Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

MANUSKRIP “LONTAR” SEBAGAI SUMBER PENULISAN SEJARAH LOKAL ALTERNATIF DI BALI Yasa, I Wayan Putra
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um0330v3i1p63-76

Abstract

TThis research is based on the scarcity of local history writing sources and the exclusion of the lontar manuscripts from history writing, especially in Bali. The purpose of this study was to elaborate the source of lontar in Bali, the process of writing history with lontar, and the value contained in the source of lontar manuscripts. The method used is a historical research method consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that in Bali there is a Gedong Kirtya Museum manuscript storage center, with a collection of lontar totaling 1,750 titles, Dutch archives 8,490 pieces, and lontar translations 5,381 titles. Lontar translations are grouped again into seven, namely the Vedas, Religion, Wariga, Itihasa, Babad, Tantri, and Overlays (Weda, Agama, Wariga, Itihasa, Babad, Tantri, and Lelampahan). Writing lontar-based history begins with a heuristic consisting of identifying the lontar, reading the contents /translating the lontar, the two criticisms then the process of interpretation and finally historiography. The values contained in the lontar manuscripts are scientific, educational, ethical, cultural, political, nationalism values.
NILAI KARAKTER DALAM TRADISI ARI-ARI MEGANTUNG DI DESA BAYUNG GEDE, KINTAMANI, BANGLI, BALI Yasa, I Wayan Putra
Candra Sangkala Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jcs.v1i2.28766

Abstract

Masyarakat desa Bayung Gede yang ada di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali merupakan salah satu masyarakat desa Bali Aga yang memiliki tradisi daur hidup yang sangat unik yaitu Tradisi Ari-Ari Megantung. Tradisi Ari-ari Megantung dilaksanakan ketika ada bayi yang baru lahir kemudian ari-ari pembungkus bayi itu di taruh di dalam kuburan dengan cara digantung dalam sebuah batok kelapa. Tradisi ini sudah ada di desa Bayung Gede sejak keberadaan desa ini dan terus dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini.Tradisi ini memiliki nilai-nilai positif yang mempengaruhi kepribadian atau karakter penduduk di desa Bayung Gede sehingga mereka begitu menghargai kebudayaan dan adat yang dimilikinya. Kata kunci: nilai, karakter, tradisi ari-ari megantung
POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA MAHASISWA AFIRMASI PAPUA DI LINGKUNGAN KAMPUS (STUDI KASUS MAHASISWA AFIRMASI PAPUA DI UNIVERSITAS PENDIDIDKAN GANESHA) Jamlean, Gregorius A.S; Wirawan, I Gusti Made Arya Suta; Putra Yasa, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 3, No 2 (2021): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v3i2.39078

Abstract

Tujuan utama penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pola adaptasi yang di lakukakan mahasiswa Papua di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, (2) untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang di alami oleh mahasiswa Papua di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, (3) untuk mengetahui peran kampus memberi pendidikan agar mereka merasa nyaman di lingkungan   Universitas Pendidikan Ganesha. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yakni pendekatan deskriptif – kualitatif melalui tahap observasi, pengumpulan data, wawancara, dan di lengkapi dengan dokumentasi serta catatan lapangan. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling dan dikembangkan dengan snowball sampling. Analisis datanya menggunakan model miles huberman meliputi: pengumpulan data, reduksi data, pengumpulan data, penarikan kesimpulan/verivikasi. Hasil penelitian ini yakni : (1) pola adaptasi yang di lakukan mahasiswa yakni, mengikuti berbagai organisasi, aktif dalam kegiatan belajar, memperkenalkan budaya, dan aktif dalam kegiatan keagamaan, (2) hambatan yang dirasakan yakni, minimnya pengetahuan pada jurusan yang ditempuh, penggunaan bahasa, keterlambatan pencairan beasiswa, interaksi dengan mahasiswa dan masyarakat, (3) peran kampus dalam memberikan pendidikan dengan menyediakan fasilitas kampus berupa perpustakaan, wifi, asrama, auditorium, UPT TIK, GOR, kepastian keamanan, kesehatan, dan pendidikan.
FENOMENA BERPAKAIAN ADAT BALI KEKINIAN DI KALANGAN SISWA SMAN 1 SAWAN DAN PONTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SMA DI KELAS X Tuti Ayu, Ketut; Wirawan, I Gusti Made Arya Suta; Putra Yasa, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v3i1.34220

