Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PENGUBAHAN KOMPOSISI CADANGAN MAKANAN BENIH KEDELAI DENGAN PERLAKUAN NITROGEN DAN FOSFOR Rudi Hartawan
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 13, No 4 (2013): November
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.278 KB) | DOI: 10.33087/jiubj.v13i4.326

Abstract

Some theories suggest that the important role of food reserves to maintain seed quality. On soybean seed, food reserves in the form of protein, carbohydrates, and fats. Generally researchers claim that high fat will reduce the quality and vitality of seeds in storage. Setting up food composition will maintain the quality and vitality of seeds in storage. Composition of food reserves is an equilibrium, increase one portion of food reserves would lower portion of the otherFood reserves play an important role in determining the quality of soybean seed. Deposit composition can be modified by eating nutrients nitrogen and phosphorus, and association with Rhizobium bacteria. Setting up the composition of foods believed to increase the quality and viability of soybean seed.The results showed that soybean growth variables measured with ILD, LAB, LTR, and BKA influenced by nitrogen and phosphorus, both single and two-factor interactions. Variables BKA instrumental in increasing seed production. The composition of the food reserves are also affected by the interaction between nitrogen and phosphorus except carbohydrates. Increase in protein content followed by a decrease in fat content in the seed, whereas carbohydrate content did not experience the difference. It is generally known that the root dry weight, production, 1000 grain weight and seed protein obtained at optimal combination of nitrogen 45 kg ha-1 and phosphorus at 90 kg ha-1. Information from this trial will be better if done testing the model composition and food reserves to do with the ability of seeds to survive naturally in storage.Keywords: food storage, enzymes, seed production
KARAKTERISTIK FISIK TANAMAN DAN MUTU LATEKS KARET (HEVEA BRASILLIENSIS MULL. ARG) DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI Ridawati Marpaung; Rudi Hartawan
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 14, No 4 (2014): Desember
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.994 KB) | DOI: 10.33087/jiubj.v14i4.234

Abstract

This study aims to determine the purpose of research to look at the physical characteristics of the plant and the quality of latex rubber (Hevea brasilliensisMull. Arg) lowlands and highlands. This study was conducted have been carried out in low-lying areas (Tables cottage village, District Mestong, Muaro Jambi) with altitude <200 m above sea level (asl), while the highlands (In the village of Khajuraho), District of Batang Merangi, District Kerinci with altitude> 700 m above sea level (asl). This research was carried out for 3 monthsPlant samples used in this study is the people's rubber plant clone 24. BPM object taken is lowland rubber plant with a height of <200 m asl and highlands> 700 m asl, rubber plants have aged> 7 years (already in production). Experiments conducted using survey method in community gardens and quality testing laboratory tested latex UPTD BPSMB Jambi.The parameters observed were: Physical Plant consists of the calculation of the number of branches, leaf dry weight measurement (gcmˉ²), and measurement Trunk circumference (cm). While measuring the quality latex rubber tnaman consists of: Testing the dry rubber content, the determination of levels of Dirt Lteks, the determination of levels of Abu. The researcher also the determination of point coordinates and Altitude, observations Age Start Produce, and pengukuan production and productivity. Data field observations conductedBased on field observations in the average number of branches of the rubber plant lowland and highland 19.45 8.4. The average dry weight of plant leaf heavier rubber plateau is 0.006412 g cm2 compared to the dry weight of the rubber plant leaves lowland is 0.004187 g cm2. . The girth between lowland rubber plant is 65.05 cm larger than the girth of rubber plants plateau 43.97 cm, quality latex rubber plant lowland better than latex rubber plants plateau. Lowland rubber plant at an altitude of 62 m above sea level at point coordinates 103º and 01º N latitude, and rubber plants plateau at an altitude of 806 m above sea level at point coordinates 101º and 02º N latitude. Age plains below its rubber trees start producing clones BPM 24 is 4 years, while the age of the same clone rubber plants in high dtaran start producing 8 years. Rubber latex production plant for low-lying lower than the production of latex rubber plant plateau.Keywords: characteristics, quality, physical and chemical, latex, rubber plants.
PEUBAH LAJU TUMBUH RELATIF DAN PROTEIN BERPERAN PENTING DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merr) Rudi Hartawan
Jurnal Floratek Vol 8, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.183 KB)

