Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Identifikasi Makroinvertebrata Permukiman sebagai Aktivitas Belajar Daring di Era Pandemi Covid-19 Amrullah, Syarif Hidayat; Sijid, St. Aisyah; Zulkarnain, Zulkarnain
Journal Of Biology Education Vol 4, No 2 (2021): Journal Of Biology Education
Publisher : Tadris Biologi IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/jobe.v4i2.11930

Abstract

Salah satu habitat terrestrial bagi hewan makroinvertebrata adalah area permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hewan makroinvertebrata yang terdapat pada satu area permukiman. Hasil identifikasi digunakan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pengamatan langsung makroinvertebrata di permukiman dapat mendukung aktivitas pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19. Identifikasi makroinvertebrata dilakukan secara langsung dengan pedoman identifikasi lapangan dan dilanjutkan di Laboratorium Biologi FST UIN Alauddin Makassar. Lokasi pengambilan sampel ditentukan pada lima titik lahan yang dimiliki warga. Setiap titik dibuat quadrant transect berukuran 50 x 50 m berpusat pada tengah lahan tersebut, dengan 25 m masing-masing ke setiap arah mata angin. Pengambilan sampel dengan hand-shorting dan sweep net. Pengukuran variabel faktor lingkungan meliputi: suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban, dilakukan dua kali sehari. Respon mahasiswa terhadap pengamatan dipermukiman diketahui melalui pengisian Google Form. Data dianalisis secara deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilnya, ditemukan 23 jenis makroinvertebrata dalam 17 ordo, 5 kelas, dan 3 filum. Sebanyak 57% mahasiswa mengalami peningkatan pemahaman dengan aktivitas pengamatan langsung makroinvertebrata permukiman. Namun demikian, kegiatan tersebut dinilai belum cukup untuk mengakomodir pemahaman mahasiswa secara keseluruhan, dengan 64% mahasiswa masih merasa belum cukup memahami tentang invertebrata dan 87% mahasiswa menganggap pelaksanaan praktikum lapangan masih perlu untuk dilakukan.
TINJAUAN UMUM PERILAKU HEWAN DI INDONESIA DAN INTEGRASI KEILMUANNYA Syarif Hidayat Amrullah; Dirhamzah Dirhamzah; Aswar Rustam; Hasyimuddin Hasyimuddin
Teknosains Vol 15 No 1 (2021): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v15i1.15379

Abstract

Hewan merupakan salah satu dari kerajaan dalam sistematika makhluk hidup di bawah Domain Eukarya. Perilaku didefinisikan sebagai aksi atau tindakan yang dapat mengubah pola hubungan atau interaksi antara suatu organisme dengan lingkungannya. Perilaku hewan meliputi tindakan, aktivitas; agresi; suara hewan; penerbangan mencari makan; berburu; bahasa; belajar; perkawinan; gerakan; bermain; refleks; tanggapan; menyusui; renang; simbiosis: territorial; mengibas sayap, dan lain sebagainya. Studi tentang perilaku hewan dikenal dengan sebutan etologi. Keanekaragaman genetik, jenis, dan ekosistem yang dimiliki oleh setiap individu hewan yang berbeda akan menyebabkan perilaku yang berbeda pula dalam menanggapi stimulus yang ada, baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan di sekitarnya. Perilaku hewan di Indonesia antara lain: perilaku nyamuk menghisap darah sekaligus menjadi vektor penyakit seperti filariasis, perilaku bertahan bulu babi dan perilaku kawin teripang, perilaku berjemur (istirahat) pada buaya, perilaku mencari makan dan menghidupi keluarga pada burung julang, perilaku dewasa dan pradewasa pada rusa, perilaku harimau di habitat asli dan buatan, serta perilaku reproduksi dan pengasuhan pada primata. Meskipun hewan selalu diasosiakan sebagai makhluk rendah daripada manusia sesungguhnya darinya banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Al-Quran mengisyaratkan bahwa kita bisa belajar dari hewan. Dalam surah an-Nahl (16) ayat 66 Allah swt. Berfirman: “Sesungguhnya pada hewan ternak ada pelajaran bagimu”. Bahkan manusia dari awal sudah belajar dari hewan, berupa burung. Hal tersebut tergambar dalam Surah al-Maidah (5) ayat 31 yang menyatakan, “Maka Allah mengutus burung gagak menggali tanah untuk menunjukkan kepadanya cara mengubur mayat saudaranya
ADAKAH HUTAN MANGROVE DI MASA DEPAN? Aswar Rustam; Syarif Hidayat Amrullah; Dirhamzah Dirhamzah
Teknosains Vol 14 No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v14i2.15417

