Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Hubungan kadar natrium dengan tekanan darah pada remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Polii, Rivanli; Engka, Joice N.A.; Sapulete, Ivonny M.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14862

Abstract

Abstract: Sodium is an extracellular fluid cation which is the highest in amount, 35-40% sodium (Na) is found in the body skeleton. The function of sodium is the regulation of fluid volume, the regulation of fluid balance, the regulation of osmolarity, and the regulation of blood pressure. Blood pressure is the force that is needed to keep the blood flowing inside the blood vessel and circulates to reach all the tissues in human body. Blood pressure consists of two components, the systolic pressure and diastolic pressure. According to the study conducted by Riset Kesehatan Dasar on 2007, it was found that the Natuna Islands (coastal areas) has the highest prevalence of hypertension, which is 53,3%, while the highlands of Jayawijaya has the lowest prevalence of hypertension, which is 6,8%. The North Bolaang Mongondow regency, especially West Bolangitang district is an area which is conditioned around the coastal areas. Adolescents, according to WHO, are those aged 12-24 years old. This was an analytical descriptive research is conducted with a cross sectional study design. Afterward, the collected datas are processed using the help of SPSS software. The population is all of the students in SMAN 1 Bolangitang Barat, North Bolaang Mongondow regency and the samples were collected with purposive sampling technique. The results showed that the number of respondents who follow the research were 60 students, consisting 16 boy and 44 girl by spearman’s correlation statistical test.This study shows no correlation between the levels of sodium and blood pressure on adolescents in West Bolangitang district North Bolaang Mongondow regency. Conclusion: there is no correlation between the levels of sodium and blood pressure on adolescents in West Bolangitang district, North Bolaang Mongondow regency. Keywords: sodium, blood pressure, adolescent Abstrak: Natrium ialah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel , 35-40% natrium (Na) ada didalam kerangka tubuh. Fungsi natrium untuk mengatur volume cairan, mengatur keseimbangan cairan, mengatur osmolaritas, dan mengatur tekanan darah. Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah terdiri atas 2 bagian tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Berdasarkan data yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 didapatakan bahwa prevalensi hipertensi tertinggi di Kepulauan Natuna (wilayah pantai) sebanyak 53,3 % sedangkan prevalensi hipertensi terendah di pegunungan jayawijaya sebanyak 6,8%. Kabupaten Bolaang mongondow utara khususnya Kecamatan Bolangitang Barat merupakan suatu wilayah yang terletak disekitaran pesisir pantai, Remaja menurut WHO adalah mereka yang berumur 12-24 tahun. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Data diolah dengan menggunakan program SPSS. Populasi ialah semua siswa/i SMAN 1 Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan sampel diambil dengan cara purposive sampling. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar natrium dengan tekanan darah pada remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara kadar natrium dengan tekanan darah pada remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.Kata kunci: natrium, tekanan darah, remaja
Pengaruh latihan fisik akut terhadap fev1 (forced expiratory volume in one second) pada pemain basket mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Dumat, Grace N.; Engka, Joice N.A.; Sapulete, Ivony M.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14645

