Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Percutaneous Ballon Mitral Valvuloplasty pada Wanita Hamil 22 Minggu Akibat Mitral Stenosis Berat dengan Penyulit Gagal Jantung Kongestif dan Hipertensi Pulmonal Berat Charles Limantoro; Sodiqur Rifqi; Adityana -; Intan Suryyana
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 1 No. 2 (2012): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.758 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v1i2.60

Abstract

Latar Belakang : Gagal jantung kongestif (GJK) pada wanita hamil merupakan masalah kritis karena tingkat kesakitan dan kematian ibu dan janin yang tinggi. Salah satu penyebab utama GJK adalah stenosis mitral (SM) yang merupakan lesi katup pada penyakit jantung rematik (PJR) yang paling sering dijumpai. Perubahan- perubahan kardiovaskular yang terjadi pada saat kehamilan seringkali memunculkan berbagai gejala dan tanda gangguan katup mitral pada PJR. Kasus : Seorang wanita 36 tahun, hamil 22 minggu, kehamilan ke-6, dengan keluhan utama sesak napas, dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi. Pasien didiagnosis sebagai gagal jantung kongestif (GJK) NYHA IV, dengan hipertensi pulmonal (HP) berat, stenosis mitral (SM) sedang-berat et causa PJR. Dilakukan Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk meringankan gejala gagal jantung dan mengurangi derajat HP dan Trans Esophageal Echocardiography (TEE) untuk memastikan ada atau tidak adanya thrombus di LAA dan mitral regurgitasi. Hasil TEE didapatkan PJR dengan SM sedang-berat, trikuspid regurgitasi sedang-berat, aortic regurgitasi ringan dan HP berat. Diskusi : Perkembangan baru dalam penanganan penyakit katup meliputi Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty (PBMV) untuk stenosis mitral. Penggunaannya pada pasien hamil harus diperhitungkan dengan matang, untuk memastikan kelangsungan hidup ibu dan meningkatkan kesejahteraan janin. Untuk penatalaksanaan mitral stenosis pada kehamilan dibutuhkan informasi mengenai derajat dan beratnya penyakit serta komplikasi yang terjadi pada penderita. Simpulan : Percutaneous Balloon Mitral Valvuloplasty dapat dilakukan pada wanita hamil dengan GJK dan hipertensi pulmonal dengan mempertimbangkan derajat penyakit, komplikasi dan penyulit lainnya .
Perbandingan Efektifitas antara Bantal Pasir dan Arfeband sebagai Penekanan Luka Paska Angiografi Koroner Junait Junait; Sodiqur Rifqi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 2 No. 1 (2013): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.44 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v2i1.91

Abstract

Latar belakang: Tindakan angiografi koroner, dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan hematom serta rasa tidak nyaman pasien. Bantal pasir 2,3 kg selama ini digunakan untuk mencegah komplikasi dengan cara meletakkannya di atas luka paska angiografi koroner setelah pencabutan femoral sheath dan setelah penekanan secara manual selama 20-30 menit. Arfeband(Arteri Femoral Band) adalah prototipe yang dirancang sebagai alternatif pengganti bantal pasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas antara bantal pasir dan arfebandsebagai penekan luka paska angiografi koroner terhadap insiden perdarahan, haematom dan ketidaknyamanan pasien
FBN1 Mutation Screening in a Marfan Syndrome Patient Amallia Setyawati; Nani Maharani; Sultana Faradz; Gerard Pals; Sodiqur Rifqi; Muhammad Sungkar
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 3 No. 1 (2015): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.179 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v3i1.211

