Inke Malahayati
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perbandingan Efektifitas Mobilisasi Dini dan Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Postpartum Normal di Bidan Praktek Mandiri (BPM) Kota PematangSiantar Inke Malahayati; Ribka Nova Sartika Sembiring
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 11, No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf11107

Abstract

Failure of the uterus to contract after childbearing is one in all the causes of maternal death. Numerous makes an attempts were created to enhanced the power of the uterus to contract. The aim of the study was to compare the effectiveness of postpartum exercise with early mobilization of uterine involution in normal postpartum. This type of research was a quasi-experimental design with a pretest and posttest design group. This research was implemented in midwives practicing independently. The population of this study was all normal postpartum. The sample of the study was 34 normal postpartum, aged 20-35 years, 2-4 parity, baby born healthy, postpartum haemoglobin ≥ 10.5 gr%, exclusively breastfeeding. Early mobilization was carried out after two hours postpartum and postpartum exercise was carried out for six days. Measurement of the postpartum fundal height was performed on days 1st, 3rd and 7th using a caliper pelvimeter. Consecutive sampling was used in this study. The difference between the two groups was analyzed by unpaired t-test and Mann Whitney U-test. There was a difference in the height of the uterine fundus on the third and seventh postpartum days between the two groups. Postpartum exercise was more effective than early mobilization in accelerating uterine involution. Therefore, it is expected that midwives can facilitate mothers to do postpartum exercise from the first day of postpartum. Keywords: postpartum exercise; early mobilization; postpartum; involution; uterus ABSTRAK Salah satu proses penting pada masa nifas adalah pemulihan organ reproduksi yang ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri dan derajat kontraksi uterus. Secara bertahap, uterus yang berkontraksi dengan baik akan berkurang ukurannya sampai tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis. Diantara faktor yang berperan dalam kontraksi uterus adalah mobilisasi dini dan senam nifas. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan efektifitas mobilisasi dini dan senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu postpartum normal. Jenis penelitian adalah desain kuasi eksperimental dengan kelompok pre dan posttest. Responden penelitian adalah 34 orang ibu postpartum, usia 20-35 tahun di Bidan Praktek Mandiri Kota Pematangsiantar, Juni-September 2016. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Dilakukan senam nifas pada kelompok intervensi dan mobilisasi dini pada kelompok kontrol. Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan sebelum dan setelah perlakuan pada hari ke-1, -3 dan -7. Analisa data menggunakan uji t-tak berpasanagn dan Mann Whitney menggunakan SPSS versi 20.0. Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri hari ke-3 dan ke-7 antara senam nifas dan mobilisasi dini. Senam nifas lebih efektif menurunkan tinggi fundus uteri dibandingkan mobilisasi dini. Bidan diharapkan dapat memfasilitasi ibu melakukan senam nifas sejak hari pertama postpartum. Kata kunci: senam nifas; mobilisasi dini; postpartum; involusi; uterus
Anemia Sedang pada Kehamilan Trimester III Inke Malahayati; Elly Indriyani br. Purba
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 10, No 1 (2019): Januari 2019
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf10113

Abstract

Iron deficiency anemia is a major cause of anemia in pregnant women in Indonesia with a high prevalence that is still a public health problem. The results of the Riskesdas (Basic health Research) 2018 state that anemia occurs in 48.9% of pregnant women in Indonesia. This condition is higher than the results of the Riskesdas 2013, which was 37.1%. The purpose of this study was to provide midwifery care to Mrs.D with moderate anemia in the RM’s independent midwife practice in Pematangsiantar. Case study was used in this study design. Study performed in Mrs. D 23 years old G1P2A0 with moderate anemia in January-March 2018. Data collection through history, general and special physical examinations, and hemoglobin examination using the Easy Touch digital brand. Midwifery care was given through 3 visits. Fe tablets, nutrition education and other midwifery care given as needed. An initial examination found 8.4 gr Hb% and after intervention obtained Hb 11.2 gram%. During midwifery care, there were no complications in the mother and baby. Effective midwifery care can increase hemoglobin levels. It needs education on prospective pregnant women to place a pregnancy of at least 2 years and early detection of anemia to prevent complications in pregnant women and fetuses. Keywords: moderate anemia; pregnant women; third trimester ABSTRAK Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama terjadinya anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil Riskesdas 2018 menyatakan bahwa anemia terjadi pada 48,9% ibu hamil di Indonesia. Angka ini lebih tinggi dari hasil Risekesdas 2013 yaitu 37,1%. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan pada Ny.D dengan anemia sedang di BPM RM Kota Pematangsiantar. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus pada Ny. D 23 tahun G1P2A0 dengan anemia sedang. Penelitian ini dilaksanakan di BPM R. Manurung pada bulan Januari – Maret 2018. Pengumpulan data melalui anamnesa, pemeriksaan fisik umum dan khusus, dan pemeriksaan hemoglobin dengan cara digital merek Easy Touch. Asuhan kebidanan diberikan melalui 3 kali kunjungan. Diberikan tablet Fe, edukasi nutrisi dan asuhan kebidanan lain sesuai kebutuhan. Pemeriksaan awal ditemukan Hb 8,4 gram% dan setelah intervensi diperoleh Hb 11,2 gram%. Selama asuhan kebidanan tidak ditemukan komplikasi pada ibu dan bayi. Asuhan kebidanan yang efektif mampu meningkatkan kadar hemoglobin. Perlu edukasi pada calon ibu hamil agar menjarangkan kehamilan minimal 2 tahun dan deteksi dini anemia untuk mencegah komplikasi pada ibu hamil dan janin. Kata kunci: anemia sedang; ibu hamil; trimester ketiga.
Aromaterapi Minyak Esensial Bergamot Menurunkan Resiko Postpartum Blues Inke Malahayati
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus Januari 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12nk118