Abstract

Variables of seed quality are correlated each others, especially in storage. This fact needs investigation to predict main variables for measuring seed quality at storage. The objectives of this study were to investigate the main variables on growth analysis and seed quality using path analysis in production of extension seed. The field trial was carried out at Sebapo Experimental Station, Jambi and laboratory works were conducted in the Center for Post Harvest Research and Development,  The Ministry of Agriculture and Center for Forest Research and Development, The Ministry of Forestry, Bogor from April until December 2010. The experimental design used was an unformatted design. The research showed that relative growth rate and protein were the main variables to improve soybean seed quality.  
PEMANFAATAN SERASAH KEDELAI SEBAGAI BAHAN KOMPOS Rudi Hartawan; Yulistiati Nengsih; Edy Marwan
Jurnal Vokasi Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Vokasi
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.94 KB) | DOI: 10.30811/vokasi.v1i2.681

Abstract

Hasil sampingan dalam produksi benih kedelai adalah serasah. Pembuatan kompos dari serasah diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Percobaan bertujuan untuk mendapatkan kompos dengan kualitas terbaik pada berbagai lama pengomposan dan dosis starter. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari Januari sampai dengan Maret 2017. Kegiatan lapangan dilaksanakan di Kebun Penelitian Balai Benih Induk Sebapo di Jambi. Bahan yang digunakan adalah serasah batang dan polong dari kegiatan produksi benih. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah starter dan pupuk kandang (kotoran ayam) yang siap pakai. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah split plot dengan tiga ulangan. Rancangan perlakuan adalah lama pengomposan dan dosis starter. Petak utama adalah dosis starter (E, ml 10 kg Serasah-1) yaitu P1 = 150, P2 = 300, dan P3 = 450. Anak petak adalah lama pengomposan (H, hari) yaitu H1 = 30, H2 = 60 dan H3 = 90. Pengomposan dilakukan dengan metode wind row sistem yang dilakukan sebagai berikut: Serasah disusun dan pada bagian atas disusun kotoran ayam. Lapisan ini dibuat berulang. Tinggi tumpukan 0,75 m dan lebar tumpukan 2 m. Tumpakan bahan ditutup dengan plastik. Pengadukan dilakukan secara berkala setiap 15 hari. Lama pengomposan disesuaikan dengan perlakuan. Peubah yang diamati adalah pH, rasio C/N, kandungan nitrogen, posfor, kalium dan kadar air. Hasil percobaan menunjukkan bahwa serasah dari produksi kedelai dapat dijadikan kompos dengan kualitas yang memenuhi Standar SNI pupuk organik No. 19-7030-2004. Kualitas terbaik didapat dari perlakuan 450 mL EM4 per 10 kg serasah dengan lama pengomposan 60 hari.Kata kunci : nir sampah, kompos, serasah kedelai
MENINGKATKAN POLA PANGAN HARAPAN MASYARAKAT DESA BETUNG MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Yulistiati Nengsih; Rudi Hartawan; Ridawati Marpaung
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan Vol 3 No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jss.v3i1.107