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengapa siswa SMAN 1 Sawan menggunakan pakaian adat Bali kekinian pada hari wajib pakaian adat di sekolah. 2) Bagaimanakah kontrol sosial terdapat penggunaan pakaian adat Bali kekinian pada siswa SMAN 1 Sawan. dan 3) Aspek-aspek apa saja yang terdapat pada fenomena berpakaian adat Bali kekinian di kalangan siswa SMAN 1 Sawan yang berpontensi sebagai sumber belajar sosiologi SMA kelas X. Fenomena pakaian adat Bali ke pura ini di bahas dalam paruman sulinggih yang diadakan pada tahun 1976 ditetapkan bahwa pakaian adat Bali ke pura bagi pria yaitu baju, kampuh, kain panjang, sabuk, alas kaki. Sedangkan bagi wanita yaitu baju/kebaya, kain panjang, sesenteng, sabuk dan alas kaki. Fenomena ini terjadi di semua kalangan siswa dan salah satunya di SMAN 1 Sawan yang merupakan tempat yang tepat untuk dijadikan sebuah penelitian dan juga sebagian besar siswa menggunakan pakaian adat Bali kekinian.Kata kunci: pakaian adat kekinian, penyimpangan sosial, kontrol sosial dan sumber belajar
INTERAKSI DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM TRADISI AMBUR SALIM PADA MASYARAKAT KELURAHAN LOLOAN TIMUR, JEMBRANA DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SOSIOLOGI DI SMA Rizaldy, Muhammad Daffy; Wirawan, I Gusti Made Arya Suta; Putra Yasa, I Wayan
Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Pendidikan Sosiologi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpsu.v3i1.34221

Abstract

Tujuan utama penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses interaksi sosial dalam pelaksanaan tradisi ambur salim pada masyarakat Kelurahan Loloan Timur, Jembrana, (2) mendeskripsikan bentuk solidaritas sosial yang terbangun dalam tradisi ambur salim pada masyarakat Kelurahan Loloan Timur, Jembrana, (3) mendeskripsikan aspek-aspek yang terdapat pada tradisi ambur salim yang berpotensi menjadi sumber belajar sosiologi di SMA. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tahap-tahap pengumpulan data diantaranya (1) purposive sampling, (2) observasi non-partisipatif, (3) in-depth interviewing, (4) studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan (1) interaksi sosial dalam perhelatan ambur salim menciptakan proses interaksi asosiatif dan disosiatif, (2) dalam perhelatan ambur salim membentuk solidaritas mekanik dan gambaran gemeinschaft, (3) ambur salim mengandung aspek sosiologis dan pedagogis yakni wahana mempelajari suatu tradisi, alat atau media dalam melihat proses kerjasama (co-operation), alat atau media dalam meningkatkan solidaritas, mengandung nilai-nilai karakter yang sejalan dengan Kurikulum 2013 dan berpotensi menjadi sub materi pada mata pelajaran sosiologi di jenjang SMA.Kata kunci: Ambur Salim, Interaksi Sosial, Solidaritas Sosial, Sumber Belajar, Nilai-Nilai Karakter
KEHIDUPAN MASYARAKAT KRISTEN KATOLIK DI DESA EKASARI DUSUN PALASARI, MELAYA, JEMBRANA-BALI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA KELAS XI Aryantika, I Kadek Adi; Arta, Ketut Sedana; Yasa, I Wayan Putra
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i1.30907

