Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KREATIVITAS INDUSTRI KERAJINAN BATIK Bakhtiar, Arfan; Sriyanto, Sriyanto; Amalia, Amalia
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 4, No. 1, Januari 2009
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.992 KB) | DOI: 10.12777/jati.4.1.23-34

Abstract

Industri kreatif merupakan salah satu industri yang saat ini menjadi strategi pembangunan industri di Indonesia. Industri batik merupakan salah satu industri kreatif  yang termasuk dalam sektor kerajinan. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kreativitas dan perbedaan faktor dominan pengembangan kreativitas di industri batik berskala kecil, menengah, dan besar, sehingga dari ketiga skala industri ini dapat dilakukan upaya-upaya pengembangan kreativitas. Penelitian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan angket pada ketiga kelompok industri batik. Obyek penelitian adalah PT. Tri Ratna Batik (industri kecil), CV. Tobal Batik (industri menengah), dan PT. Batik Danar Hadi (industri besar). Variabel yang diteliti pada ketiga industri yaitu SDM kreatif, pekerjaan kreatif, konteks organisasi, lingkungan, dan inovasi produk. Berdasarkan data observasi dan penilaian angket yang telah valid dan teruji keandalannya, ketiga industri sama-sama kreatif, karena total nilai mean dan modus secara keseluruhan berada pada rentang 3.01 sampai 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kreativitas pada: (1) variabel SDM kreatif yaitu motivasi, bakat/minat, komunikasi, dan kompetensi; (2) variabel pekerjaan kreatif yaitu pekerjaan, kepemimpinan, dan kewirausahaan; (3) variabel konteks organisasi yaitu kinerja perusahaan, kebijakan, struktur dan budaya organisasi, serta sistem komunikasi; (4) variabel lingkungan yaitu pemberdayaan sumberdaya eksternal, teknologi, persaingan, dan peraturan pemerintah; (5) variabel inovasi produk yaitu desain, bahan, alat, dan pemanfaatan limbah batik. Secara keseluruhan, pada semua variabel terdapat faktor-faktor yang mendukung pengembangan kreativitas. Faktor dominan pada variabel SDM kreatif terletak pada komunikasi (IK, IB), dan motivasi (IB). Faktor dominan pada variabel pekerjaan kreatif adalah pekerjaan (IK) dan kepemimpinan (IM, IB).  Faktor dominan variabel inovasi produk adalah desain (IK, IM, IB) dan juga alat (IM). Faktor dominan variabel konteks organisasi ketiga industri, sama, yaitu kebijakan. Faktor dominan variabel lingkungan adalah sama pada ketiga industri yaitu pemberdayaan sumber daya eksternal. Ketiga industri termasuk dalam kategori kreatif, meskipun faktor dominan pengembangan kreativitas pada ketiga industri, berbeda. Kreativitas masih perlu ditingkatkan, terutama pada faktor kritis. Pada industri kecil dan besar, faktor kritisnya adalah alat. Kedua industri harus mengembangkan kreativitas mereka agar dapat membuat inovasi alat sendiri, sehingga tidak memiliki ketergantungan terhadap pengrajin alat dan impor luar negeri. Faktor kritis di industri menengah yaitu teknologi, dimana industri ini sebaiknya membuka diri terhadap perkembangan zaman dan teknologi. Kata kunci : industri kreatif, industri batik, faktor-faktor pengembangan kreativitas   Abstract This research aims to identify the factors which influence the development of creativity and the differences of the dominant factors in the development of creativity in a small, medium, and large batik industry, so that from those kinds of industries can be practiced the efforts in the development of creativity. This research employed observational method, interview, and questioner on those kinds of batik industries. The subjects of this research were PT. Tri Ratna Batik as a small industry, CV. Tobal Batik as a medium industry, and PT. Batik Danar Hadi, as a large industry. The variables which are researched on those kinds of batik industries are the creative human resource, the creative work, the organizational context, the environment, and the product innovation. Based on the observational data and questioner that are valid and reliable, those kinds of batik industries are as creative as, because total mean value and modus is in the range 3.01 – 4. Overall, all of variables have supported factors in the development of creativity. The dominant factors on the creative human resource variable are communication (IK, IB) and motivation (IB). The dominant factors on the creative work variable are work (IK) and leadership (IM, IB). The dominant factors on the product innovation variable are design (IK, IM, and IB) and product (IM). The dominant factors on the organizational context variable for those kinds of industries are same, policy. And the dominant factors on the environment variable for those kinds of industries are same, external resource development. Three kinds of industries include on creative category, in spite of the differences among the dominant factor of the development creativity in those kinds of industries. The creativity needs increasing, especially in critical factor. In the small and large industries, the critical factor is product. These kinds of industries have to develop their creativity thus can produce their own product innovation, so that they don’t have a dependency with product maker and product import. The critical factor in medium industry is technology, where this industry should open itself in technology and era development. Key words: creative industry, batik industry, factors in development of creativity.  
STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN IKM KONVEKSI SEBAGAI SALAH SATU INDUSTRI KECIL MENENGAH DI INDONESIA Ririh, Kirana Rukmayuninda; Anggrahini, Dewanti; Amalia, Amalia
J@ti Undip : Jurnal Teknik Industri Volume 6, No.3, September 2011
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.851 KB) | DOI: 10.12777/jati.6.3.179-188

