Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

DISCOURSE ON ‘FEMALE CHASTITY’ AS RATIONALIZATION TO JUSTIFY SEXUAL OFFENSE: Qualitative Case Study of Male Sexual Transgressors Poerwandari, Elizabeth Kristi; Soekandar, Adriana; Hanum, Lathifah
Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol 16, No 3 (2014)
Publisher : P2KK LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.821 KB) | DOI: 10.14203/jmb.v16i3.35

Abstract

The present qualitative study explores the rationalization of 24(twenty-four) men reported to the police of conducting sexual offense, to justify their sexual offense or transgression. Denials vary from absolute denial, minimization, such as claiming of having mutual consent sex, denial of victim harm, and a rarer phenomenon but apparent in two subjects, a kind of depersonalization. More specific denials relate to gender-based rationalization is prevalent, such as having unharmonious relationship with wife therefore they need other women for sexual outlet, or the girls are not ‘good girl’. Very strong rationalization is related to the discourse on ‘female chastity’ in which offenders justify their behavior as OK since their target subjects are not ‘good girls’, be evidenced by they are not virgin anymore, hang out at night, or have relation with other men. Offenders who are in relationships with their victims need to prove the chastity of their female partner, or felt suspicious and angry about the past relationships of the girls therefore forcing sex or conducting sexual assault. Offender might adopt a ‘professional’, a ‘hero’, a ‘revenger’ as well as a ‘victim’ role. All cannot be separated from the cultural context of Indonesia and are explaining the beliefs of male offenders about men as superior and having authority over women. Keywords: sexual offense; female chastity; cultural context
Kesejahteraan Anak dan Remaja pada Keluarga Bercerai di Indonesia: Reviu Naratif Sari Dewi, Kartika; Soekandar, Adriana
Wacana Vol 11, No 1 (2019)
Publisher : UNS Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.307 KB) | DOI: 10.13057/wacana.v11i1.135

Abstract

Abstrak. Kesejahteraan anak dan remaja merupakan bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan keluarga, yang dikaitkan dengan kesehatan mental individu. Pada struktur keluarga tidak utuh akibat perceraian, anak dan remaja beresiko tinggi mengalami problem kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan penyesuaian. Masih sedikit studi yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan anak dan remaja pada keluarga bercerai secara komprehensif di Indonesia. Reviu naratif ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang berkaitan dengan kesejahteraan anak pada keluarga pasca perceraian di Indonesia. Pencarian literatur pada Google Scholar dan Portal Garuda menggunakan kata kunci “kesejahteraan anak” atau “kesejahteraan remaja, dan “keluarga bercerai” atau “perceraian” mengungkapkan  42 artikel dengan total partisipan 1.671 anak dan remaja (M = 15,66). Temuan studi ini mengungkapkan bahwa indikator kesejahteraan anak dan remaja adalah (a) afek (positif-negatif); (b) pemenuhan kebutuhan; (c) kemampuan diri, (d) indikator kepribadian, dan (e) indikator relasi sosial. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan anak dan remaja pasca perceraian adalah (1) keberfungsian keluarga; (2) modalitas ibu; (3) modalitas personal anak; (4) kondisi perceraian orangtua; (5) dukungan sosial; (6) struktur keluarga; (7) kualitas interaksi orangtua-anak. Pengaruh faktor kualitas interaksi orangtua-anak terhadap kesejahteraan keluarga dianggap lebih besar daripada pengaruh struktur keluarga itu sendiri. Dukungan sosial, khususnya orang terdekat dan teman sebaya merupakan faktor protektif sosial terhadap kesejahteraan anak dan remaja pada keluarga bercerai, selain keberfungsian keluarga tersebut pasca perceraian orangtua. Kata kunci: kesejahteraan; anak; remaja; keluarga bercerai; Indonesia
PERANAN FAKTOR-FAKTOR INTERAKSIONAL DALAM PERSPEKTIF TEORI SISTEM KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA Dewi, Kartika Sari; Ginanjar, Adriana Soekandar
Jurnal Psikologi Vol 18, No 2 (2019): October 2019
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.024 KB) | DOI: 10.14710/jp.18.2.245-263

