Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Waqf fundraising strategy for islamic boarding’s independence Mohammad Noviani Ardi; Dina Yustisi Yurista; Suci Ramadhan
Ijtihad : Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Vol 20, No 1 (2020)
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/ijtihad.v20i1.1-22

Abstract

The purpose of this paper is to find out the fundraising of waqf fund strategy conducted by Tazakka, Modern Boarding School, also to know how effective the implementation of these strategies in realizing the independence of this boarding school. This research uses quantitative research with descriptive approach that relies on primary data sourced from interviews. This paper interpreted the management of waqf funds in Tazakka Boarding School which consist the procedures of waqf association and effectiveness of waqf fund management to realize the independence of boarding school. Moreover, these findings reveal that the effective mechanisms involved in raising waqf funds, in turn, lead to the enhancement of the roles and functions of waqf institutions to build modern educational institutions today.
PERAN ABDULLAH BIN NUH DALAM PENYEBARAN FAHAM SYIAH DI INDONESIA: STUDI ANALISIS KRITIS Mohammad Noviani Ardi; Ahmad Thobroni; Alifia Hilma Widyaswari
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 1 (2021): Vol. 8, No. 1, April 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i1.8823

Abstract

Abdullah bin Nuh salah seorang ulama besar yang lahir di era penjajadan sampai kemerdekaan Indonesia. Dia sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengatahuan baik dan ideologi yang lahir. Kemahiran dalam berbahasa Arab dan Inggris membuat seorang Abdullah bin Nuh banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh di luar negeri dan membaca perkembangan pemikiran di dunia langsung dari sumbernya. Salah satu yang menjadi perhatian Abdullah bin Nuh adalah perbedaan pandangan di ummat Islam yang menyebabakan perpecahan persaudaraan. Untuk mengurangi rasa perpecahan di tubuh umat Islam, Abdullah bin Nuh banyak menerbitkan karya dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yang memberikan pandangan terkait dengan moderasi dalam Islam. Lebih dari itu, demi membangun dan mempersatukan kembali umat Islam, Abdullah bin Nuh tidak pernah ragu untuk berkomunikasi dan berbagi ilmu pengetahuan dengan sesama umat Islam Syiah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa tuduhan kepada Abdullah bin Nuh bahwa dia adalah salah satu pendukung dan bermadzhab syiah. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptis kritis pada jenis tuduhan kepada Abdullah bin Nuh dan buku-buku karya Abdullah bin Nuh. Hasil penelitian menerangkan bahwa Abdullah bin Nuh berakidah Ahlussunnah wa Jama’ah dengan tetap mengedapankan prinsip moderasi sebagai pondasi utama mempersatukan perbedaan pandangan. Banyak karya Abdullah bin Nuh yang mengajak kepada persatuan umat untuk menghadapi perkembangan ideologi barat yang lebih memecah belah kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. 
PERAN ABDULLAH BIN NUH DALAM PENYEBARAN FAHAM SYIAH DI INDONESIA: STUDI ANALISIS KRITIS Mohammad Noviani Ardi; Ahmad Thobroni; Alifia Hilma Widyaswari
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial Vol 8, No 1 (2021): Vol. 8, No. 1, April 2021
Publisher : Kopertais Wilayah X Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wa.v8i1.8823

