Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RSU SURABAYA TAHUN 2017 Annisa’ Syarifah; Siti Surasri; Umi Rahayu
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 15, No 2 (2017): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v15i2.676

Abstract

Keberadaan Rumah Sakit selain membawa dampak positif, juga membawa dampak negatif yaitu adanya sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, yang jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. RSU Surabaya telah melakukan pengelolaan sampah medis, namun dirasa belum optimal. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengelolaan sampah medis di RSU Surabaya.Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang dilakukan dengan survey penilaian. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan instrumen yang berupa kuesioner dan form observasi. Analisis dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan literatur dan pedoman.Hasil penelitian di RSU Surabaya menunjukkan bahwa timbulan sampah medis terbesar berasal dari ruang rawat inap yaitu sebesar 10,45 Kg/hari/pasien. Sebagian besar kualifikasi petugas cleaning services telah memenuhi syarat yaitu sebesar 68%. Tingkat pengetahuan petugas cleaning services dalam hal pengelolaan sampah medis sebagian besar baik yaitu sebesar 69%. Tingkat pengetahuan perawat dalam hal pemilahan sampah medis seluruhnya yaitu sebesar 100%. Sebagian besar sarana prasarana dalam pengelolaan sampah medis telah memenuhi syarat yaitu sebesar 97,6%. Sebagian besar proses pengelolaan sampah medis telah memenuhi syarat untuk Rumah Sakit tipe B yaitu sebesar 96,7%.Disarankan untuk lebih meningkatkan dan mengoptimalkan proses pengelolaan sampah medis dengan baik agar tercipta lingkungan rumah sakit yang sehat. Kata kunci             : Pengelolaan, Sampah Medis, dan Rumah Sakit
KEMAMPUAN TANAMAN APU- APU (Pistia stratiotes L.) DALAM MENURUNKAN KADAR LOGAM BERAT NIKEL (Ni) LIMBAH CAIR Lestari Dwi Utami; Narwati .; Umi Rahayu
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 15, No 1 (2017): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v15i1.576

Abstract

ABSTRACTResearch on reduction of Nickel (Ni) heavy metal in wastewater by using a water plant lettuce (Pistiastratiotes L.) was conducted with the aim of knowing the level of Ni reduction in wastewater after the plants aregiven water plant lettuce (Pistia stratiotes L.). The technique used in processing wastewater of the metal platingis phytoremediation.This study was pure experiment with pretest-posttest design with control group used completerandomized design (CRD). This study was conducted in December to June, 2016.The results showed that the level of Ni in wastewater decreased after 1 day, 3 day and 6 day treatmentwith water plant lettuce. From the statistical test result, the reduction of Ni was significant with 5 plants by p =0.023 α. Based on the contact time duration, the result of statistical test was p = 0.000 α. The more thenumber of plants used, the greater the reduction of Nickel level. The longer the contact time of the water plantwith wastewater, the greater the reduction of Nickel level in wastewater.For further study, it is suggested to use plant that is hyper tolerant against contaminants and usedmore plants to proceed wastewater and more comparable with the level of Ni metal contained in wastewatermetal plating.Keywords : Nickel level reduction, water plant lettuce (Pistia stratiotes L.),contact duration, phytoremediation.
PERILAKU 3M BAGI PENGHUNI RUMAH MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE Nur Fauziah; Umi Rahayu; Imam Thohari
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 17, No 1 (2019): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v17i1.1053

Abstract

Tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup dan mengubur (3M) sehingga akan menjadi lebih efektif dalam mencegah penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan kontainer dengan perilaku 3M (menguras, mengubur, menutup) penghuni terhadap kejadian penyakit DBD.Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan menggunakan studi Case Control dan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis dengan besar sampel sebanyak 20 rumah penderita DBD tahun 2016 dan 20 rumah kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi binary logistic dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis adalah Sikap (p value : 0,0130,05) dan Tindakan (p value : 0,0270,05)  terkait 3M serta Keberadaan Kontainer (p value : 0,0380,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Pengetahuan terkait 3M (p value : 0.3760,05). Variabel yang paling mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Sikap responden terkait 3M.Hendaknya masyarakat meningkatakan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya menguras bak mandi secara rutin. Sedangkan bagi instansi Puskesmas dapat lebih sering memberikan edukasi dan informasi terkait penyakit demam berdarah dengue  kepada masyarakat. Kata kunci : DBD, Kontainer, 3M
KONDISI SANITASI RUMAH DAN PERILAKU PENGHUNI (Studi KasusDi Pemukiman Sawahpulo RW11 Kelurahan Ujung Kecamatan Semampir Yosi Arteri Rosalina; Umi Rahayu; Suroso Bambang Eko
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 12, No 2 (2014): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v12i2.65