Abstract

Background : MFS is characterized by variable clinical manifestations mainly in cardiovascular, ocular, and skeletal systems. The major encoding gene of structural constituent of extracellular microfibrils is Fibrillin-1 (FBN1). Approximately 90% of MFS cases are caused by mutations in the FBN1 gene (15q21.1) and the other second is TGFBR2 (3p22) gene. Methods : The UMD database, Ensemble database and VUmc DNA Laboratory database of FBN1 mutations and polymorphisms were used to evaluate the DNA variations. For paternity testing, the PowerPlex system (Promega Corp. USA) was used. A 30-years old was being admitted to the hospital. CKMB and Troponin C serial. A CT angiography was performed and revealed a long type 1 aortic dissection until proximal of bifurcation, the arm span-height ratio is 1.10, high myopia, arachnodactily, positive thumb signs and wrist signs, joint laxity articulation genu, and history of spontaneous pneumothorax. Identified, his mother, two sisters and one brother are clinically MFS. Results : Genetic testing of FBN1 showed a substation at exon 15 of FBN1, c.1924G>T. Discussion: In missense mutations substituting or creating cysteine, the probability of ectopia lentis is significantly higher compared to other missense mutations. The EGF domains are interrupted by seven transforming growth factor (TGF)-binding protein domains characterized by 8 cysteine residues involved in intra-domain disulfide bonds. Conclusion : Untreated, life expectancy of patients with MFS is considerably reduced. Clinical care is complicated by variable age at onset and the wide range of severity of aortic features. Early recognition of affected status hopefully will lead to early prevention of complications that may follow.
Ventricular Septal Rupture Pasca Infark Miokard Akut : Diagnosis Dini dan Tatalaksana Arjatya Pramadita Mangkoesoebroto; Safir Sungkar; Sugiri .; Sodiqur Rifqi
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 5 No. 1 (2018): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.549 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v5i1.352

Abstract

Latar BelakangVentricular Septal Rupture (VSR)merupakan komplikasi berat dan langka pada Infark Miokard Akut (IMA) dengan angka mortalitas yang tinggi. VSR menyebabkan pirau kiri ke kanan, memiliki manifestasi klinik dari hemodinamik stabil hingga syok kardiogenik. Pembedahan merupakan terapi definitif, namun masih menjadi tantangan tersendiri karena tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi.Laporan KasusSeorang laki laki berusia 59 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas sejak 3 minggu yang lalu dan didahului nyeri dada khas infark miokardsejak 5 minggu sebelumnya. Terdapat bising pansistolik derajat 3/6, harsh,pada apeks jantung. Elektrokardiogram menunjukan ST segmen elevasi , Q patologis dan T bifasik di lead anterior. Ekokardiografitampakinterventricular septal gap setinggi mid apikal diameter 10 mm pirau kiri ke kanan, regional wall motion abnormalities, dengan fraksi ejeksi 39%.Angiografi koroner didapatkan stenosis bermakna di left anterior descending dan right coronary artery. Pasien didiagnosa dengan VSR pasca IMA Elevasi Segmen ST lalu dirawat di ruang intensif untuk stabilisasi hemodinamik, serta direncanakan untuk dilakukan bedah VSR dan Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK)PembahasanPenegakan diagnosis VSR secara dini, terutama pasca IMA bertujuan meningkatkan prognosis jangka panjang.Penutupan VSR merupakan tatalaksana defintif, namun tingkat kematian dini paska bedah yang tinggi merupakan tantangan tersendiri. Penundaan pembedahan VSR dianjurkan untuk meningkatkan stabilitas jaringan miokard. Pada kasus ini dilakukan stabilisasi hemodinamik dan penundaan pembedahan hingga direncanakan pembedahan VSR dan BPAK.KesimpulanVSR merupakan komplikasi berat dan langka dari IMA, penegakan diagnosis disertai dengan tatalaksana yang tepat dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas.Kata kunci: ventrikular septal rupture, infark miokard, komplikasi mekanik, bedah jantung
Effect of Circuit Training on TNF Alpha Levels and Six Minutes Walk Test in Patients with Chronic Heart Failure Fauzan Muttaqien; Sri Wahyudati; SefriNoventi Sofia; Sodiqur Rifqi
Berkala Kedokteran Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.24 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v14i2.5325

Abstract

Abstract: Physical exercise in patients with heart failure can decrease the level of proinflammatory biomarkers andincrease functional capacity. Circuit training is one of the most advantageous exercise models because it improves cardiorespiratory fitness and muscle strength.This study aimed to investigate the effect of circuit training on TNF alphaandsix minutes walk test in patients with chronic heart failure in RSUP Dr. Kariadi. Twenty-six stable chronic heart failure with reduced ejection fraction patients were randomized into exercise group that received circuit training in the rehabilitation center of Kariadi Hospital for a month and control group. TNF- α levels as a inflammatory biomarker and distance of six minute walk test as a functional capacity parameter were taken before and after the exercise period.Nine-teensubjects completed the study without any significant side effects.There was no significant difference in TNF-α levels before and after treatment between treatment groups and control groups (p=0,513). The treatment group with circuit training showed a greater increase in distance of six minute walk test than the control group (p=0,034).It was concluded that circuit training in patients with chronic heart failure can increase distance of six minute walk test, but no changes in TNF alpha levels. Keywords: Circuit training, TNF-a, six minute walk test