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana sejarah keberadaan masyarakat Kristen Katolik di Dusun Palasari. (2) Bagaimana praktik kehidupan masyarakat Kristen Katolik di Dusun Palasari. (3) Apa aspek-aspek kehidupan masyarakat Kristen Katolik di Dusun Palasari sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas XI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang meliputi: (1) Lokasi penelitian, (2) Teknik penentuan informan, (3) Teknik pengumpulan data, (4) Teknik penjaminan keaslian data, (5) Teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebaran agama Kristen Katolik terjadi di Tuka, yang membuat banyak masyarakat Tuka beralih agama ke Kristen Katolik hinggal menyebabkan konflik dan membuat masyarakat yang beragama Kristen Katolik bertransmigrasi ke Palasari, dalam perkembangan umat Katolik di Palasari sangat pesat sehinggal tanah awal yang diberikan menjadi sempit karena banyak pendatang yang datang ke Palasari sehingga P. Simon Buis meminta tanah dan diberikan tanah di Palasari Baru. Dalam perkembangan umat di Palasari baru semua kehidupan ditata terutama pembangunan gereja, dan dalam kehidupan masyarakat Kristen Katolik di Palasari masih mempergunakan identitas Bali dan konsep asli Bali di Palasari, yang membuat kehidupan masyarakat Kristen Katolik Palasri dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah karena sesui dengan silabus sejarah Indonesia, terdapat beberapa aspek-aspek yang dapat digunakan sebagai sumber belajar antara lain, aspek sejarah, aspek peninggalan, dan aspek pendidika karakter Kata kunci: Palasari, kehidupan masyarakat Kristen Katolik, sumber belajar sejarah, migrasi, identitas Bali, konsep Bali, dan pendidika karakter. ABSTRACT This study aims to determine: (1) How is the history of the existence of the Catholic Christian community in Palasari Village. (2) How is the practice of the life of the Catholic Christian community in Palasari Hamlet. (3) What are the aspects of the life of the Catholic Christian community in Palasari Hamlet as a source of learning history in class XI SMA. The method used in this research is descriptive qualitative which includes: (1) research location, (2) informant determination techniques, (3) data collection techniques, (4) data authenticity assurance techniques, (5) data analysis techniques. The results of this study indicate that the spread of Catholic Christianity occurred in Tuka, which made many Tuka people convert to Catholic Christianity to cause conflict and make Catholic Christians transmigrate to Palasari, in the development of Catholics in Palasari very rapidly so that the initial land was given. became narrow because many immigrants came to Palasari so P. Simon Buis asked for land and was given land in Palasari Baru. In the development of the people in Palasari, only life has been arranged, especially the construction of the church, and in the life of the Catholic Christian community in Palasari they still use Balinese identity and the original Balinese concept in Palasari, which makes the life of the Palasri Catholic Christian community a source of historical learning because it is in accordance with the historical syllabus Indonesia, there are several aspects that can be used as a source of learning, including historical aspects, heritage aspects, and character education aspects. Keywords: Palasari, Catholic Christian community life, historical learning resources, migration, Balinese identity, Balinese concept, and character education.
The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century Arta, Ketut Sedana; Yasa, I Wayan Putra; Pageh, I Made
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 2 (2021): History of Asia and Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i2.29742

Abstract

This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyana. Organisasi Surya Kanta yang didirikan oleh para jaba melakukan gerakan sosial dengan menuntut kesetaraan dalam masyarakat, menghilangkan ajawera, menyesuaikan adat dengan perkembangan zaman, menghilangkan asupundung dan alangkahi karanghulu, dan mengembalikan sistem kasta pada prinsip-prinsip agama.
SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI TAMAN AIR TIRTA GANGGA DI DESA ABABI, ABANG, KARANGASEM SERTA POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Paramita, Ni Wayan Ratih; Purnawati, Desak Made Oka; Yasa, I Wayan Putra
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i3.34622