Abstract

Pola konsumsi pangan desa-desa di Muaro Jambi terdapat ketimpangan.Pemanfaatan sumber pangan lokal seperti umbi, jagung dan sayuran masih rendah.Pengembangan konsep rumah pangan lestari di Desa Betung perlu dilakukan. Beberapa permasalahan hasil identifikasi awal yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan sumber daya lokal dan sayuran oleh ibu-ibu rumah tangga di Desa Betung adalah: Dasa Wisma dan Kelompok wanita Tani (KWT) tidak akrif, tidak ada pemanfaatan pekarangan, dan nilai pola pangan harapan (PPH) yang rendah. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah masyarakat aktif melaksanakan konsep RPL, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan meningkatkan skor PPH. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan di RT 06 dan RT 07 Desa Betung. Organisasi masyarakat yang menjadi target adalah kelompok Dasa Wisma dan KWT. Pelaksanaan pengabdian pada Bulan Januari sampai Oktober 2018. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa: pengaktifan kembali Dasa Wisma dan KWT, pembuatan Kebun Bibit Desa, Kebun Demplot, Rumah Kompos, dan Rumah Pangan Lestari. Kegiatan pemberdayaan dievaluasi untuk mengetahui dampak ekonomi, nilai PPH, dan persepsi kooperator terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Selama masa pengabdian, masyarakat aktif mengikuti penyuluhan dan diskusi serta kegiatan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi penghematan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 150.000 sampai Rp. 200.000, peningkatan nilai PPH dari 78,5 menjadi 82,09, serta persepsi yang sangat setuju terhadap kegiatan pengabdian yang dilaksanakan.
PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT (Elais guineensis Jacq.) ASAL PEREMAJAAN TUMBANG TOTAL DAN SISIPAN Rudi Hartawan; Edy Marwan; Ali Suharjo
Jurnal Media Pertanian Vol 3, No 2 (2018): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.754 KB) | DOI: 10.33087/jagro.v3i2.67

Abstract

Produktivitas tanaman kelapa sawit terus menurun setelah mencapai usia 25 tahun. Peremajaan merupakan solusi untuk mengembalikan produktivitas tanaman. Beberapa metode peremajaan digunakan oleh petani swadaya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan modal yang tersedia. Metode peremajaan yang umum dilakukan adalah tumbang total dan sisipan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan kelapa sawit asal peremajaan tumbang total dan sisipan. Penelitian ini dilaksanakan di lahan peremajaan tumbang total dan lahan peremajaan sisipan yang berada di Desa Panca Mulya kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit varietas Tenera berumur dua tahun yang di tanaman pada lahan peremajaan tumbang total dan sisipan dengan metode pengambilan sampel systematic sampling dan peubah yang diamati adalah fisik tanaman, pH tanah, intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik peremajaan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman, dan tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada lahan peremajaan tumbang total. Pertumbuhan yang lebih baik pada tanaman kelapa sawit diindikasi dengan semakin besar diameter batang maka lebih baik, semakin rendah tinggi tanaman maka lebih baik, semakin banyak jumlah pelepah maka lebih baik, semakin terang warna daun maka lebih baik, dan semakin tipis ketebalan daun maka lebih baik. Tindakan agronomi yang biasa dilakukan adalah pengendalian gulma dan pemupukan. Tindakan lain seperti pengendalian hama dan penyakit, kastrasi, dan pembuangan bunga dompet jarang dilakukan.
SKARIFIKASI dan KNO3 MEMATAHKAN DORMANSI SERTA MENINGKATKAN VIABILITAS dan VIGOR BENIH AREN (Arenga pinnata Merr.) Rudi Hartawan
Jurnal Media Pertanian Vol 1, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.201 KB) | DOI: 10.33087/jagro.v1i1.10

