Ahmad M Sewang
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Building Cultural Literacy through the Pattingalloang Boat Library Muhammad Qasim; Ahmad M Sewang; Muhammad Yaumi; Arifuddin Siraj
Khizanah al-Hikmah : Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Vol 7 No 2 (2019): December
Publisher : Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/kah.v7i2a3

Abstract

Menjadikan Indonesia negara maju adalah pekerjaan yang tidak mudah dan tidak dapat diwujudkan dalam waktu yang singkat. Dalam pengertian sederhana, literasi ialah kemampuan untuk memahami setiap bahan bacaan dan menulis. Pembangunan literasi budaya ialah syarat yang mesti dimiliki sebuah negara agar dapat memiliki sumber daya unggul. Penelitian ini menganalisis tantangan dan peluang Perpustakaan Perahu Pattingalloang dalam membangun literasi budaya. Kajian ini diharapkan dapat berkontribusi secara ilmiah kepada pemerintah dan bermanfaat bagi masyarakat luas dalam membangun literasi budaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menyajikan data-data empiris yang diperolah dari bahan bacaan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang besar akan tetapi akses ke bahan bacaan masih sangat terbatas. Kedua, Perahu Pustaka Pattingalloang hadir karena dua alasan yakni budaya literasi dan literasi budaya, dan ketiga perahu ini menjadi kontribusi nyata masyarakat dalam membangun literasi.ABSTRACT:Building Indonesia to become a developed country is not an easy task and cannot be realized in a moment. Literacy is the ability to understand reading materials and the ability to write. The establishment of cultural literacy is the main prerequisite that can build a nation's human resources. The purpose of this paper is to analyze the challenges and opportunities of the Pattingalloang boat library in developing cultural literacy. The expected of this study is to scientifically contribute to the government and the public in harmonizing acceleration and description of building a cultural literacy. The study uses a descriptive qualitative method by presenting various relevant empirical facts and the data were obtained through relevant documents. The results concluded that firstly the Indonesian people have an interest in reading but the media to support it is still very limited. Secondly, the presence of the Pattingalloang library boat boils down to two things namely literacy culture and cultural literacy. The last was the Pattingalloang library boat became a means of evidence of community contributions in developing cultural literacy.
Tradisi Mappande Sasi' di Dusun Tangnga-tangnga Kabupaten Polewali Mandar (Studi Budaya Islam) Nur Annisa; Ahmad M Sewang; Wahyudin G
Rihlah : Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Vol 8 No 2 (2020): History of Culture
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/rihlah.v8i2.15784

Abstract

This research explain about the implementation procession and the meaning of the traditional symbol of mappande sasi in the in societyTangnga-Tangnga hamlet, Polewali Mandar Regency, which is carried out once a year in mid-March where this month is considered a change in the season of moving west to east winds accompanied by strong waves. On the coast. The sea feeding event is held in the morning until the completion of the event and the first is the procession of raising funds, secondly slaughtering the chicken, the third washing away the food, the fourth eating together, and the fifth releasing the sandeq boat race (West Sulawesi’s fastest boat). The tradition of mappande sasi is one of the community traditions believed by fishermen to resist disasters during fishing activities. Penelitian ini menjelaskan tentang prosesi pelaksanaan dan makna simbol tradisi mappande sasi’ pada masyarakat Tangnga-Tangnga Kabupaten Polewali Mandar yaitu dilaksanakan satu kali dalam setahun pada pertengahan bulan Maret di mana bulan ini dianggap sebagai pergantian musim berpindahnya angin Barat ke Timur disertai dengan kencangnya ombak di pesisir pantai. Acara mappande sasi’ dilaksanakan pada pagi hari sampai selesainya acara berlangsung dan adapun prosesi pelaksanaannya yang pertama pengumpulan dana, kedua pemotongan ayam, ketiga menghanyutkan makanan, ke empat makan bersama, dan kelima pelepasan lomba perahu sandeq (perahu tercepat Sulawesi Barat).Tradisi mappande sasi’ merupakan salah satu tradisi masyarakat yang diyakini oleh masyarakat para nelayan untuk menolak bencana selama melakukan aktivitas melaut.