Abstract

Healthy homes can be viewed from its basic sanitary conditions, construction, and the properbehavior of their occupants. The facts indicated that there are homes that do not have latrines, wastedisposal facility, open sewerage system, windows are rarely opened, increasing the risk of diseaseinfection and health problems to the community. The purpose of this study was to assessand determinethe sanitary conditions and the behavior of occupants in Sawahpulo RW 11 at Ujung village, SemampirSubdistrict, Surabaya.Employing a descriptive method, large sample of 92 houses were selected using a proportionalrandom sampling. Data collection were carried out using interviews and observation sheets. Respondentsin this study were housewives, that have been collected and subsequently tabulated, and discussed withreference to the Minister Regulation 829 / Menkes / SK / VII / 1999 on Health Requirements forResidential area .Results of the study on 92 homes showed that, 39 homes (42.3%) were in violation of basicsanitation facilities. Home components of 75 houses homes were not eligible (81.6%). In terms ofoccupant density, 35 homes (38%) were in violation of the standard. Regarding behavior of occupants, 90people (97.8%) were found to be unsatisfactory. The sanitary condition of the houses in as much as 8home (8.7%) have met the designated requirements while in the other 84 homes (91.3%) the conditionwere below standard. In the maintenance of sanitary conditions home dwellers have done poorly asshown by 79 people (85.9%).It is recommended to the Pegirian health center to initiate counseling on environment associateddiseases, initiate activities such as training on making handicrafts made from recycled plastic wastes andhow ro make compost. Public toilet facilities should be improved by installing doors, erect separator wallson each latrine unit and to provide water reservoirs for comfortable use, maintenance of latrines should bedone by scheduled teams. For the People should engage in the maintainenance of basic hygiene andsanitation facilities, home repair, improve basic sanitation facilities and repair damaged components.Change the behavior of the inhabitants in order to care more about the sanitary conditions of their ownhome and its environment and to provide information about healthy home quality.
Hubungan Perilaku dengan Kualitas Komponen Rumah Penderita Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut tahun 2017 (Studi Kasus di Desa Wage Kec. Taman Kab. Sidoarjo) Dana Aprilia; Umi Rahayu; Khambali .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 16, No 1 (2018): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v16i1.816

Abstract

Bad behavior of maintaining the quality of house components can be a risk factor to environmentally based disease transmission. a.o, Acute Respiration Infection. The germs of Acute Respiration Infection can be transmitted through coughing or sneezing using air as transmission media. This research aimed to find out the relation between behavior and the quality of house component of people affected by acute respiration infection. This research was analytical with cross sectional approach. Data collection was through observation, interviews and measurements. Sample collected were 51 houses of people suffering from Acute Respiration Infection. Variables of this research were: awareness, behavior, action / proceeding, ventilation available, lighting, humidity, temperature, bedroom occupants density, and cleanliness of the house. Sampling technique used was random sampling. Data analyzes utilized was Chi Square test statistical analysis by means of SPSS 20 version. The result of the research showed that there was a relation between awareness (p=0,005), attitude (p=0,032), action/proceeding (p=0,002) behavior (p=0,002) with the quality of house components of people affected by Acute Respiration Infection. Based on this research, it could be concluded that there was a relation between awareness level, attitude, proceeding, and behavior with the quality of house component of people affected by Acute Respiration Infection. Prevention of transmission of Acute Respiration Infection could be done by upgrading the patient and house inmates behavior to create a healthy house condition.Keywords : Behavior, Quality of the House Components, Acute Respiration Infection
PENINGKATAN 'NILAI KALOR (Kal/g) KULIT DURIAN SESUDAH MENJADI BRIKET BIOARANG (Studi Pemanfaatan Sampah Kulit Ourian Sebagai Alternatif Pembuatan Briket Bioarang) Olivia Agustin Nadia; Waluyo Jati; Umi Rahayu
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 12, No 1 (2014): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v12i1.56