Abstract

AbtractSugar palm seed naturally have quite a long dormancy, vary from 6-12 months. It couse by strong seed cover and impermeable so that inhibits water imbibitions. The experiment aim to determine the combine of position of scarification and the best KNO3 concentration to support the germination capacity and its speed of sugar palm seed germination. The parameters measurement were take place in Basic laboratory, Batanghari University began on 25 August 2013 up to April 10, 2014. Experiment used factorial complete randomize design. The first factor is the scarification position ie; without scarification (S0), scarification on plumule (S1) and scarification on the back (S2). The second factor is soaking in KNO3 ie; control (K0), 0.5% (K1), 1% (K2) and 1.5% (K3). The parameters observed were the electric conductivity, seed imbibitions, water content, germination capacity, lengh of sprout and dry weight. The experiment result shwed that the significantly interaction among electrical conductivity, imbibitions, water conten and dry weight. Its showed that S1K2 was the best combination. On the others parameters, giving a single effect, which showed plumul scarification was better than both on the back scarification and without scarification. KNO3 was good in 1.5% without scarification. KNO3 requirement would go down to 1% if the seed scarification was applied on plumule or seed back. Germination speed of sugar palm seed had directly proportioned with imbibitions, water content and root length, but its showed inversely proportional to the electrical conductivity. Keywords: Germination, Palma, CPMG AbstrakSecara alami benih aren memiliki masa dormansi yang cukup lama, bervariasi dari 6-12 bulan. Penyebabnya adalah kulit biji yang keras dan impermeabel sehingga menghambat terjadinya imbibisi air. Percobaan yang bertujuan untuk menentukan kombinasi posisi skarifikasi dan konsentrasi KNO3 terbaik untuk mendukung daya dan kecepatan berkecambah benih aren. Kegiatan perkecambahan benih serta pengukuran Parameter dilakukan di Laboratorium Dasar Universitas Batanghari mulai tanggal 25 Agustus 2013 sampai dengan 10 April 2014. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan pola faktorial, faktor pertama adalah perlakuan posisi skarifikasi yaitu; tanpa skarifikasi (S0), skarifikasi pada plumula (S1) dan skarifikasi pada punggung (S2). Faktor kedua adalah perendaman dalam KNO3 yaitu, kontrol (K0), konsentrasi 0,5% (K1), konsentrasi 1% (K2), konsentrasi 1,5% (K3). Parameter yang diamati adalah daya hantar listrik, imbibisi benih, kadar air, daya kecambah, kecepatan berkecambah, panjang akar dan bobot kering kecambah. Hasil percobaan menunjukkan skarifikasi dan KNO3 memberikan interaksi yang nyata pada parameter daya hantar listrik, imbibisi, kadar air, daya kecambah dan bobot kering kecambah, dimana kombinasi S1K2 memberikan nilai terbaik. Pada parameter kecepatan berkecambah dan panjang akar, perlakuan memberikan pengaruh secara tunggal, dimana skarifikasi pada plumul relatif lebih baik daripada skarifikasi pada punggung dan tanpa skarifikasi, dan konsentrasi KNO3 yang baik adalah 1%. Dalam percobaan ini, daya kecambah tertinggi, didapat pada  KNO3 dengan konsentrasi 1,5% bila benih tanpa skarifikasi. Kebutuhan KNO3 akan menurun menjadi 1% bila benih diskarifikasi pada plumul atau punggung benih. Kecepatan berkecambah benih aren berbanding lurus dengan parameter imbibisi, kadar air benih dan panjang akar serta berbanding terbalik dengan daya hantar listrik. Kata kunci: Palma, perkecambahan, dan CPMG
NISBAH KESETARAHAN LAHAN POLIKULTUR PINANG (Areca catechu L.) DENGAN KELAPA DALAM (Cocos nucifera L.) DAN PINANG DENGAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Rudi Hartawan; Fathul Hariadi
Jurnal Media Pertanian Vol 4, No 1 (2019): April
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.232 KB) | DOI: 10.33087/jagro.v4i1.78