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejarah Taman Air Tirta Gangga di Desa Ababi, Kabupaten Karangasem, Bali (2) Mengetahui struktur dan fungsi Taman Air Tirta Gangga (3) Mengetahui potensi Taman Air Tirta Gangga sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah meliputi: (1) Heuristik (Pengumpulan Data) (2) Kritik Sumber (3) Interpretasi (4) Historiografi (Penulisan Sejarah). Hasil penelitian menunjukan bahwa; Tirta Gangga adalah peninggalan kerajaan Karangasem yang terletak di bagian timur Pulau Bali. Tirta Gangga secara harfiah berarti air dari Sungai Gangga yang merupakan penghormatan kepada masyarakat Hindu Bali. Struktur di Taman Air Tirta Gangga terdiri dari dua halaman, yakni nista mandala (jaba sisi), utama mandala (jeroan). Fungsi Taman Air Tirta Gangga secara umum dapat dibagi empat yakni, (1) Fungsi Religi, (2) Fungsi Rekreasi, (3) Fungsi Sosial, (4) Fungsi Pendidikan. Potensi yang dimiliki di Taman Air Tirta Gangga sebagai sumber belajar sejarah di SMA yakni : (1) Aspek Spritual, (2) Aspek Sosial, (3) Aspek Pengetahuan, (4) Aspek Historis.
MAKNA BELIS DALAM PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT GUMBANG DESA RIUNG KECAMATAN CIBAL, MANGGARAI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Kardila, Maria Marisa; Arta, Ketut Sedana; Yasa, I Wayan Putra
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v9i3.34605

Abstract

         Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk belis, fungsi belis, makna belis, dan potensi belis di kampung Gumbang sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap (1) memilih lokasi penelitian di kampung Gumbang Desa riung, (2) teknik penetuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan juga Snow Ball, (3) teknik penjaminan keaslian data menggunakan Triagulasi Data dan Triagulasi Metode, (4) teknik pengumpulan dat dilakukan dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan teknik analisis data. Hasil penelitian ini adala menunjukan bagaimana, (1) bentuk belis, terdiri dari 5 bentuk yaitu: kuda, kerbau, kambing, babi, dan uang. (2) fungsi belis, terdiri dari 4 fungsi yaitu: fungsi religious, fungsi sosial, fungsi ekonomi, dan fungsi pendidikan.  (3) makna belis. Makna belis di kampung Gumbang ini sebagai tanda kehormataan laki-laki terhadapa perempuan dan orang tua perempuan maupung dengan keluarga besarnya.  Adapun potensi dari tradisi belis berdasarkan hasil analisi kurikulum dan silabus ialah nilai religius, nilai peduli sosial, nilai tanggung jawab, nilai toleransi, nilai pesahabatan, nilai jujur, dan nilai kerja keras, yang selanjutnya akan disusun ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMA.
Tri Hita Karana untuk Pencegahan COVID-19 di Bali I Wayan Putra Yasa
SOCIUS Vol 7 No 1 (2020): Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education, Universitas Negeri Pa
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/scs.v7i1.176

Abstract

Kajian ini dilatar belakangi oleh adanya kebijakan pemerintah Provinsi Bali yang melibatkan Lembaga Desa adat di Bali sebagai tim penanganan COVID-19. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman penanganan COVID-19 berlandaskan Tri Hita Karana oleh desa adat di Bali. Untuk mengkaji permasalahan penelitian maka dilakukan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan desa adat sebagai tim satgas penanganan COVID-19 diawali dengan pertemuan antara pemerintah Provinsi Bali dengan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali dengan keluar surat keputusan nomor 472/ 1571/PPDA/DPMA dan Nomor 05/SK/MDA-ProvBali/III/2020 tertanggal 28 Maret 2020. Bentuk implementasi dari kebijakan itu dilaksanakan berdasarkan konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari parhyangan dengan melakukan ritual agama seperti membatasi kegiatan adat dan pendekatan religius. Pawongan dengan melakukan pengawasan keluar masuknya masyarakat dan pembagian masker melalui pecalang (polisi adat), dan palemahan melakukan penyediaan tempat cuci tangan dan penyemprotan disinfektan di lingkungan desa adat.