Abstract

Abstract: Acute physical exercise is an exercise activity that is carried out with a long duration of ± 10-15 minutes with mild to moderate intensity. Several studies have shown that reduced physical exercise may lower lung resistance. Physical exercise causes an increase in respiratory muscle endurance so that respiratory function will increase. One assessment measure lung function FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) by using a spirometry. The objective of this study is to overlook the effect of physical exercise on lung function of FEV1 at medical student basketball players in Sam Ratulangi University. The subject of this study are 35 medical students that have been active playing basketball for more or less than 6 months within 10-15 minutes exercise duration. Subject was measured with spirometry to see the effect of this treatment on FEV1. All of 35 subjects finish this program. FEV1 before the treatment was 3.4871 and 3.4474 after treatment.Conclusion: FEV1 increase about 0,73 litres, but it’s not statistically significant (p>0,05) Abstrak: Latihan fisik akut adalah aktivitas olahraga yang dilakukan dengan durasi latihan ± 10-15 menit dengan intensitas ringan-sedang. Penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan daya tahan paru yang diakibatkan oleh kurangnya aktivitas fisik olahraga. Latihan fisik meningkatkan daya tahan otot pernapasaan sehingga dapat melancarkan aliran darah ke dalam paru dan meningkatkan kapasitas paru. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan untuk menilai faal paru yaitu dengan menilai FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) dengan menggunakan alat spirometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik akut terhadap FEV11 faal paru pada pemain basket mahasiswa kedokteran Unsrat, subyek penelitian terdiri dari 35 orang mahasiswa kedokteran yang aktif bermain basket ± 6 bulan dengan durasi latihan fisik selama 10-15menit. FEV1 subyek diukur sebelum diberikan perlakuan. Kemudia subyek diberikan perlakuan latihan fisik berupa permainan bola basket dengan durasi latihan selama 10-1 menit. FEV1 diukur kembali setelah dilakukan perlakuan. Keseluruhan subyek total 35 orang mengikuti program. Nilai FEV1 sebelum perlakuan adalah 3.4871L dan nilai FEV1 setelah perlakuan adalah 3.4474L.Simpulan: Terdapat peningkatan nilai rerata FEV1 sebesar 0,39 liter, namun setelah dilakukan uji t berpasangan menyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna rerata FEV 1 awal dan akhir (p > 0,05).
Perbandingan kadar serum kreatinin pada pasien DM tipe 2 dengan frekuensi senam prolanis 1 kali per minggu dan 3 kali per minggu Pangemanan, Angela; Marunduh, Sylvia R.; Engka, Joice N.A.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14443

Abstract

Abstract: Creatinine is formed in muscles from creatinine phosphate and a byproduct of muscle metabolism. Creatinine is almost completely cleared from the body by filtration in the glomeruli. Physical activity can affect renal hemodynamics and protein excretion as well as creatinine level. Prolanis gymnastics is programmed for people who suffer from chronic diseases. This study was aimed to find out whether physical activity could affect serum creatinine by comparing Prolanis gymnastics practised 1 time/week and 3 times/week among patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). This was an experimental study with a pre-post test control group design. Subjects were 30 T2DM patients who practised Prolanis gymnastics at Husada Clinic Sario Manado, divided into two equal groups (15 people in each group). The results showed that in 1 time/week group, there was decreased creatinine level in 1 person (7%), increased creatinine level in 2 people (13%), and unchanged level in 13 people (87%). Meanwhile, in 3 times/week group there was no decrease of creatinine level but increased creatinine level in 4 people (27%) and unchanged in 11 people (73%). The Wilcoxon Signed Rank test showed a significant difference in creatinine levels between the two groups (p=0.001). Conclusion: Prolanis gymnastics 3 times/week was more effective than 1 time/week in affecting creatinine level in T2DM patients. Keywords: Prolanis gymnastics, creatinine, T2DM patients Abstrak: Kreatinin dibentuk di jaringan otot dari kreatinin fosfat dan merupakan produk sampingan metabolisme otot. Hampir seluruh kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi glomerulus. Aktivitas fisik dapat memengaruhi hemodinamik ginjal dan ekskresi protein, termasuk kreatinin. Senam Prolanis merupakan program yang dibuat untuk masyarakat yang menderita penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar kreatinin serum dengan membandingkan senam 1 kali/minggu dan 3 kali/minggu pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Jenis penelitian ialah eksperimental dengan pre-post control group test design. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks. Hasil penelitian mendapatkan subjek penyandang DMT2 berjumlah 30 orang (15 orang untuk masing-masing kelompok) yang mengikuti senam Prolanis di Klinik Husada Sario Manado. Pada kelompok 1 kali/minggu, terjadi penurunan kreatinin pada 1 orang (7%), kenaikan pada 2 orang (13%) dan tetap pada 13 orang (87%), sedangkan pada kelompok 3 kali/minggu, tidak terjadi penurunan kreatinin, tetapi ada kenaikan pada 4 orang (27%) dan tetap pada 11 orang (73%). Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks mendapatkan perbedaan kadar kreatinin yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,001). Simpulan: Senam Prolanis 3 kali/minggu lebih efektif daripada senam Prolanis 1 kali/minggu dalam memengaruhi kadar kreatinin pada pasien DMT2.Kata kunci: senam Prolanis, kreatinin, DMT2
Hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tombokan, Kevin C.; Pangemanan, Damajanty H.C.; Engka, Joice N.A.
eBiomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.5.1.2017.15978