Abstract

The presence of organic trash heap especially durian peels was very abundance when harvesttime. To decreasing trash from durian peels it could be used as biocharcoal briquette. The making ofbiocharcoal briquette by using starch glue addition and water as source to increasing kalor value. Thisresearch purpose to recognize how much kalor value increase in durian peel.This research as research type is Quasi Experiment Design with One Group Pre-Post TestDesign research, namely this design only using one subject group and also make measurement beforeand after provide treatment on subject.The analysis result of tapioca flour addition indicating that give different concentration on heatvalue increase in durian peels. Based on the yield result had be done state that dry durian peel obtainedas many 3863,33 kal/g. While, heat value in durian peel already processed become biocharcoal briquettewith tapioca flour addition 1% gained average result 4047,46 kallg, tapioca flour addition 2% gainedaverage result 4225,25 kal/g, and tapioca flour addition 3% gained average result 4546,11 kal/g.There improvement on heat value of dry durian peel and had already processed becomebiocharcoal briquette. The increase of heat value (kal/g) gained different result according to tapioca flouraddition and water 100 mililiter that are 1%, 2%, and 3%. Suggested that must be done further research tomake biocharcoal briquette is not only durian peel but also other organic trash heap to rise up kalor value(kal/g) and help to reduce organic trash heap then could be advantage for the people mainly durianmerchants.
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMOMULYO KOTA SURABAYA TAHUN 2019 Nur Anisah Apriliani; Umi Rahayu; Narwati .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 18, No 1 (2020): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v18i1.1103

Abstract

ABSTRAKKondisi fisik rumah di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo berdempetan, sehingga mempengaruhi kualitas ruang pada rumah, yaitu sirkulasi udara dan pencahayaan yang didapat kurang dari 50 lux pada luas ventilasi yang berukuran kurang dari 10%. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kejadian penyakit TBC Paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian penyakit TBC Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo.Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus kontrol (perbandingan 1 : 1). Sampel kasus 60 rumah dan sampel kontrol 60 rumah yang diambil secara acak dengan simple random sampling. Data dianalisis melalui uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (ά = 0.05).Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pencahayaan (p-value= 0,009), kelembapan (p-value= 0,001), suhu (p-value 0,007), Ventilasi (p-value= 0,004), Kepadatan Hunian (p-value = 0,019) ,Lantai (p-value = 0,039) Lubang Asap Dapur (p-value = 0,001), kondisi fisik rumah ( p-value = 0,030) dengan penyakit TBC Paru. Hal ini diperhatikan dengan kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/ /SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan dan rumah tinggal.Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian penyakit TBC Paru. diharapkan bagi masyarakat untuk peduli terhadap kondisi lingkungan rumah seperti membersihkan sarang laba – laba, membersihkan debu yang  ada di dalam dan sekitar rumah secara rutin, memasang genteng kaca, membuka jendela setiap pagi.berperan aktif dalam menemukan dan melapor bila terdapat pasien TBC Paru, menjaga kebersihan diri, menerapkan etika batuk, dan menggunakan masker apabila batuk dan pilek. Bagi Puskesmas untuk melakukan pemberian genteng kaca terhadap Penderita TBC Paru dan pemberian status ventilasi aktif di setiap rumah Penderita TBC Paru dan Non Penderita TBC Paru. Keywords:  Kondisi Fisik Rumah, Penyakit TBC Paru
Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Wilayah Kerja Puskesmas Kadur Tahun 2017 Yeni Rohmatul Istihoroh; Umi Rahayu; Pratiwi Hermiyanti
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 16, No 1 (2018): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v16i1.812

