Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Caregiver Coping Mechanisms on the Ability to Care for Individual with Schizophrenia (IWS) Dwi Heppy Rochmawati; Betie Febriana; Hetty Catur Ellyawati
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 4 No 4 (2022): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.177 KB) | DOI: 10.37287/ijghr.v4i4.1317

Abstract

The health condition of individual with schizophrenia (IWS) needs special attention because it shows a high number and has a bad impact on IWS and caregivers and families. Meanwhile, the handling of IWS takes a long time and causes the caregiver's self-defense to weaken and decrease. Purpose to determine the relationship between coping mechanisms and the caregiver's ability to treat IWS. Method using a non-experimental quantitative research design with a cross sectional method. Sampling was done by total sampling with a total sample of 53 caregivers. Data was collected using a questionnaire on coping mechanisms and cognitive and psychomotor abilities and then analyzed by univariate and bivariate. Univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using chi-square test. Mean age 41-60 years 69.8%; female 94.3%; high school education below 92.4%; caregiver working as a laborer 66%, relationship with IWS as a parent 66% and length of care >10 years 41.5%. As many as 64.2% of caregivers have adaptive coping mechanisms, caregivers know how to treat IWS 75.5% and are able to care for 54.5% quite well. Data analysis using chi-square test showed that there was a relationship between coping mechanisms and cognitive abilities (p-value 0.019), there was a relationship between coping mechanisms and psychomotor abilities (p-value 0.001). There is a relationship between caregiver coping mechanisms and the ability to care for IWS, caregivers need to get help to improve psychomotor abilities in providing care for IWS
Pendampingan Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) dalam Penatalaksanaan Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di Brebes Dwi Heppy Rochmawati; Betie Febriana; Hetty Catur Ellyawati
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 3 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: September 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v4i3.491

Abstract

Masalah kesehatan jiwa ditemukan akibat tingkat kesejahteraan dan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh penduduk. Kondisi gangguan jiwa merupakan kondisi yang sangat serius karena mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, menimbulkan beban sosial ekonomi yang tinggi, mengakibatkan kemiskinan, kehilangan produktifitas, dan disintegrasi keluarga. Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku, atau psikologis seseorang yang secara klinik bermakna, dan secara khusus berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability) atau secara bermakna meningkatnya risiko merasa sangat menderita, merasa sakit, kecacatan, atau kehilangan arti penting dari kebebasan. Disfungsi yang terjadi dapat berupa disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, biologik dan gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan KKJ dalam penanganan masalah kesehatan jiwa melalui pendampingan berbasis masyarakat. Pentingnya melibatkan masyarakat karena pasien gangguan jiwa hidup di tengah masyarakat dan merupakan bagian dari masyarakat. Lingkungan masyarakat ikut berperan dalam mewujudkan kestabilan dan kesembuhan pasien gangguan jiwa. Menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi, diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan KKJ dalam penanganan gangguan jiwa. Kegiatan yang dilakukan dengan membentuk KKJ, memberikan pelatihan dan pendampingan praktik pelaksanaan deteksi pada KKJ. Terdeteksinya kondisi kesehatan jiwa masyarakat dengan teridentifikasinya 40 orang pasien gangguan jiwa. Adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan KKJ setelah dilakukan pendampingan sebagai upaya penatalaksanaan kesehatan jiwa di Puskesmas S dengan rata-rata hasil pretest 40 dan hasil posttest 85. Diharapkan KKJ mampu melakukan penatalaksanaan awal masalah kesehatan jiwa setelah pendampingan agar tidak menjadi kasus gangguan jiwa.
Peningkatan Ketahanan Mental Remaja Melalui Peer Group Counseling Dalam Wadah Duta Remaja Sehat Jiwa Betie Febriana; Dwi Heppy Rochmawati
SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i Vol 10, No 3 (2023)
Publisher : Faculty of Sharia and Law UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sjsbs.v10i3.32151

Abstract

Adolescence is a stage of development that is very vulnerable to shocks. This shock can affect the mental resilience of adolescents. Very few students take advantage of the existence of BK to consult the conflicts they experience. Teenagers tend to prefer telling stories to their peers. So the peer counselor program is expected to be one of the programs that can be implemented to maximize mental health services in schools. In the community service program this time the team used the health promotion method with a peer approach to make a positive impact. as many as 15 students took part in this program in a forum for youth ambassadors who would become a place to vent for their friends. The material provided is mental health, spiritual values, deep breathing relaxation techniques and role play as a peer counselor. The results of the comparison are shown from the pre and post values, that is, before being given knowledge about peer counselors, adolescents were in the low category of 8 people, medium 6 people and 1 high person. Meanwhile, after being given education about peer counselors, the knowledge of adolescents increased to 8 people in the medium category, 7 people in the high category and none in the low category. The hope is that the counselor can become a bridge from professionals in dealing with the problems of their peers.Keyword: Teenager; Mental;  Peergroupcounseling; youthambassador; soul AbstrakRemaja adalah suatu tahap perkembangan yang sangat rentan mengalami goncangan. Goncangan ini dapat memengaruhi ketahanan mental remaja. Sedikit sekali siswa yang memanfaatkan keberadaan BK untuk mengkonsultasikan konflik yang mereka alami. Remaja cenderung lebih memilih bercerita terhadap dengan teman sebayanya. Maka program konselor sebaya diharapkan menjadi salah satu program yang dapat dilakukan guna memaksimalkan layanan kesehatan mental di sekolah. Pada program pengabdian masyarakat kali ini tim menggunakan metode dengan cara promosi Kesehatan dengan pendekatan melalui teman sebaya untuk memberikan pengaruh positif. sebanyak 15 siswa mengikuti program ini dalam wadah duta remaja yang akan menjadi tempat curhat untuk temannya. Materi yang diberikan adalah kesehatan mental, nilai spiritual, tekhnik relaksasi napas dalam serta role play sebagai peer conselor. Hasil dari kegiatan ini diperoleh dari pre-post test yang menunjukkan data bahwa peserta mendapatkan nilai yang meningkat dari sebelum diberikan pengetahuan tentang konselor sebaya. Hasil perbandingan ditunjukkan dari nilai pre dan post yaitu sebelum diberi pengetahuan tentang konselor sebaya remaja berada dikategori rendah sebanyak 8 orang, sedang 6 orang dan tinggi 1 orang, sedangkan setelah diberikan Pendidikan tentang konselor sebaya pengetahuan remaja meningkat menjadi 8 orang dikategori sedang, 7 orang dikategori tinggi dan kategori rendah tidak ada. Harapannya, konselor dapat menjadi jembatan dari tenaga professional dalam menangani masalah teman sebayanya.Kata Kunci: Remaja; Mental; Peergroupcounseling; Duta Remaja; Jiwa