Abstract

Abdullah bin Nuh salah seorang ulama besar yang lahir di era penjajadan sampai kemerdekaan Indonesia. Dia sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pengatahuan baik dan ideologi yang lahir. Kemahiran dalam berbahasa Arab dan Inggris membuat seorang Abdullah bin Nuh banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh di luar negeri dan membaca perkembangan pemikiran di dunia langsung dari sumbernya. Salah satu yang menjadi perhatian Abdullah bin Nuh adalah perbedaan pandangan di ummat Islam yang menyebabakan perpecahan persaudaraan. Untuk mengurangi rasa perpecahan di tubuh umat Islam, Abdullah bin Nuh banyak menerbitkan karya dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yang memberikan pandangan terkait dengan moderasi dalam Islam. Lebih dari itu, demi membangun dan mempersatukan kembali umat Islam, Abdullah bin Nuh tidak pernah ragu untuk berkomunikasi dan berbagi ilmu pengetahuan dengan sesama umat Islam Syiah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa tuduhan kepada Abdullah bin Nuh bahwa dia adalah salah satu pendukung dan bermadzhab syiah. Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptis kritis pada jenis tuduhan kepada Abdullah bin Nuh dan buku-buku karya Abdullah bin Nuh. Hasil penelitian menerangkan bahwa Abdullah bin Nuh berakidah Ahlussunnah wa Jama’ah dengan tetap mengedapankan prinsip moderasi sebagai pondasi utama mempersatukan perbedaan pandangan. Banyak karya Abdullah bin Nuh yang mengajak kepada persatuan umat untuk menghadapi perkembangan ideologi barat yang lebih memecah belah kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. 
USIA DEWASA DALAM MENIKAH: STUDI KRITIS DALAM ILMU PSIKOLOGIS DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Yukhanid Abadiyah; Mohammad Noviani Ardi; Tali Tulab
Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Vol 8, No 02 (2020): Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30868/am.v8i02.793

Abstract

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 ayat 1 menentukan batas usia untuk setiap orang yang akan melaksanakan perkawinan yaitu dengan usia 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Namun dalam usia tersebut hanya melihat dalam kesiapan fisik tanpa melihat kesiapan psikisnya. Usia tersebut menurut pembahasan belum dapat untuk membangun rumah tangga karena perkawinan memerlukan kesiapan usia yang matang dalam psikologi. Maka artikel ini bertujuan untuk mengetahui usia yang ideal untuk perkawinan dalam KHI berdasarkan perspektif psikologi yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang usia ideal perkawinan menurut psikologi, dan mengetahui relevansi batas usia nikah yang diterapkan saat ini  dalam Undang-Undang Nomer 16 Tahun 2019 tentang perkawinan yang meningkatan batas usia nikah. Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan wawancara terhadap dosen psikologi. Hasil pembahasan artikel ini dapat disimpulkan bahwa usia yang ditetapkan dalam KHI masih tergolong dalam kategori remaja yang masih jauh dari kata matang, kondisi jiwanya masih labil dan belum dapat dipertanggung jawabkan sebagai suami isri maupun sebagai orang tua. Dimana dalam segi kognitifnya sering bersikap idealis sehingga mudah membuat keputusan sendiri tanpa berfikir panjang, dalam segi emosi tidak dapat mengelola dengan efektif, dan dalam segi sosial dan ekonomi masih dalam pencarian jati diri dan belum pandai mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Determinants of Family Resilience in Female-Headed Families on the North Coast of Java Mohammad Noviani Ardi; Tali Tulab; Dina Yustisi Yurista; Aliyatus Sariroh
Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/jis.v20i2.1860

Abstract

This study analyzes the relationship between religiosity, education, and social support to family resilience in women-headed households. Family resilience is an exciting issue discussed today, seeing the fragility of the couple's understanding based on the family itself. It is essential because it protects from life problems and difficulties arising from the internal or external family, including groups, environments, communities, and countries. The results of this study contribute to efforts to increase family resilience, especially in women-headed homes, because family resilience is the main foundation in realizing community resilience as one of the efforts to boost national development. The power of national development is sourced to families as small groups in society. Thus, an in-depth study of the factors that affect family resilience to create a prosperous family, resistance, and continuity of national development is needed. The research method uses a quantitative approach and collects data using surveys of 15-20 women-headed households in Sayung, Demak. Data analysis is carried out with Validity Test, Reliability Test, and Regression Analysis using SPSS software. This study showed that education positively and significantly affects family resilience. In contrast, religiosity and social support have a positive and insignificant impact. The government can be used as a reference in decision-making to help economic resilience in women-headed households by making programs to increase family resilience in economics.