Abstract

Penyakit ISPA menempati peringkat pertama dengan jumlah kasus 284 menurut data dari Puskesmas Kadur pada tahun 2016. Hasil dari survey pendahuluan di 70 rumah pasien penyakit ISPA yaitu 28% rumah yang lantai rumahnya belum memenuhi persyaratan rumah sehat, dan 78% rumah yang jarang membuka jendela sehingga tidak ada cahaya matahari masuk ke dalam rumah, dan masih ada 57% rumah yang pencahayaannya belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ventilasi, pencahayaan alami, lantai rumah, suhu udara, dan kelembaban udara dengan kejadian penyakit ISPA.Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control. Populasi di penelitian ini adalah semua rumah penduduk yang terdapat pasien penyakit ISPA yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan dengan sampel 72 rumah penduduk diambil dengan metode simple random sampling. Analisis data dengan metode chi square untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terkait. Dan dilanjutkan ke analisis koefisien kontingensi untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian penyakit ISPA.Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang lemah antara intensitas pencahayaan (p = 0.012, C = 0.12) dengan kejadian penyakit ISPA, sedangkan luas ventilasi, suhu udara, dan kelembaban udara tidak ada hubungan dengan kejadian penyakit ISPA.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan kejadian penyakit ISPA dan tidak ada hubungan antara luas ventilasi, lantai rumah, suhu udara, dan kelembaban udara dengan kejadian penyakit ISPA. Sedangkan saran bagi petugas kesehatan yaitu dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA, bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan dan melakukan upaya penyehatan rumah untuk menekan terjadinya penyakit ISPA, dan bagi peneliti lain yaitu dapat melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda. Kata kunci : kondisi fisik rumah, ISPA.
EFEKTIVITAS PERASAN DAUN JERUK PURUT TERHADAP ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN TAHUN 2017 Annisa Nur Islamiar; Narwati .; Umi Rahayu
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 15, No 3 (2017): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v15i3.696

Abstract

Makanan adalah kebutuhan pokok untuk hidup manusia. Makanan dapat ditemui di restoran ataupun di pedagang kaki lima di tepi jalan yang mempunyai risiko penyakit yang ditransmisikan oleh bakteri patogen ketika tidak diolah dengan higienis. Alat makan merupakan salah satu risiko yang dapat menjadi sarana pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme jika tidak dicuci dengan baik. Hal ini disebut dengan food-borne disease. Cara yang dapat digunakan untuk menekana terjadinya food-borne disease adalah dengan melakukan desinfeksi. Salah satu desinfektan yang dapat digunakan adalah daun jeruk purut yang dapat menurunkan angka kuman. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas daun jeruk purut terhadap angka kuman pada peralatan makan.Metode penelitian ini adalah eksperimental menggunakan rancangan non equivalent control group. Data dianalisis menggunakan uji annova dengan tes LSD (Least Significant Difference).Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang signifikan bahwa daun jeruk purut dapat menurunkan angka kuman dan terjadi perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol.  Kelompok yang dapat menurunkan nilai angka kuman tertinggi adalah dengan konsentrasi 100 mg / 100 ml .Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah variasi konsentrasi daun jeruk purut dapat menentukan nilai penurunan angka kuman. Dalam penelitian ini, konsentrasi daun jeruk purut yang efektif untuk menirunkan angka kuman 100 mg / 100 ml. Keywords: daun jeruk purut, perelatan makan, angka kuman
KANDUNGAN Rhodamin Spada KERUPUK ESEK MERAH DIINDUSTRI RUMAH TANGGA DESA TLASIH KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO Dessy Sylviana; Narwati .; Umi Rahayu
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 11, No 2 (2013): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v11i2.188

Abstract

Rhodamin B is a non-food synthetic dye which is misused on foods since it canendanger public health. The using of Rhodamin B is regulated by virtue of Republic ofIndonesia Minister of Health Regulation No. 239/MenKes/Per/V/85. The objective of this studyis to find out the content of Rhodamin Bqualitatively in red 'esek' chip.This study is a descriptive study that is to describe the existence of Rhodamin 8content in red 'esek' chip. The population of this study includes 250 grams red 'esek' chip from6 producers who produce red 'esek' chip at home industry of Desa Tlasih Kecamatan TulanganKabupaten Sidoarjo. Data analysis is performed descriptively namely by means of organolepticphysical examination, chemical examination and the knowledge level of red 'esek' chipproducers.The result of red 'esek' chip physical examination indicates that 2 out of 6 samples ofred 'esek' chip do not show any characteristic of Rhodamin 8 usage, while 4 samples of red'esek' chip show the characteristic of Rhodamin 8 usage. The evaluation of red 'esek' shipproducers' knowledge level indicates that 1 producer is categorized in "Good" criteria(16,67%) and 5 producers are categorized in "Sufficient" criteria (83,33%).Most of those chips which show the characteristic of Rhodamin B usage and producerswho positively use Rhodamin 8have "Sufficient" level of knowledge. It is suggested that thoseconsumers of red 'esek' chip be more careful to observe the characteristic of red 'esek' chipwhich contains Rhodamin B. A further research is required to be performed on other types ofchip in order to find out whether it contains Rhodamin Bor not.Keywords : Rhodamin 8, red 'esek' chip, Desa Tlasih