Abstract

The new role as a mother begins after delivery, especially in primigravidas. Psychological disorders can hinder the achievement of motherhood. The incidence of postpartum blues ranges from 40-85%. Postpartum blues is often not realized so that it can lead to postpartum depression. Various attempts have been made to overcome the postpartum blues including aromatherapy. The purpose of this study was to determine the effect of giving bergamot essential oil aromatherapy on postpartum blues. This type of study was quasi-experimental with a pretest and postest one group design. The study was conducted on 20 post-cesarean mothers aged 15-49 years, parity 1-5, term pregnancy, babies born with an Apgar score of 7-10, no history of asthma, allergies, or dermatitis to flowers/plants, able to read and write well in Indonesian, and an EPDS score of 10-12 (between the third to the fifth day). Sampling was consecutive sampling. EPDS score measurements were performed three times (baseline, 7th day, and 14th day). Data analysis used the Shapiro Wilk, Friedman, and posthoc Wilcoxon tests with α = 0.05 and β = 80%. The mean age of the respondents was 30.30 ± 6.24, multiparous 55%, SMA 70%, housewives 11%. The mean EPDS scores at baseline, day 7, and day 14 were 11.35 ± 0.81, respectively; 8.00 ± 3.09; and 5.45 ± 3.50 (p
Respon Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi COVID-19 Inke Malahayati; Lenny Nainggolan
Didaktis: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Vol 22, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/didaktis.v22i1.9072

Abstract

Pendidikan di Indonesia mengalami dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Pemerintah mengambil kebijakan dengan menutup perkuliahan tatap muka dan menggantinya dengan sistem dalam jaringan (daring). Hal ini mengubah cara dosen menyampaikan konten pembelajaran dan persiapan mahasiswa sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon mahasiswa Program Studi Kebidanan Pematangsiantar terhadap pembelajaran Daring pada masa pandemi Covid-19. Jenis penelitian ini adalah deskriptif survei, dilakukan kepada 48 mahasiswa Program Studi Kebidanan Pematangsiantar pada Juli 2020. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Hasil penelitian ini mendapati bahwa telepon genggan (62,5%) sebagai media daring yang paling banyak digunakan, biaya yang dihabiskan berkisar Rp. 51.000-Rp.100.000,- (52,1%), sinyal internet kurang baik (52,1%), persipan diri sebelum daring (52,1%), aplikasi yang paling diminati adalah whatsapp group (39,6%), mahasiswa paham dengan materi (60,4%), ketercapaian tujuan teori (93,8%), ketercapaian tujuan praktek (45,8%), faktor penghambat adalah sinyal dan kuota internet (45,8%), faktor pendukung adalah kuota (47,9%).  Efektifitas daring (64,6%), kemudahan pelaksanaan ujian (64,6%), metode ujian paling diminati adalah ujian tulis (72,9%), dan keinginan mahasiswa  untuk tatap muka setelah pandemi (68,8%). Pembelajaran daring berlangsung efektif dan tatap muka tetap diperlukan meskipun ada daring.
PENYULUHAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DAN PEMERIKSAAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 2 PEMATANGSIANTAR inke malahayati; Ribka Nova Sartika
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 1, No 1 (2017): JIK - Oktober Volume 1 No 1 Tahun 2017
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (58.818 KB) | DOI: 10.33757/jik.v1i1.19

