Lola Utama Sitompul
Jurusan Sejarah, Sosiologi, Dan Perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DEMOKRASI DIGITAL DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PILKADA TAHUN 2020 DI KABUPATEN JEMBRANA) I Gusti Made Arya Suta Witawan; I Wayan Mudana; Lola Utama Sitompul; Irwan Nur; R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
Sosioglobal Vol 6, No 1 (2021): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v6i1.36839

Abstract

Pandemi covid-19 memberikan efek luar biasa bagi kehidupan masyarakat tak terkecuali perhelatan politik pilkada. Sebagaimana yang terjadi pada Pilkada Jembrana tahun 2020, untuk mengatasi tersebut, penggunaan media cetak, media elektronik dan media  sosial dalam kampanye menjadi strategi penting dan utama bagi pasangan calon dalam kondisi Pandemi. Kampanye yang aman karena minimnya tatap muka langsung dengan calon pemilih sehingga tidak ada potensi resiko tertular dan menulari covid 19. Dalam kondisi pandemi yang diikuti dengan menyebarnya budaya revolusi industri 4.0 tentunya penggunaan media sosial akan lebih dikedepankan. Kampanye dengan menggunakan media sosial juga dirasa menghemat pembiayaan dan memiliki efektifitas tinggi serta daya jangkau yang luas. Di Jembrana sendiri angka kasus Covid-19 pada tahun 2020 memang mengalami naik turun. Bahkan beberapa wilayah yang menjadi sasaran kampanye tatap muka beberapa kali mengalami lonjakan kasus. Alhasil banyak masyarakat menyemarakkan pilkada ini dengan berinteraksi di dunia maya. Hasil dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis yakni sosialisasi pilkada dilakukan secara hybrid yakni offline dan online yang akhirnya berdampak pada konflik sosial di ranah digital. Konflik ini menyebabkan masyarakat semakin selektif di dalam menerima informasi dan hanya mengandalkan informasi yang mereka peroleh dari keluarga, klan (dadia) atau sesama warga banjar (dusun). Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa peran civil society (komunitas, stakeholder dan para penggiat media sosial) juga mempengaruhi ketertiban dan keamanan dalam pelaksanaan pemilihan dan juga peningkatan jumlah partisipasi masyarakat dalam memilih. Kata kunci: demokrasi digital, pilkada, pandemi covid-19
SEXIST HATE SPEECH TERHADAP PEREMPUAN DI MEDIA: PERWUJUDAN PATRIARKI DI RUANG PUBLIK Lola Utama Sitompul
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol. 3 No. 3 (2021): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v3i3.45785

Abstract

Salah satu dari sekian banyak fungsi media adalah memberikan kebebasan berekspresi, berpartisipasi dan berbicara kepada semua audiensnya. Namun, seiring dengan meningkatnya partisipasi audiens meningkat pula masalah terkait gender yang muncul dimedia. Ujaran kebencian yang seksis merupakan salah satu bentuk kekerasan berbasis gender yang sering dialami oleh perempuan dalam kehidupan seahri-hari. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui telaah teoritisdalam menjelaskan mengapa ujaran kebencian seksis terhadap perempuan terjadi di masyarakat melalui perspektif gender. Hasil studi menunjukkan bahwa ujaran kebencian yang seksis terhadap perempuan adalah perwujudan budaya patriarki di ruang publik.Kata Kunci: ujaran kebencian, ujaran seksis, patriarki, pratiarki privat, media online 
Technological Adaptation Trends for Sociology Teachers in Online Learning during Covid-19 Pandemic Ni Kadek Marhaeni Desyantari; I Wayan Putra Yasa; I Gusti Made Arya Suta Wirawan; Lola Utama Sitompul; Irwan Nur
Media Komunikasi FPIPS Vol. 22 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/mkfis.v22i1.43591

Abstract

Online learning during the COVID-19 pandemic has forced sociology teachers to adapt to technology as a supporting medium, so that teaching and learning activities can be carried out correctly. The research method used in this research is the descriptive qualitative method. The research data are the results of interviews and observations. Sources of research data are sociology teachers in Singaraja City High School. Data collection techniques using observation and interviews. The data analysis technique is triangulation using (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) concluding. This research indicates that sociology teachers use some aplications to support their online learning activities. However, some of these applications that are most often used include WhatsApp Group, Google Classroom, and Educandy as a game education. The main reasons why they use this application because it was faster, more effective and efficiently. The obstacles experienced by sociology teachers are the lack of ability to adapt to available technology so that sociology teachers only use three supporting application, and students who do not have signals, quotas, and cell phones become obstacles for sociology teachers in delivering material and assignments to the students concerned. And student delays in collecting assignments are obstacles for sociology teachers in providing assessments. The solutions taken are IT mastery training, the use of learning videos, educational games, and students who are constrained by signals and quotas can visit schools.
Definisi Sexual Harassment Berdasarkan Jenis Kelamin di Kalangan Mahasiswa Lola Utama Sitompul; Luh Putu Sendratari; Santana Sembiring; I Gusti Made Arya Suta Wirawan
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.45785

Abstract

Pelecehan seksual memiliki cakupan definisi yang luas. Tindakan pelecehan seksual sangat beragam bentuknya namun secara umum dikategorikan ke dalam bentuk verbal maupun non-verbal (fisik). Seberapa jauh suatu tindakan dianggap sebagai sexual harassment tergantung pada bagaimana seorang individu mendefinisikannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix methods (campuran) eksplanatori sekuensial. Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu mengumpulkan data kuantitatif pada tahap pertama, menganalisis hasilnya, dan kemudian menggunakan hasilnya untuk merencanakan (atau membuat) fase kedua yakni data kualitatif. Responden dan informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Ganesha.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mendefinisikan pelecehan seksual oleh mahasiswa/i dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan relasi yang dimiliki. Faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual yang paling utama adalah adanya keinginan seseorang untuk melakukan tindakan pelecehan seksual yang didasari oleh hawa nafsu yang menyimpang. Bentuk pelecehan yang paling banyak dialami oleh responden dan informan adalah siulan dan dibagikan hal-hal yang berbau pornografi oleh orang lain yang lebih banyak direspon dengan diam oleh para korban. The definition of sexual harassment is broad. Sexual harassment can take many forms, but it is generally classified as verbal or nonverbal (physical). The extent to which an act is perceived as sexual harassment is determined by the individual. A sequential explanatory mix methods approach is used in this study. Data collection is conducted in two stages: collecting quantitative data in the first stage, analyzing the results, and then using the results to plan (or create) the qualitative data in the second stage. The respondents and informants in this study were Sociology Education students of Universitas Pendidikan Ganesha. The findings demonstrated that the students' definitions of sexual harassment are influenced by the level of comfort in their relationship. The desire to commit acts of sexual harassment based on deviant passions is the most important factor causing sexual harassment. The most common form of harassment experienced by respondents and informants is whistling and sharing pornographic things by others, to which more victims respond silently.