Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Manusia Sempurna Menurut Al-Jili Dirhamzah Dirhamzah
Al-Hikmah Journal for Religious Studies Vol 23 No 1 (2021): June
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-hikmah.v23i1.21718

Abstract

ABSTRACT This article discusses the concept of "Insan Kamil" according to Al-Jili. The concept of his thought is written in his book entitled "al-Insan al-Kamil fi Ma'rifat-I 'l-awãkhir wa' l-Awã'il". A perfect human being according to Al-Jili is a human being the mirror of God or a human being a copy of God. In al-Jîlî's view the most perfect tajalli container of god and none other is Nur Muhammad, according to him Nur Muhammad has existed since before this universe existed. Nur Muhammad moved from one generation to the next in various forms of prophets, starting from the Prophet Adam As to the closing Prophet, then moved to the guardians and ending with the closing guardian (khatam auliyâ), namely Isa as who will descend at the end time. Such is the process of tajalli (self -appearance) of Allah in the universe. His most perfect tajalli container is a perfect human being in the form of the Prophet Muhammad saw. Because the Prophet Muhammad is a human being who is considered to have reached a degree of perfection in his life. Keywords: Al-Jili, Insan Kamil, Nur Muhammad ABSTRAK Artikel ini membahas tentang konsep “Insan Kamil’ menurut pandangan Al-Jili. Konsep pemikirannya tersebut ditulis dalam bukunya yang berjudul “al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat-I ‘l-awãkhir wa ‘l-Awã’il”. Insan kamil menurut Al-Jili adalah manusia cermin tuhan atau manusia copy (nuskah) tuhan. Dalam pandangan al-Jîlî wadah tajalli tuhan yang paling sempurna dan tidak ada yang lain adalah Nur Muhammad, menurutnya Nur Muhammad telah ada sejak sebelum alam ini ada. Nur Muhammad berpindah-pindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, mulai dari Nabi Adam As hingga pada Nabi penutup, kemudian berpindah kepada para wali dan berakhir pada wali penutup (khatam auliyâ), yaitu Isa as yang akan turun pada akhir zaman. Demikian proses tajalli (penampakan diri) Allah pada alam semesta. Wadah tajalli-Nya yang paling sempurna adalah insan kamil dalam wujud Nabi Muhammad saw. Karena Nabi Muhammad-lah manusia yang dinilai telah mencapai derajat kesempurnaan dalam hidupnya.
TINJAUAN UMUM PERILAKU HEWAN DI INDONESIA DAN INTEGRASI KEILMUANNYA Syarif Hidayat Amrullah; Dirhamzah Dirhamzah; Aswar Rustam; Hasyimuddin Hasyimuddin
Teknosains Vol 15 No 1 (2021): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v15i1.15379

Abstract

Hewan merupakan salah satu dari kerajaan dalam sistematika makhluk hidup di bawah Domain Eukarya. Perilaku didefinisikan sebagai aksi atau tindakan yang dapat mengubah pola hubungan atau interaksi antara suatu organisme dengan lingkungannya. Perilaku hewan meliputi tindakan, aktivitas; agresi; suara hewan; penerbangan mencari makan; berburu; bahasa; belajar; perkawinan; gerakan; bermain; refleks; tanggapan; menyusui; renang; simbiosis: territorial; mengibas sayap, dan lain sebagainya. Studi tentang perilaku hewan dikenal dengan sebutan etologi. Keanekaragaman genetik, jenis, dan ekosistem yang dimiliki oleh setiap individu hewan yang berbeda akan menyebabkan perilaku yang berbeda pula dalam menanggapi stimulus yang ada, baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan di sekitarnya. Perilaku hewan di Indonesia antara lain: perilaku nyamuk menghisap darah sekaligus menjadi vektor penyakit seperti filariasis, perilaku bertahan bulu babi dan perilaku kawin teripang, perilaku berjemur (istirahat) pada buaya, perilaku mencari makan dan menghidupi keluarga pada burung julang, perilaku dewasa dan pradewasa pada rusa, perilaku harimau di habitat asli dan buatan, serta perilaku reproduksi dan pengasuhan pada primata. Meskipun hewan selalu diasosiakan sebagai makhluk rendah daripada manusia sesungguhnya darinya banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Al-Quran mengisyaratkan bahwa kita bisa belajar dari hewan. Dalam surah an-Nahl (16) ayat 66 Allah swt. Berfirman: “Sesungguhnya pada hewan ternak ada pelajaran bagimu”. Bahkan manusia dari awal sudah belajar dari hewan, berupa burung. Hal tersebut tergambar dalam Surah al-Maidah (5) ayat 31 yang menyatakan, “Maka Allah mengutus burung gagak menggali tanah untuk menunjukkan kepadanya cara mengubur mayat saudaranya
ADAKAH HUTAN MANGROVE DI MASA DEPAN? Aswar Rustam; Syarif Hidayat Amrullah; Dirhamzah Dirhamzah
Teknosains Vol 14 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v14i2.15417