Abstract

Polikultur tanaman Kelapa Dalam dan Kelapa Sawit dengan tanaman Pinang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan petani. Penelitian bertujuan untuk membandingkan NKL polikultur Pinang dengan Kelapa Dalam dan Pinang dengan Kelapa Sawit. Pelaksanaan penelitian di Desa Sungai Beras, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan Desember 2018 sampai Maret 2019. Pengumpulan data mengunakan metode survey pada lahan-lahan petani yang ditanami Pinang, Kelapa Dalam, dan Kelapa Sawit monokultur dan polikultur. Lokasi penelitian di pilih secara sengaja karena pada lokasi-lokasi tersebut terdapat budidaya polikultur Pinang dengan Kelapa Dalam dan Pinang dengan Kelapa Sawit. Peubah yang diamati yaitu; fisik tanaman dan umur berbuah, estimasi produksi (kg ha-1), produktivitas (kg ha-1 th-1). Data yang diperoleh di lapangan dilakukan analisis statistika dengan metode deskriptif dalam bentuk tabulasi dan analisis inferensi dengan uji t berpasangan dengan taraf α 0,05%. Dari hasil penghitungan nilai NKL diperoleh nilai polikultur Pinang dengan Kelapa Dalam 1,19 dan polikultur Pinang dengan Kelapa Sawit 1,10. Data ini mengambarkan bahwa polikultur Pinang dengan Kelapa Dalam lebih menguntungkan 9% dibandingkan polikultur Pinang dengan Kelapa Sawit.
KARAKTERISTIK FISIK dan PRODUKSI KELAPA DALAM (Cocos nucifera L) di BERBAGAI EKOLOGI LAHAN Rudi Hartawan; Arif Sarjono
Jurnal Media Pertanian Vol 1, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.386 KB) | DOI: 10.33087/jagro.v1i2.15

Abstract

AbstractThe growing environment plays an important role in the plant's phenotype. The suitability of the environment will bring up the genetic potential mainly on coconut production. The expected output of this research is to know the adaptation level of coconut crops different land ecology. The research was carried out in January to August 2016 at: 1) tidal lands in Lagan Ulu village of Geragai Sub-district of  Tanjung Jabung Timur with altitude 0-10 m above sea level, 2) in the lowland Ramin village Kumpeh Ulu Subdistrict Muaro Jambi regency with a height of 10-100 m above sea level, 3) Moderate land in Wanareja village of Rimbo Ulu Subdistrict Tebo regency with an altitude of 100-500 m above sea level and 4) Highland in Seberang village Sungai Penuh subdistrick Sungai Penuh City, with an altitude 500 m above sea level. Laboratory analysis conducted in July 2016 in  laboratorium dasar University Batanghari. Research conducted by survey methods in community gardens and arranged in environment randomized block design namely tidal areas, lowland, moderate land, and highland. Each altitude of land was three farmers. Porposifly as a block of design. The parameters are the palnt physical, reproduction age, agronomy, action estimation of production potential, soil acidity and daily temperatures. Data of research are analyzed by description method such as tabulated data form and anova test (α=5%) was used of inferential analysis. The result of this research showed that there was a significantly effect of land altitude on production potential and phisical characteristic of coconut trees. The coconut trees showed optimally growth and production in moderate land (100-500m above sea level). Keywords: coconut, cultivation, crop production. AbstrakLingkungan tumbuh berperan penting dalam produksi tanaman Kelapa Dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat adaptasi tanaman Kelapa Dalam pada berbagai ekologi lahan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2016 di: 1) lahan pasang surut di Desa Lagan Ulu, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan ketinggian 0-10 m dpl, 2) dataran rendah di Desa Ramin, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi dengan ketinggian 10-100 m dpl, 3) dataran sedang di Desa Wanareja, Kecamatan Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo dengan ketinggian 100-500 m dpl dan 4) dataran tinggi di Desa Seberang, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, dengan ketinggian >500 m dpl. Analisis laboratorium dilakukan pada bulan Juli 2016 di Laboratorium Dasar Universitas Batanghari. Penelitian dilakukan dengan metode survey di kebun-kebun masyarakat dan disusun dalam rancangan lingkungan acak kelompok dengan rancangan perlakuan ekologi lahan yaitu daerah pasang surut, dataran rendah, dateran sedang dan dataran tinggi. Tiap-tiap ekologi lahan diambil tiga petani sampel secara sengaja yang dijadikan blok dalam rancangan. Peubah yang diamati adalah fisik tanaman, umur berproduksi, tindakan agronomi, estimasi potensi produksi, kemasaman tanah dan suhu harian. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode deskripsi dalam bentuk tabulasi dan inferensi dilakukan dengan uji anova taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukkan Ekologi lahan berpengaruh nyata terhadap potensi produksi dan karakteristik fisik tanaman Kelapa Dalam. Tanaman Kelapa Dalam dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan baik di daerah dataran sedang dengan ketinggian 100-500 m dpl. Kata kunci: Kelapa Dalam, budidaya, produksi tanaman
KARAKTERISTIK FISIK DAN MUTU BUAH KELAPA DALAM (Cocos nucifera L) DI LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN GAMBUT DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Rudi Hartawan; Nasamsir .; Abdul Gafur
Jurnal Media Pertanian Vol 2, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Batanghari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.607 KB) | DOI: 10.33087/jagro.v2i1.25