Abstract

Abstract: Menstruation is one of the aspects of sexual maturity which occurs at the end stage of puberty in a woman. Stress entangles the neuroendocrinological system that might further affect the menstrual cycle pattern. The most common type of stress experienced by students is academical stress. This study was aimed to determine the correlation between stress and menstrual cycle pattern among pre-clinical medical students (co-assistant) at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was an observational analytical study with a cross-sectional design. There were 34 respondents obtained by using purposive sampling technique. Stress degree was assessed by using modified Depression, Anxiety, and Stress Scales 42 (DASS-42) questionnaire meanwhile the menstrual cycle pattern was assessed by using an ordinal-scaled questionnaire. Data were analyzed with the Spearman Rank Correlation test. The correlation between stress and the menstrual cycle pattern showed a p-value = 0.014 and an r = 0.417. Conclusion: There was a moderate significant correlation between stress and menstrual cycle pattern among pre-clinical medical students (co-assistant) ar Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado.Keywords: stress, menstrual cycle patterns, co-assistant Abstrak: Menstruasi merupakan salah satu aspek kematangan seksual yang pertama kali terjadi pada masa pubertas seorang wanita. Stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sehingga dapat memengaruhi pola siklus menstruasi. Stres yang paling umum dialami oleh mahasiswa ialah stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Terdapat 34 responden yang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Derajat stres dinilai menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scales 42 (DASS-42) termodifikasi dan pola siklus menstruasi dinilai dengan kuesioner yang menggunakan skala ordinal. Data penelitian dianalisis dengan uji Spearman Rank Correlation. Hasil uji korelasi antara stres dan pola siklus menstruasi mendapatkan p=0,014 dan r=0,417. Simpulan: Terdapat hubungan moderat yang bermakna antara stres dan pola siklus menstruasi pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Madya (co-assistant) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.Kata kunci: stres, pola siklus menstruasi, mahasiswa (co-assistant)
GAMBARAN KEKUATAN OTOT DAN FLEKSIBILITAS SENDI EKSTREMITAS ATAS DAN EKSTREMITAS BAWAH PADA SISWA/I SMKN 3 MANADO Pangemanan, Damajanty H.C.; Engka, Joice N.A.; Supit, Siantan
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1217

Abstract

Abstract: This study aimed to reveal an overview of muscle strength and joint flexibility of the upper and lower limbs of the students of SMKN 3 Manado. This was a simple descriptive study with a cross-sectional design. In this study, muscle strength of the right and left hands  was measured by using a grip strength dynamometer and of the limb muscles by using a leg dynamometer. Respondents who met the inclusion criteria were 53 people composed of 22 males and 31 females. The results showed that the upper and lower limb muscle strength were lower than normal, and none were categorized as good muscle strength. Flexibility of lower limb joints generally had a normal range of motion (ROM) value. Conclusion: Most students of SMKN 3 Manado had very low upper and lower limb muscle strength. The evaluation of lower limb joint flexibility showed normal ROM value. Keywords: muscle strength,joints flexibility.     Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kekuatan otot dan fleksibilitas sendi ekstremitas atas dan bawah pada pelajar SMKN 3 Manado. Penelitian menggunakan model survey deskriptif potong lintang dengan mengukur kekuatan otot ektremitas kiri dan kanan menggunakan alat pengukur khusus pada tangan dan kaki. Responden yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 53 orang yang terbagi 22 orang pria dan 31 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan otot ekstremitas atas (kekuatan otot genggam tangan kanan dan kiri) dan kekuatan otot ekstremitas bawah (kekuatan otot tungkai) umumnya mempunyai kekuatan otot yang kurang sekali dan tidak ada yang masuk kategori baik Fleksibilitas sendi ekstremitas bawah umumnya mempunyai nilai range of motion (ROM) normal. Simpulan: Sebagian besar siswa/i SMKN 3 Manado mempunyai kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah tergolong kategori kurang sekali. Penilaian fleksibilitas sendi-sendi ekstremitas bawah umumnya memperlihatkan ROM yang normal. Kata kunci: kekuatan otot, fleksibilitas sendi.
PENGARUH PAJANAN BISING TERHADAP PENDENGARAN DAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA GAME CENTER DI KOTA MANADO Pangemanan, Damajanty H.C.; Engka, Joice N.A.; Sapulete, Ivonny M.
Jurnal Biomedik : JBM Vol 4, No 3 (2012): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.4.3.2012.1220