Abstract

Melihat kondisi yang terjadi setelah runtuhnya kondisi perekonomian Indonesia akibat krisis 1998, pemerintah mulai melirik industri kecil dan menengah (IKM) karena terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Buktinya saat pertumbuhan industri secara keseluruhan terjun bebas dari 5,90% (2005) menjadi 5% (2006), pertumbuhan IKM justru meningkat dari 3,48% (2005) menjadi 4,6% (2006). Namun demikian IKM yang dipercaya sebagai andalan kekuatan ekonomi bangsa, masih banyak menghadapi masalah. Salah satu contohnya IKM “Dedi Konveksi” di Bandung.  Dalam penelitian ini, identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode “three level characteristics of manufacture”. Kemudian dilakukan analisis SWOT sebagai dasar penentuan strategi korporasi.  Strategi bisnis yang diusulkan menjadi acuan untuk menyusun strategi teknologi. Dari strategi-strategi yang telah tersusun (strategi korporasi, strategi bisnis dan strategi teknologi) diperlukan adanya suatu kebijakan. Kebijakan tersebut digunakan sebagai arahan untuk dapat mengembangkan dan membina industri kecil modern. Kebijakan pengembangan dan pembinaan IKM  konveksi ini  menggunakan 4 perspektif yaitu finansial, customer, proses bisnis internal, dan pertumbuhan-pembelajaran. Unsur dalam kebijakan tersebut melibatkan seluruh stakeholder dalam IKM. Kata kunci : Manajemen, Industri Kecil Modern, Strategi Bisnis, Strategi Korporasi, Strategi Teknologi.    Review to  the conditions that occurred after the collapse of Indonesia's economy from the crisis of 1998, the government will begin to consider  small and medium enterprises (SME) because it has proved to be more resilient to the economic crisis. This could be figured out when the overall industrial growth just plummeted from 5.90% (2005) to 5% (2006), and the growth of SMEs had increased from 3.48% (2005) to 4.6% (2006). Eventhough  SMEs are believed as centre of the nation's economic strength, those still faces many problems. One example IKM "Dedi Konveksi" in Bandung. In this study, identification of problems is done by using the three-level characteristics of manufacture.This identification will determine a  SWOT analysis as a basis for determining corporate strategy. Business strategy is proposed as the benchmark for technology strategy. Those  strategies that have been organized (corporate strategy, business strategy and technology strategy) required the existence of policies. The policies aimed as guidance to develop and foster a modern small industries. Strategy for  development and promotion policies of SMEs convection implemented through  four perspectives; namely financial, customer, internal business processes, and human resource growth-learning. Element in this policy strategy  involves all stakeholders in the SMEs. Keywords : Management, SMEs, Bussiness Strategy, Corporate Strategy, Technology Strategy.
Kesiapan Masyarakat Semarang dalam Pemanfaatan Potensi Energi Surya sebagai Sumber Energi Alternatif Berkelanjutan Amalia; Zaenal Arifin; Aries Jehan Tamamy
SAINTEK : Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Industri Vol. 2 No. 2 (2018): JISTIN Vol 2 No 2
Publisher : Universitas Katolik Musi Charitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32524/saintek.v2i2.112

