULTURAL STUDIES Wahyu Cahyadi Cahyadi; Muhamad Adji
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 3, No 2 (2019): Agustus
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.899 KB)

Abstract

Artikel ini membahas mengenai tren face faux freckles dalam kajian pendekatan cultural studies yang mencakup politik identitas, rasisme, serta cultural appropriation. Adapun teori-teori yang digunakan pada artikel ini meliputi teori yang dikemukakan oleh Kemala (1989) mengenai politik identitas berdasarkan kesukuan, serta Bell Hooks (1992) mengenai rasisme dan cultural appropriation. Metode yang digunakan pada penulisan artikel ini dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dengan didukung oleh referensi baik buku, jurnal maupun media massa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan berkembangnya tren freckles di masyarakat, mengindikasikan adanya politik identitas dan rasisme bagi penderita freckles khususnya orang-orang ras Kaukasia, dimana sebelumnya freckles ini dianggap sesuatu yang kotor, perlu ditutupi, dan diobati namun dengan adanya tren ini freckles menjadi sesuatu yang perlu dibanggakan. Selain itu dengan berkembangnya tren freckles ini timbul masalah cultural appropriation dimana penggunaan atribut dari budaya kelompok minoritas tidak bisa digunakan secara sembarang sebab memiliki maksud dan arti dari budaya tersebut yang tidak bisa dikenakan oleh orang selain dari budaya itu sendiri seperti freckles ini yang merupakan ciri dari orang-orang ras Kaukasia atau berkulit putih yang dimana kulitnya sangat sensitif terhadap paparan sinar matahari atau dapat dikatakan adanya kelainan pada kulitnya.
SOSIALISASI BUDAYA SUNDA KEPADA MAHASISWA ASING MELALUI PENGENALAN KULINER SUNDA Muhamad Adji
Dharmakarya Vol 8, No 3 (2019): September 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.243 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v8i3.19974

Abstract

Kegiatan sosialisasi dan praktik kuliner Sunda bertujuan untuk mengenalkan budaya Sunda kepada warga asing karena semakin banyak warga asing yang ingin belajar budaya Sunda. Pengenalan kuliner Sunda merupakan jalan untuk mengetahui budaya Sunda lebih jauh.  Secara tidak langsung budaya Sunda akan terus berkembang dan terjaga kelestariannya baik itu oleh warga negara asing maupun masyarakat Sunda itu sendiri. Selain itu, kegiatan pengabdian ini juga dapat memajukan produk lokal kedaerahan atau budaya lokal Indonesia sendiri. Tidak mudah memperkenalkan budaya Sunda ini kepada warga asing yang kemampuan bahasa Indonesianya masih terbatas, karena itu pengenalan budaya Sunda tersebut dikemas melalui pengenalan dan praktik kuliner sehingga lebih bersifat interaktif. Diharapkan warga negara asing akan semakin mengenal kuliner Sunda dan dapat memperkenalnya ke pentas internasional, minimal ke negara mereka sendiri.