Abstract

This study examined the role of interactional factors on family well-being, such as mother-child interaction, father involvement in parenting and perceived social support in the family. Respondents (N = 219) aged 17-35 years, completed an online survey assessment and answered open questions about family well-being. The results of the study show that the quality of parent-child interaction in the family is considered to play an important role in achieving family well-being, in addition to the perceived social support in the family. Family well-being is the results of the dynamics of interaction within the family which consists of cooperation, acceptance, trust, ritual, family vision and mission, also mutual love. Statistical calculations and theoretical discussions in the perspective of the Family System Theory (FST) are presented in full articles. The results of this study can be an early stage in exploring the parent-child interaction process and the extent of the role of media technology in family well-being in Indonesia.
KERENTANAN REMAJA PEREMPUAN KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL DI BANDUNG Pranawati, Santy Yanuar; Ginanjar, Adriana Soekandar; Matindas, Rudolf Woodrow; Irwanto, Irwanto
Sosio Konsepsia Vol 9, No 2 (2020): Sosio Konsepsia
Publisher : Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam mengenai pengalaman hidup pada remaja korban eksploitasi seksual komersial. Di Indonesia kasus ini semakin menunjukkan kompleksitasnya. Remaja menjadi korban tidak hanya karena terjerat di dalam lingkaran perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual komersial, akan tetapi juga terdapat remaja dengan pengalaman hidup yang membuatnya rentan untuk dieksploitasi secara seksual. Penelitian ini akan fokus pada remaja pada kelompok kedua. Disain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan observasi non partisipan. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 8 remaja perempuan yang berusia 17-24 tahun yang menjadi korban eksploitasi seksual komersial sejak usia 14-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan berbagai faktor kerentanan, dalam ranah lingkungan keluarga dan teman sebaya, serta faktor sosial-psikologis perkembangan fase remaja. Selain itu, terdapat kondisi yang memperkuat kerentanan remaja, seperti perilaku seks bebas dan perasaan kehilangan harga diri, serta kebutuhan akan uang. Sedangkan dampak-dampak yang ditimbulkan meliputi dampak fisik, psikologis, dan pendidikan. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pekerja sosial khususnya dalam bidang perlindungan anak dan remaja dalam upaya penanganan dan pencegahan remaja untuk menjadi korban eksploitasi seksual. Kata Kunci: Remaja, rentan, pengalaman hidup, eksploitasi seksual komersial, kualitatif
HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DAN WORK-FAMILY BALANCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MENJALANI DUAL-EARNER FAMILY Adriana Soekandar Ginanjar; Indira Primasari; Rizqika Rahmadini; Rima Woro Astuti
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen Vol. 13 No. 2 (2020): JURNAL ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
Publisher : Department of Family and Consumer Sciences, Faculty of Human Ecology, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.115 KB) | DOI: 10.24156/jikk.2020.13.2.112

Abstract

Kepuasan pernikahan pada pasangan yang menjalani dual-earner family memiliki tantangan yang besar, terutama bagi istri, akibat tingginya stress yang bersumber dari pekerjaan maupun pernikahan dan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan work-family conflict dan work-family balance terhadap kepuasan pernikahan pada istri yang menjalani dual earner family. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Kepuasan pernikahan diukur menggunakan Couple Satisfaction Index, work-family conflict diukur dengan menggunakan Work-Family Conflict Scale, sementara work-family balance diukur dengan Work-Family Balance Scale. Responden dalam penelitian ini adalah 181 istri yang merupakan pegawai penuh waktu di Jabodetabek, dipilih dengan teknik convenience sampling. Teknik korelasi Pearson digunakan sebagai metode dalam melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-family conflict berhubungan negatif secara signifikan dengan kepuasan pernikahan, terutama dalam dimensi work-intervening with family (r=-0,346; p<0,01). Sementara itu, terdapat korelasi yang positif antara work-family balance dengan kepuasan pernikahan pada istri dalam dual-earner family (r=0,294; p<0,01). Penelitian ini menunjukkan bahwa menjalankan peran sebagai pekerja, istri, dan ibu dalam waktu yang bersamaan bukan hal yang mudah dan dapat menurunkan kepuasan pernikahan.
PREDICTING HEALTH RELATED QUALITY OF LIFE IN INDONESIAN POST MYOCARDIAL INFARCTION PATIENTS Devi Wulandari; Adriana Soekandar Ginanjar; Urip Purwono; Baydhowi Baydhowi; Fredrick Dermawan Purba
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 8 No 3 September 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v8i3.13377