Abstract

Electricity needs in Indonesia increase along with the growth of population, industry, and infrastructure development, which influences the availability of electricity in future generations. Semarang City is one of the big cities in Indonesia that requires electrical energy to support community operations and development. This study aims to explain the solar energy potential in the Semarang city, and to identify Semarang community readiness in the utilization of solar energy sources. Energy potential data was collected using direct observation, while data on community preparedness were obtained by distributing questionnaires. This research was analyzed descriptively qualitative. The results of the study explain that the potential of solar power plants is 5.4 KWH. In addition, the overall level of readiness of the city of Semarang is classified as high level of readiness (72.50%), with values of awareness of 82.5%(high) and knowledge of 67.25% (moderate).
Penggunaan Teknologi Tepat Guna Meja Colet Batik di Rumah Kreatif De Suket Amalia, Amalia; Tjahyono, Rudy
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 4, No 3 (2021): September 2021
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v4i3.328

Abstract

Sebagian besar industri batik di Indonesia termasuk ke dalam unit usaha kecil dan menengah (UKM), sehingga membutuhkan peningkatan daya saing UKM melalui pengembangan alat bantu untuk mempermudah proses pembuatan batik. Salah satu proses pembuatan batik yang paling penting adalah pewarnaan. Pewarnaan dengan teknik colet merupakan salah satu teknik praktis, efisien dan memberikan daya tarik bagi produk Batik. Rumah Kreatif De Suket memiliki permasalahan dalam menjalankan usahanya, antara lain keterbatasan alat dalam proses pencoletan dan luas ruang yang sempit. Proses pencoletan dilakukan menggunakan gawangan batik atau terkadang hanya alakadarnya di lantai. Hal ini dapat menghambat produktivitas, serta postur atau posisi kerja yang salah dapat mengakibatkan cidera atau penyakit kerja. Rumah kreatif juga memiliki luas ruang yang sempit sehingga sulit menyimpan peralatan kerja, seperti meja colet yang tersedia di pasaran. Program kemitraan masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mitra antara lain mempermudah proses produksi terutama pada bagian pewarnaan dengan teknik colet, memiliki postur kerja yang baik, dan memudahkan penyimpanan pada stasiun kerja pencoletan.
Desain Tempat Sampah Edukatif dan Persuasif Membentuk Karakter Cinta Lingkungan Bagi Anak Usia Dini Dwi Nurul Izzhati; Amalia Amalia; Helmy Rahadian
Tekinfo: Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Teknik Industri Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/tekinfo.v8i2.818

Abstract

The development of educative and persuasive trash design in this study is one of the efforts in early childhood education (golden age), to form the foundation of environmental love character and awareness of disposing of garbage from an early age which is very necessary to be carried to adulthood. As one of the effort to support government programs ini shaping the character attitude and quality of life of human resources, which eventually arises awareness and is willing to move as an effort to preserve, improve and become a long-term environmental safety. To make the design of educative and persuasive trash bins, it is necessary to find the consumer's perception of the object under study, using the Conjoint analysis method. Determination of specific attributes (stimuli) in the development of characteristic specifications divides the concept of education in outline three factors namely auditory, kinestation, visual and developed in several variables. shape: other, design: character, audio: long (10-30 seconds), kinesthetic: automatic.
Work Posture Evaluation on Ergonomic “Colet” Workbench Design in Batik Coloring Process using Rapid Entire Body Assessment and Nordic Body Map Amalia Amalia; Rudy Tjahyono; Jazuli Jazuli; Rodia Syamwil
OPSI Vol 14, No 2 (2021): ISSN 1693-2102
Publisher : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/opsi.v14i2.5302