Abstract

Breast self examination/BSE is the simplest and easiest  examination method which is done by fingers to detect  breast disorder. Yayasan kanker payudara Indonesia said theres is tendency of the age breast cancer patients especially in adolescents girl in Indonesia. This is expected because  of lifestyle in choosing junk food, less consumption of fruits and vegetables, smoking and alcohol. The purpose of this community service is to give education about the early detection of breast cancer, the ability of doing breast self examination (BSE) and to know nutritional status examination at adolescent girls in SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Pre and post test about BSE, counseling, BSE demonstration, weight and height measurement were used in this method . Conducted on 527 students in SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Wilcoxon test was done to assess difference of knowledge level before and after counseling and BSE redemonstration by adolescent girl. There were 327 adolescent girls (62.05%) got scoring of <70 when pre-test done, 31 adolescent girls (5.9%) got  scoring  <70 post-test done about BSE. There wa a difference of knowledge level before and after counseling done (p = 0.000). the adolesecent  girl  have been able to demonstrate BSE in front of their friends. There were  79 adolescent girls (15%) with severe malnutrition, 103 adolescent girls (19.5%) with malnutrition, 301 adolescent  girls (57.1%) with normal nutrition, 38 adolescent girls (7.23%) with overweight and 6 adolescent girls (1.1%) with obesity. Effective counseling is done  to increase the knowledge of adolescent girls about BSE. BSE demonstration beneficial to improve the skills of adolescent girls to do BSE. Nutritional status education is used to increase knowledge of adolescent girls about normal BMI (balance body mass index). The effective counseling is needed to be done continuously in increasing knowledge and awareness of adolescent girls about the early detection of breast cancer. Pemeriksaan payudara sendiri/SADARI adalah metode pemeriksaan sederhana dan paling mudah yang dapat dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan untuk mendeteksi kelainan pada payudara. Yayasan Kanker Payudara Indonesia menyatakan ada kecenderungan penurunan usia penderita kanker payudara di Indonesia terutama pada remaja. Hal ini diperkirakan karena gaya hidup terutama makanan yang tidak sehat (junk food), kurang konsumsi sayur dan buah, merokok dan alkohol. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan edukasi tentang deteksi dini kanker payudara, keterampilan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mengetahui status gizi remaja putri  pada siswa SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Metode yang digunakan pada pengabdian masyarakat ini adalah pre dan post test tentang pengetahuan SADARI, penyuluhan, demonstrasi SADARI, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Dilakukan pada 527 orang remaja putri (siswi SMA Negeri 2 Pematangsiantar). Dilakukan uji Wilcoxon untuk menilai perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan dan redemonstrasi SADARI oleh remaja putri. Sebanyak 327 orang remaja putri (62,05%) mempunyai nilai < 70 saat dilakukan pre test pengetahuan tentang SADARI, 31 orang remaja putri (5,9%) mempunyai nilai  < 70 saat dilakukan post test pengetahuan tentang SADARI. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan (p=0,000). Remaja putri sudah mampu mendemonstrasikan SADARI di depan teman-temannya. Sebanyak 79 remaja putri (15%)  dengan gizi sangat kurang, 103 remaja putri (19,5%)  dengan gizi kurang,  301 remaja putri (57,1%)  dengan gizi normal, 38  remaja putri (7,2%) dengan gizi lebih  dan 6 remaja putri (1,1%) dengan gizi sangat lebih. Penyuluhan efektif untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang SADARI. Demonstrasi SADARI bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan remaja melakukan SADARI. Edukasi status gizi bermanfaat untuk menambah pengetahuan remaja putri tentang IMT normal. Diperlukan penyuluhan kontinyu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja putri tentang deteksi dini kanker payudara.
Correlation between Folic Acid and Homocysteine Plasma in Severe Pre-Eclampsia and Normal Pregnancy Malahayati, Inke; Serudji, Joserizal; Sulastri, Delmi
Makara Journal of Health Research
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Lack of folic acid intake or genetic abnormalities in folic acid metabolism was correlates with elevated plasma or serum homocysteine concentrations. This case-control analytical study aims to determine the correlation between folic acid and homocysteine levels in severe pre-eclampsia and normal pregnancy. Methods: We enrolled 46 pregnant women (age 20─35 years) with severe pre-eclampsia or normal pregnancy at a government hospital in Padang, Indonesia, between March and May 2015. The samples size was selected by consecutive sampling. Then, we determined folic acid and homocysteine levels using ELISA and statistical analysis using the independent t-test and Pearson correlation. Results: We observed a difference in folic acid levels between severe pre-eclampsia (39.48 ± 9.40 ng/mL) and normal pregnancy (47.04 ± 13.20 ng/mL, p < 0.05). A difference was also observed in homocysteine levels between pre-eclampsia (18.52 ± 0.41 pmol/mL) and normal pregnancy (17.80 ± 0.73 pmol/mL, p < 0.05). The correlation between folic acid and homocysteine in severe pre-eclampsia and normal pregnancy was negative (r = -0.034, p > 0.05 and r = -0.222, p > 0.05, respectively). Conclusions: Low folic acid levels tend to increase homocysteine levels in severe pre-eclampsia, whereas high folic acid levels tend to lower homocysteine levels in normal pregnancy.