Abstract

AbstractHigher coconut in productivity when cultivated on peat land compared to ups and downs. This research aims to know the physical characteristics and the quality of the fruit of the coconut in a better land differences i.e. tidal land and peat. This research has been carried out in August until September 2016 in the village of Pulau Pinang subdistrict of Tanjung Jabung Regency Right Betara West to site tidal land and the village of Bram Itam Kingdom subdistrict of Tanjung Jabung Regency Itam Bram West location for peat. Analysis of the data obtained from this research is a descriptive statistical analysis method in the form of inference method using the tabulate and test-t paired. Sampling for both villages is conducted at three locations with a distance of 500 metres north of observation which has been previously determined point coordinates using GPS. Each location taken 5 sample with circumference of observed variables fruit, fruit fiber thickness, the thickness of the shell, the thickness of the meat, the weight of the fruit intact, heavy fruit without husk oil yield, moisture content. Every standard of treatment is repeated 3 times, so there are 15 units of the sample in each village, so the total number of samples of coconuts in the two villages as many as 30 units of coconuts. Results of the study concluded that the physical characteristics and the quality of the fruit of the coconut palm plant In dilahan better than peat moss plant coconut in dilahan ups and downs.Keywords: physical characteristics of coconut in, tidal land, peat. AbstrakProduktivitas Kelapa Dalam lebih tinggi bila dibudidayakan pada lahan gambut dibandingkan lahan pasang surut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dan mutu buah Kelapa Dalam yang lebih baik dengan perbedaan lahan yaitu lahan pasang surut dan lahan gambut. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2016  di Desa Pulau Pinang Kecamatan Betara Kanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk lokasi lahan pasang surut dan Desa Bram Itam Raya Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk lokasi lahan gambut. Analisis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah analisis statistika dengan metode deskriptif dalam bentuk tabulasi dan metode inferensi menggunakan uji-t berpasangan. Pengambilan sampel untuk kedua desa dilakukan pada tiga lokasi dengan jarak pengamatan 500 meter arah utara yang sebelumnya telah ditentukan titik koordinat menggunakan GPS. Setiap lokasi diambil 5 sampel dengan peubah yang diamati lingkar buah, ketebalan sabut buah, ketebalan tempurung, ketebalan daging buah, berat buah utuh, berat buah tanpa sabut,  rendemen minyak, kadar air. Setiap taraf perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 15 unit sampel di setiap desa, jadi jumlah keseluruhan sampel buah kelapa di kedua desa sebanyak 30 unit buah kelapa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa karakteristik fisik dan mutu buah tanaman Kelapa Dalam dilahan gambut lebih baik dibandingkan tanaman Kelapa Dalam dilahan pasang surut.Kata kunci:  karakteristik fisik Kelapa Dalam, lahan pasang surut, lahan gambut.