Abstract

The effort to preserve batik is to maintain the continuity of batik production. Coloring process is one of the important processes in batik production. In addition to the dyeing technique, there is a “colet” technique in batik coloring process. Colet technique is considered an efficient technique in saving coloring dyes. The colet process is still carried out without standards and does not consider ergonomic aspects. This study aims to analyze the risk level of batik workers posture in colet technique coloring process. This research is an observational study with data analysis using the Rapid Entire Body Assessment (REBA) and Nordic Body Map (NBM). Based on the measurement, the risk level with the initial work posture has a score 9 and 7, which means the posture needs immediate corrective action to prevent occupational diseases. The implementation of Ergonomic “Colet” workbench is a way to improve work posture so the risk could be decreased, with score 4 both in standing and sitting working position.
Pelatihan Pembuatan Produk Ekonomi Kreatif Kriya Tekstil dengan Teknik Shibori kepada Ibu-ibu Dawis Cempaka Amalia Amalia; Dwi Nurul Izzhati; Dita Ayu Mayasari
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 3, No 2 (2020): Mei 2020
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v3i2.88

Abstract

Pengembangan ekonomi kreatif menjadi salah satu pilar perekonomian nasional yang potensial. Salah satu produk unggulan pada subsektor ekonomi kreatif di Indonesia adalah kriya, khususnya kriya tekstil. Produk kreatif kriya tekstil yang saat ini sedang diminati masyarakat, serta memiliki nilai jual dan estetika tinggi adalah teknik celup ikat Shibori. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah Ibu-ibu Kelompok Dawis Cempaka. Tujuan pengabdian adalah untuk meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan dalam membuat produk kreatif, serta meningkatkan motivasi warga untuk berproduksi dan berwirausaha. Keberhasilan pelatihan ditandai dengan: a. peningkatan pengetahuan yaitu mampu menjawab benar soal (94%); b. kepuasan terhadap kegiatan pelatihan (97%); dan c. minat membuka usaha (92%).Creative economy is one of the potential pillars of the national economy. While the one of the leading products in the subsector of creative economy in Indonesia is craft, especially textile craft. The creative textile products that are currently in demand, along has high selling and aesthetic value is Shibori tie dyeing technique. The target of community service activity is the women of Dawis Cempaka in Semarang. The purpose is to increase knowledge and skills in making creative products, as well as increase the motivation of citizens to produce it and be entrepreneurs. The success of the workshop is marked by: a. increasing knowledge that is able to answer the correct questions (94%); b. satisfaction with the workshop (97%); and c. interest to start up business (92%).
Pelatihan Video Editing Dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Digital Di Era Industri 4.0 bagi Santri Panti Asuhan Kafalatul Yatama Cinantya Paramita; Amalia Amalia; Gigih Trapsilo
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 5, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v5i2.602

Abstract

Pada era milenial, era digital, dan/atau era revolusi industri 4.0, peran teknologi memberikan pengaruh besar bagi seluruh aspek kehidupan, baik dalam dunia Pendidikan maupun dunia bisnis. Pada era inilah desain maupun videografi mengalami perkembangan yang pesat. Panti Asuhan Kafalatul Yatama (PAKY) merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial (Sosial) yang memiliki 23 santri yang bervariasi tingkat pendidikan dari tingkat perguruan tinggi, SMK, MA, MTS, dan SD. Untuk memiliki masa depan yang lebih baik anak-anak berhak untuk mendapatkan Pendidikan yang cukup, termasuk santri-santri pada PAKY. Santri pada PAKY merupakan generasi potensial yang perlu dilatih dan dikembangkan dalam membangun bangsa, Berdasarkan wawancara dengan Sie Pendidikan PAKY, para santri PAKY memerlukan program peningkatan keterampilan yang berkaitan dengan tuntutan perkembangan zaman. Oleh karena itu, dengan adanya program pengabdian kepada melalui program pengabdian kepada masyarakat, kami bermaksud memberikan pelatihan desain grafis, dan editing video bagi para santri PAKY. Adapun target tujuan dari kegiatan pengabdian ini terpenuhi melihat hasil pretes dan postes yang telah dilakukan selama pelatihan berlangsung dimana keinginan belajar yang sangat besar diperoleh setelah mengikuti pelatihan, dan dihasilkan juga hasil postest yang sangat memuaskan dari para santri dimana grafik pada gambar 4 menyatakan bahwa para santri dapat mengimplementasikan ilmu yang disampaikan dalam sebuah produk profil video Panti Asuhan Kafatul Yatama.
Pengembangan Teknologi Pangan Usaha Jahe Ibu-Ibu Pkk RT 01 RW 04 Banyumanik Dwi Nurul Izzhati; Eko Hartini; Amalia Amalia
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 5, No 2 (2022): Mei 2022
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v5i2.617