Abstract

Ekosistem hutan mangrove sejatinya memiliki potensial produksi yang sangat tinggi. Tidak diragukan lagi bahwa hutan mangrove mampu meredam kecepatan dan kekuatan gelombang. Ekosistem mangrove sangat rentang jika dihadapkan dengan perkembangan kota. Kenyataannya, proyek tersebut terkadang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Masyarakat yang merasakan dampak yang paling besar adalah nelayan. Pemerintah terkadang secara paksa memperoleh hak atas wilayah pesisir dari masyarakat, kemudian membuka hutan mangrove, lalu menimbunnya dengan pasir untuk kepentingan pembangunan proyek. Penelitian terbaru mengenai kematian spesies mangrove menjelaskan bahwa spesies yang tergolong dalam mangrove mungkin terpengaruh oleh perubahan iklim dunia. Rehabilitasi merupakan strategi kunci untuk mengimbangi deforestasi mangrove yang terus berlanjut di seluruh wilayah tropis.
The Essence of Effective and Efficient Learning Baso Syafaruddin; Dirhamzah Dirhamzah
Journal of Islam and Science Vol 7 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jis.v7i1.15909

Abstract

To realize effective learning in terms of conditions and atmosphere as well as efforts to maintain it, the educator, as the guide, must be able to carry out the learning process optimally. Besides, to create an atmosphere and conditions that are effective in learning, there must be certain supporting factors such as the learning environment, the expertise of educators in teaching, adequate facilities and facilities as well as good cooperation between educators and students. These efforts are efforts to create and maintain conducive, optimal, and pleasant learning conditions and atmosphere so that the learning process can run effectively. Also, the learning objectives of achievement can be maximally achieved.
SOIL AS MATERIAL FOR THE CREATION OF HUMANS, PERSPECTIVES FROM THE HOLY QURAN AND SCIENCE Dirhamzah Dirhamzah; Syarif Hidayat Amrullah
Journal of Islam and Science Vol 9 No 1 (2022): January-June
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jis.v9i1.28960

Abstract

Research in this paper discusses soil as a material for human creation using the method of literature study (library research). As the results found that humans were created from the soil, in the sense that all humans are sourced from the basic material of wet soil (Thiin), then Adam as the first man created from dry soil (Turab) which is a soil that has undergone processes and stages of change, from Thiin, to Min Thiin Lazibin (Clay), to Shalshalin Min Hammain Masnun (clay from black mud), became Shalsalin Kalfahar (dry clay like pottery), then became Turab (dust soil dust/loose soil). While humans are generally created through a biological process that is the meeting between male sperm and female ovum, where the sperm comes from the soil essence (Sulalaten min Thiin). The creation of man from the soil has been justified by the discovery of science that the chemical elements present in the soil are the same as the chemical elements in the human body, namely in the form of iron (Fe), copper (Cu), cobalt (Co), manganese (Mn), and so on. With the addition of the elements carbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N), and oxygen (O).
Keanekaragaman jenis fitoplankton di perairan tambak udang putih di Kelurahan Bonto Kamase, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba Mildasari Mildasari; Fatmawati Nur; Hasyimuddin Hasyimuddin; Dirhamzah Dirhamzah
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 1 No 3 (2021): September-Desember
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.179 KB) | DOI: 10.24252/filogeni.v1i3.25606