Abstract

Abstract. This study aimed to disclose the influence of noise on hearing and the correlation of noise on blood pressure in people who worked in game centers in Manado. This was an observational study using a cross sectional design. The data were obtained by measuring the noise level in three game centers in Manado, measuring the respondent’s hearing and blood pressure, and using questionnaires. Data were taken from three game centers in Manado. Data were obtained through questionnaires and the measurement of a minimal hearing level of noise, and blood pressure.  The number of samples were 25 people who worked in the game centers. Data were analyzed by using the Anova test with a significance level of p<0, for finding out the correlation between noise and blood pressure.The result showed that there were hearing disturbances in 60% of respondents who worked 7-8 hours/day, and in 100% of respondents who worked >8 hours/day. There was no significant correlation value beetween noise and blood pressure. Conclusion: Noise could cause hearing disturbances; however there was no correlation between noise and blood pressure among game center workers in Manado. Keywords: noise, blood pressure, deafness.     Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh adanya kebisingan pada pendengaran dan tekanan darah pada para pekerja game center di kota Manado. Penelitian ini merupakan suatu studi observasional potong lintang. Data didapatkan dengan cara mengukur tingkat kebisingan pada tiga game center di kota Manado, pengukuran nilai ambang pendengaran dan tekanan darah, serta dengan menggunakan kuesioner.Data diambil dari 3 game center di Kota Manado. Data didapatkan melalui kuesioner dan pengukuran tingkat kebisingan, nilai ambang pendengaran, dan tekanan darah. Jumlah sampel yaitu 25 orang yang berkerja di game center. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Anova, dengan tingkat kemaknaan P <0,1, untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan adanya gangguan pendengaran pada 60% responden yang bekerja 7-8 jam/hari, dan pada 100% responden yang bekerja >8 jam/hari. Tidak ada nilai korelasi bermakna antara kebisingan dan tekanan darah. Simpulan: Kebisingan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, tetapi tidak ditemukan korelasi antara kebisingan dan tekanan darah pada pekerja game center di kotaManado.. Kata kunci: kebisingan, tekanan darah, ketulian.
Pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar neutrofil setelah latihan fisik Warong, Kristo; Pangemanan, Damajanty H.C.; Engka, Joice N.A.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14343