Abstract

Salah satu Visi Misi PKK yaitu meningkatkan keterampilan dan ekonomi sebagai upaya mewujudkan keluarga yang  sejahtera. Telah dipahami dan dilaksanakan oleh ibu-ibu PKK RT 01 RW 02 Banyumanik dengan mendirikan kelompok usaha pembuatan sirup jahe dengan nama unit usaha Menik Jaya. Usaha Menik Jaya telah berdiri sejak tahun 2016 dan menjadi mitra dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini. Masalah yang disampaikan adalah pengolahan tidak bisa dilakukan secara kontinu dikarenakan kesibukan ibu-ibu dalam rumah tangga, serta pembuatan sirup jahe dalam bentuk cair daya tahannya tidak terlalu lama, pengemasan sirup jahe sederhana hanya dalam botol sehingga rawan pecah dan pemasaran yang masih konvensional (dari mulut ke mulut). Untuk mengatasi permasalahan tersebut tim merencanakan pendampingan bagi mitra untuk memberikan perbaikan sesuai permasalahan yang terjadi. Tiga strategi pendampingan yang dilakukan, yaitu: (1) Strategi teknologi olah pangan, dimana tim mengenalkan cara pembuatan jahe instan serbuk (2). Strategi desain kemasan, untuk memikat konsumen membeli produk olahan Jahe serta (3). Strategi pemasaran online menggunakan WhatsApp Business.
RANCANG BANGUN MEJA COLET ULTRAVIOLET UNTUK PRA-OKSIDASI ZAT WARNA INDIGOSOL DALAM PEWARNAAN BATIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEMATIS PAHL DAN BEITZ Amalia Amalia; Rudi Tjahyono; Jazuli Jazuli; Rodia Syamwil
J@ti Undip: Jurnal Teknik Industri Vol 18, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jati.18.1.42-50

Abstract

Inovasi teknologi di industri batik mengalami perkembangan dan diharapkan mampu mendorong akselerasi industrialisasi. Proses pewarnaan merupakan proses penting dalam menghasilkan batik dengan nilai estetika dan nilai ekonomis yang tinggi. Teknik pewarnaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah teknik pewarnaan colet menggunakan zat warna Indigosol. Zat warna Indigosol merupakan salah satu zat warna sintetis yang menghasilkan warna pastel dan memerlukan penyinaran sinar matahari terik sebagai tahapan pra-oksidasi. Permasalahan muncul manakala cuaca mendung atau hujan. Proses pewarnaan menjadi tidak optimal atau bahkan tidak dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan memberikan solusi bagi permasalahan diskontinuitas produksi kain batik coletan dengan warna Indigosol. Rancang bangun meja colet menggunakan pendekatan Pahl dan Beitz. Berdasarkan pendekatan sistematis, dihasilkan rancangan meja colet dengan menggunakan teknologi ultraviolet sebagai pengganti sinar matahari yang digerakkan otomatis dengan mikrokontroler. Meja colet ini telah di-uji-cobakan secara fungsional dan memberikan hasil pewarnaan yang cerah disesuaikan dengan lamanya penyinaran. Abstract[The Design of Colet or Staining Process Workbench with Ultraviolet for Pre-Oxidation of Indigosol Dyes Using Pahl and Beitz Systematic Approach]  Technological innovation in the batik industry is experiencing developments that can encourage the acceleration of industrialization. The coloring process is an important process in producing batik with high aesthetic and economic value. The coloring process studied in this paper is the Colet staining technique using Indigosol dyes. Indigosol dye is a synthetic dye that produces soft colors and requires bright sunlight as a pre-oxidation stage. Problems arise when the weather is cloudy or rainy. The coloring process becomes not optimal or even impossible to produce. This study aims to provide a solution to the problem of discontinuity in the production of Coletan batik cloth with Indigosol dyes. The design of Colet Workbench using the Pahl and Beitz approach. Based on a systematic approach, a Colet Workbench design was produced using ultraviolet technology as a substitute for the sunlight which is driven automatically by a microcontroller. The Colet workbench has been tested functionally and provides bright staining results according to the length of irradiation.Keywords: engineering design; pencoletan; indigosol; Pahl and Beitz