Abstract

Fitoplankton merupakan mikroorganisme perairan yang memiliki peran sebagai bioindikator tercemarnya air dan organisme pengahasil makanan pertaman dalam rantai makanan di perairan. Penelitian ini dilakukan di tambak udang putih di Kelurahan Bonto Kamase, Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba. Analisis data yang digunakan adalah indeks keanekaragaman jenis dengan tujuan mengetahui kualitas air berdasarkan indeks keanekaragaman fitoplankton pada pertambakan udang putih. Pengambilan sampel air dilakukan di tiga stasiun pada waktu siang dan malam hari dan mengukur parameter fisika kimia perairan. Hasil identifikasi didapatkan berjumlah 21 spesies terdiri lima kelas yaitu kelas Bacillariophyceae, Chlorophycea, Cyanophyceae, Euglenaphyceae, Dinophyceae. Kelimpahan fitoplankton pada stasiun 1 siang hari yaitu 222 ind/l sedangkan pada malam hari 139.3 ind/l yang didominasi oleh Euglena dan Oscilatoria sp. Stasiun 2 siang hari yaitu 196.3 ind/l dan malam hari yaitu 184.6 ind/l yang didominasi oleh Mikrocystis aeruginosa. Sedangkan stasiun 3 siang hari yaitu 151 ind/l dan malam hari yaitu 136 ind/l yang didominasi oleh Euglena sp. Indeks keanekaragaman jenis di seluruh stasiun tergolong tinggi (H’>3,0) dan tergolong sedang (H’<3,0-1,0) serta kualitas air di perairan tambak termasuk perairan yang sangat cocok untuk kegiatan budidaya.
Identifikasi serangga diurnal di Kawasan Hutan Topidi, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Fia Alfianingsih; Dirhamzah Dirhamzah; Nurindah Nurindah
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 2 No 2 (2022): Mei-Agustus
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.185 KB) | DOI: 10.24252/filogeni.v2i2.29368

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah kepulauan dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam baik flora maupun fauna. Berdasarkan aktivitasnya serangga terdiri dari serangga nocturnal dan serangga diurnal, serangga diurnal merupakan serangga yang melakukan segala aktivitasnya pada siang hari, diantaranya untuk mencari makan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hewan yang tergolong serangga diurnal serta mendeskripsikan dan menyusunnya dalam satu klasifikasi. Metode yang digunakan yaitu Yellow pan trap atau wadah warna kuning yang diberi air detergen. Hasil yang diperoleh diperoleh 8 spesies yang mencakup 5 famili dari 4 ordo. Epilachna admirabilis (Kumbang koksi), Carpophilus dimidiatus (Kumbang getah), Diplacodes trivialis (Capung), Agriocnemis pygmae (Capung jarum), Passalus Sp. (Kumbang bertanduk), Dolichoderus thoracicus (Semut hitam kecil), Paratrechina longicornis (Semut merah), Camponotus carnelius (Semut hitam).
Analisis vegetasi tumbuhan bawah di Kawasan Hutan Konservasi Topidi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa Rara Sulfayanti; Dirhamzah Dirhamzah; Nurindah Nurindah
Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi Vol 3 No 1 (2023): Januari-April
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.543 KB) | DOI: 10.24252/filogeni.v3i1.30813

Abstract

Tumbuhan bawah merupakan kelompok tumbuhan yang berperan dalam menahan aliran permukaan, sehingga dapat menurunkan laju erosi. Tumbuhan bawah terlibat dalam interaksi antar spesies seperti kompetisi interspesifik, alelopati dan simbiosis. Analisis vegetatif adalah suatu metode yang digunakan dalam mempelajari komposisi maupun struktur pada suatu jenis vegetasi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi serta untuk mengetahui sebaran tumbuhan bawah yang ada pada kawasan hutan konservasi topidi Kecamatan Tinggimoncong. Penelitian dilakukan dengan metode irisan kuadrat dengan menentukan tempat penelitian secara purposive sampling yang dibagi menjadi 5 titik berukuran 2x2 m. Jenis tumbuhan bawah diidentifikasi dengan menggunakan aplikasi PlanNet. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan analisis vegetasi yang meliputi kerapatan (K), Kerapatan Relatif (Kr), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (Fr), dan Indeks Keanekaragaman (H’). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kawasan Hutan Konservasi Topidi Kecamatan Tinggimoncong ditemukan 22 spesies tumbuhan bawah. Vegetasi tumbuhan bawah yang ditemukan pada Kawasan Hutan Konservasi Topidi Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa adalah berjumlah 22 spesies. Spesies yang mendominasi adalah Digitaria sanguinalis dengan indeks nilai pentingnya yaitu 20,766. Nilai Indeks keanekaragaman vegetasinya adalah 4,881 dan tergolong memiliki keanekaragaman yang tinggi.