Abstract

Absract: Physical exercise can improve and maintain physical fitness. However, physical exercise can lead to oxidative stress that can reduce the activity of antioxidants. Vitamin E is a fat-soluble antioxidant that could free radicals in the body. Neutrophils play an active role in the process of phagocytosis of bacteria and other microorganisms the damaged tissue caused by tissue injury. This study was aimed to obtain the effect of vitamin E on neutrophil count after physical exercise. This was a field experimental study with a pre post test control group design. Data were analyzed with the Mann Whitney U (α = 0.05). The physical exercise was playing futsal for 60 minutes. Respondents were 30 male respondents divided into 2 groups: treatment and control groups. The levels of neutrophils were examined after physical exercise and after the administration of vitamin E 400 IU for seven days. Data analysis of the effect of vitamin E on neutrophil level after physical exercise showed a p value of 0.031. Conclusion: Vitamin E influenced the levels of neutrophils after physical exercise.Keywords: physical exercise, oxidative stress, vitamin E, neutrophil Abstrak: Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik dapat menimbulkan stres oksidatif sehingga dapat menurunkan aktivitas antioksidan. Vitamin E merupakan antioksidan yang larut dalam lemak dan berfungsi untuk mengurangi radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. Neutrofil berperan aktif dalam proses fagositosis bakteri, mikroorganisme, dan membersihkan sisa jaringan rusak yang disebabkan oleh cedera jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin E terhadap kadar neutrofil setelah latihan fisik. Jenis penelitian ialah eksperimental lapangan dengan pre post test control group design. Untuk menguji signifikansi penelitian digunakan uji Mann Whitney U (α = 0,05). Latihan fisik berupa olahraga futsal selama 60 menit dilakukan oleh 30 responden laki-laki yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Kadar neutrofil diukur setelah latihan fisik dan setelah pemberian vitamin E 400 IU selama 7 hari. Hasil statistik menunjukkan terdapat pengaruh bermakna dari vitamin E pada kelompok perlakuan (p=0,031). Simpulan: Terdapat pengaruh vitamin E terhadap kadar neutrofil setelah latihan fisik. Kata kunci: latihan fisik, stres oksidatif, vitamin E, neutrofil
Perbandingan Massa Otot Lengan Dominan dan Tidak Dominan dengan Latihan Beban Castendo, Cynthia C.; Pangemanan, Damajanty H.C.; Engka, Joice N.A.
e-Biomedik Vol 8, No 1 (2020): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v8i1.28690

Abstract

Abstract: Dominant arms are the most frequently used in activity. Weight training can influence the increase in muscle strength that automatically increases muscle mass on both dominant and non dominant arms. The study aims to determine the comparison between dominant and non dominant arms muscle mass with weight training. This research uses a field experiment study with one group pre and post-test design for 8 weeks on 37 male college students with right dominant arm and 5 male college students with left dominant arm. Subjects were weight trained using dumbbells. Muscle mass were measured on bicep-triceps muscles using a tape measure (cm) to measure upper arm circumference on each subjects prior and after training. Statistical test was done using the test of normality (Shapiro Wilk), paired sample t-test and Wilcoxon Signed Rank Test. Results of the paired sample t-test obtained  p value = 0.00 (right and left upper arm circumference) on right dominant arm subjects and Wilcoxon Signed Rank test obtained p value = 0,042 (left upper arm circumference) and p value = 0,043 (right upper arm circumference) on left dominant arm subjects. Based on both test results there was a difference in muscle mass prior and after training although there were no significant differences in muscle mass between dominant and non dominant arms. In conclusion, there were no differences in muscle mass between dominant and non dominant arms with weight training.Keywords: weight training, dominant and non dominant arms, muscle mass  Abstrak: Lengan dominan merupakan lengan yang paling sering digunakan dalam beraktivitas. Latihan beban dapat memberikan pengaruh pada pertambahan kekuatan otot yang secara otomatis meningkatkan massa otot pada kedua lengan dominan maupun tidak dominan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan massa otot lengan dominan dan tidak dominan dengan latihan beban. Penelitian menggunakan penelitian eksperimental lapangan dengan rancangan one group pre and post-test design selama 8 minggu pada 37 mahasiswa laki-laki dominan kanan dan 5 mahasiswa laki-laki dominan kiri. Subjek diberi latihan beban dengan menggunakan dumbbell. Massa otot diukur pada otot bisep-trisep menggunakan alat ukur meteran (cm) untuk mengukur lingkar lengan atas (lila) tiap subjek sebelum dan sesudah latihan. Uji statistik menggunakan uji normalitas (shapiro wilk), uji t berpasangan dan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji t berpasangan didapatkan nilai p=0,00 (lila kanan dan kiri) pada subjek penelitian dominan kanan dan uji Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p=0,042 (lila kiri) serta p=0,043 (lila kanan) pada subjek penelitian dominan kiri. Berdasarkan kedua uji didapatkan perbedaan massa otot sebelum dan sesudah latihan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara massa otot  lengan dominan dan tidak dominan. Simpulan penelitian ini ialah tidak ada perbedaan massa otot lengan dominan dan tidak dominan dengan latihan beban.Kata Kunci: latihan beban, lengan dominan dan tidak dominan, massa otot