Abstract

Myocardial infarction is one of chronic illnesses that has a major impact to patient’s health related quality of life. This study tested three psychosocial factors (i.e. religious coping behaviour, cardiac anxiety and marital satisfaction) and two disease-related factors (i.e. left ventricular ejection fraction, comorbidity) in predicting health related quality of life in patients with post myocardial infarction in Indonesia. A cross sectional study included 170 patients with myocardial infarction was conducted. The patients completed four questionnaires: MacNew Health Related Quality of Life, Couple Satisfaction Index, Cardiac anxiety Questionnaire, and religious coping behaviour. The theoretical model was tested using structural equation modelling.  Results revealed that cardiac anxiety was negatively associated with health-related quality of life. Marital satisfaction was a significant moderator in the relationship between cardiac anxiety and health related quality of life. There were no significant relationships among patient’s comorbidity, left ventricular ejection fraction, religious coping behaviour and health related quality of life. Results of the study shed the light of the importance of protective effects of patient’s immediate environment in shaping patient’s health related quality of life.
Adaptation of MacNew Heart Disease Health-Related Quality of Life Instrument in Indonesian Myocardial Infarction Patients Devi Wulandari; Adriana Soekandar Ginanjar; Urip Purwono
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 8 No 4 December 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.218 KB) | DOI: 10.12928/jehcp.v8i4.14253

Abstract

AbstractLack of adapted health-related quality of life measurement in Bahasa Indonesia may create difficulties in concluding the effects of heart disease and its treatment on a patient's health-related quality of life in Indonesia. MacNew heart disease health-related quality of life questionnaire (MacNew) has been proven a valid and reliable health-related quality of life measurement. It also has been adapted in several languages.  This study aimed at translating and assessing the Indonesian version of MacNew questionnaire validity evidence based on the relation with other variables on and internal consistency. Validity evidence based on the relation with other variables was assessed by correlating the Indonesian version of the MacNew questionnaire score with cardiac anxiety, gender, age, education level, left ventricular ejection fraction score, and comorbidity. Two hundred thirty-six patients diagnosed with myocardial infarction (MI) filled out the questionnaire at a one-time intake. Results from confirmatory factor analysis revealed three domains of health-related quality of life, namely emotional, physical, and social. The three-domain explained 42.31% of the health-related quality of life total variance. The internal consistency of the questionnaire was good (0.816-0.900). Health-related quality of life was negatively correlated with cardiac anxiety. Male patients had a higher health-related quality of life compare to female patients. However, there was no significant correlation between health-related quality of life and left ventricular ejection fraction and comorbidity. The Indonesian version of MacNew questionnaire demonstrated satisfactory psychometric properties and can be recommended to measure HRQOL in heart patients in Indonesia. Keywords: Health-related quality of life, MacNew Heart Disease HRQOL                    instrument, instrument adaptation
Pilihan rasional ataukah pilihan yang terikat secara sosial? Studi kasus pengambilan keputusan pada remaja perempuan yang terlibat prostitusi Santy Yanuar Pranawati; Adriana Soekandar Ginanjar; Rudolf Woodrow Matindas
Jurnal Psikologi Sosial Vol 19 No 3 (2021): August
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2021.24

Abstract

Walau telah banyak penelitian yang membahas mengenai berbagai faktor dibalik keputusan remaja terlibat dalam prostitusi, tetapi masih sedikit yang menjelaskan rangkaian proses yang terjadi. Penelitian studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara mendalam tentang proses pengambilan keputusan remaja perempuan yang terlibat dalam prostitusi tanpa adanya ancaman atau tekanan dari orang lain. Dalam menjelaskan proses yang terjadi, disoroti peranan rasionalitas terbatas pada remaja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi non partisipan. Wawancara dilakukan terhadap 8 (delapan) partisipan yang terlibat prostitusi sejak sebelum berusia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan pada remaja perempuan untuk terlibat prostitusi terdiri dari tujuh tahap, yaitu: (1) mengalami permasalahan di dalam keluarga; (2) mencari dukungan sosial dari teman; (3) terpapar kenakalan remaja; (4) kebutuhan uang; (5) terpapar dunia prostitusi; (6) terlibat prostitusi; dan (7) keinginan dan usaha untuk keluar dari prostitusi.
Integrasi Teknik Centering dan Empty Chair untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi pada Individu dengan Sindrom Asperger Novianita Ayu Pramestuti; Adriana Soekandar Ginanjar
PSIKODIMENSIA Vol 21, No 1: Juni 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v21i1.4621

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan menguji teknik centering dan empty chair yang diintegrasikan untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada individu dengan Sindrom Asperger (SA). Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan subjek seorang laki-laki berusia 24 tahun yang memiliki Sindrom Asperger. Subjek mengalami kesulitan dalam mengelola berbagai emosi yang intens dirasakan, diantaranya marah, sedih, dan cemas. Subjek juga menunjukkan gejala depresi, kecemasan, dan distress yang signifikan. Peneliti menggunakan teknik centering dan empty chair secara terintegrasi. Centering dilaksanakan sebanyak 4 sesi dan empty chair sebanyak 2 sesi dalam kurun waktu 6 minggu (1 sesi tiap minggu). Secara kuantitatif, skor depresi, kecemasan, dan distress subjek mengalami penurunan. Adapun berdasarkan feedback dari subjek, centering dirasa membantu subjek untuk meregulasi emosinya dan meningkatkan penerimaan terhadap kondisi saat ini. Empty chair membantu subjek untuk mengekspresikan emosi dan melakukan resolusi konflik secara lebih adaptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik centering dan empty chair efektif untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada subjek penelitian yang memiliki SA.Kata kunci: Centering, Empty Chair, Sindrom Asperger AbstractThis study aims to exam integrated centering and empty chair techniques to improve emotion regulation capabilities in individuals with Asperger Syndrome. The study used a case study method with the subject of a 24-year-old man with Asperger Syndrome. Subject had difficulty managing various intense emotions, including anger, sadness, and anxiety. Subject also showed significant symptoms of depression, anxiety, and distress. Researchers used integrated centering and empty chair techniques. Centering was held as many as 4 sessions and empty chair as many as 2 sessions within a period of 6 weeks (1 session per week). Quantitatively, the subject' depression, anxiety, and distress scores decreased. Based on feedback from the subject, centering helped him regulate his emotions and increase acceptance of the current condition. Empty chairs could help the subject express emotions and perform conflict resolution more adaptively. These results show that the centering and empty chair techniques are effective in improving emotional regulation abilities in subject with Asperger Syndrome.Keywords: Centering, Empty Chair, Asperger Syndrome
Marital Satisfaction Among Dual-Earner Marriage Couples: Commuter versus Single Residences Couples Chrishiannie, Chrishianie; Ginanjar, Adriana Soekandar; Primasari, Indira
Psychological Research on Urban Society Vol. 1, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aimed to compare marital satisfaction in two types of dual-earner couples, namely commuter and single residence marriage couples. Commuter marriage couples are those who live in two separate residences due to their work demands for at least part of the week, whereas single residence couples live in the same residences. A sample of 239 couples filled out the Couple Satisfaction Index (CSI). Factorial ANOVA used to compare marital satisfaction of the two groups. The result showed that commuter marriage couples have higher marital satisfaction compared to single residence dual earner couple. Men in this study reported higher marital satisfaction compared to women.