Abstract

Ekosistem hutan mangrove sejatinya memiliki potensial produksi yang sangat tinggi. Tidak diragukan lagi bahwa hutan mangrove mampu meredam kecepatan dan kekuatan gelombang. Ekosistem mangrove sangat rentang jika dihadapkan dengan perkembangan kota. Kenyataannya, proyek tersebut terkadang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Masyarakat yang merasakan dampak yang paling besar adalah nelayan. Pemerintah terkadang secara paksa memperoleh hak atas wilayah pesisir dari masyarakat, kemudian membuka hutan mangrove, lalu menimbunnya dengan pasir untuk kepentingan pembangunan proyek. Penelitian terbaru mengenai kematian spesies mangrove menjelaskan bahwa spesies yang tergolong dalam mangrove mungkin terpengaruh oleh perubahan iklim dunia. Rehabilitasi merupakan strategi kunci untuk mengimbangi deforestasi mangrove yang terus berlanjut di seluruh wilayah tropis.
STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA SALURAN MATA AIR LANGLANG DENGAN VEGETASI RIPARIAN YANG BERBEDA DI DESA NGENEP, KABUPATEN MALANG, JAWA TIMUR Devi Armita; Hafizhah Al Amanah; Syarif Hidayat Amrullah
Teknosains Vol 15 No 2 (2021): Mei-Agustus
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v15i2.19520

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos pada saluran mata air Langlang yang terdapat di Desa Ngenep Kabupaten Malang sebagai interpretasi dari kualitas perairan dengan melihat pengaruh dari kualitas riparian yang ada di sekitar mata air tersebut. Lokasi penelitian terdapat di Desa Ngenep, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pengambilan dan analisis contoh air dilakukan di lokasi pengambilan sampel (in situ) dan di laboratorium. Parameter kualitas air yang dianalisis dan dikaji adalah parameter pH, kecerahan, DO, konduktivitas, kecepatan arus, kedalaman, turbiditas, substrat, dan suhu. Lokasi penelitian dilakukan di dua stasiun dengan tiga segmen pada tiap stasiun. Penentuan lokasi sampling (stasiun) dilakukan dengan metode purposive sampling yang didasarkan pada kondisi riparian yang terdapat di saluran irigasi sehingga dapat dibandingkan pengaruh kondisi riparian terhadap kualitas perairan di sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan deskriptif yaitu memberi gambaran tentang kualitas air di saluran mata air Langlang. Hasil yang diperoleh terkait struktur komunitas makrozoobentos yang ditemukan pada stasiun I dan stasiun II relatif sama. Pada stasiun I ditemukan 14 taksa dengan indeks diversitas (H’) sebesar 3,35 sedangkan pada stasiun II ditemukan 15 taksa dengan indeks diversitas (H’) sebesar 2,86. Sedangkan untuk penentuan kualitas air berdasarkan nilai Family Biotic Index (FBI) diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa nilai FBI stasiun I sebesar 4,19 yang berarti kualitas air pada stasiun ini berada pada kategori sangat bagus, sedangkan stasiun II sebesar 4,56 yang berarti kualitas air pada stasiun ini berada pada kategori bagus. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan pada tiap stasiun, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa vegetasi riparian pada stasiun I lebih bagus bila dibandingkan vegetasi riparian pada stasiun II, dilihat dari persentase penutupan jenis tumbuhan baik itu pohon, semak, maupun herba. Hasil korelasi Pearson antara kelimpahan makrozoobentos dan persentase tutupan riparian menunjukkan bahwa persentase penutupan jenis tumbuhan pada vegetasi riparian akan mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos yang terdapat di perairan tersebut.
Pengendalian Hayati (Biocontrol): Pemanfaatan Serangga Predator sebagai Musuh Alami untuk Serangga Hama (Sebuah Review) Syarif Hidayat Amrullah
Prosiding Seminar Biologi Vol 5 No 1 (2019): PROSIDING SEMINAR BIOLOGI BIODIVERSITAS INDONESIA
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v5i1.11890

Abstract

Serangga sebagai organisme pemilik spesies terbanyak di Bumi memiliki peranan yang berbeda-beda di alam, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Kelompok serangga merugikan salah satunya adalah serangga hama, terdiri dari serangga herbivora yang menyerang tanaman budidaya juga dikenal sebagai Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Sedangkan kelompok serangga menguntungkan salah satunya adalah serangga predator, yang menjadi pemangsa dari serangga lain. Pemanfaatan serangga predator untuk mengendalikan populasi serangga hama dikenal dengan istilah pengendalian hayati (biocontrol). Biocontrol telah banyak digunakan di berbagai daerah di Indonesia untuk mendukung kebijakan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang berwawasan lingkungan, namun khusus di Sulawesi Selatan masih sangat minim pengaplikasiannya. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian tentang pengendalian hayati, terutama terhadap hama pada tanaman komoditi utama daerah Sulawesi Selatan.
Keanekaragaman flora kandidat antioksidan dalam memperbaiki kualitas spermatozoa yang telah terpapar asap rokok Zulkarnain Zulkarnain; St. Aisyah Sijid; Syarif Hidayat Amrullah; Rusmadi Rukmana; Nurman Nurman; Rahmat Fajrin Alir
Prosiding Seminar Biologi Vol 6 No 1 (2020): PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI DI ERA PANDEMI COVID-19 (OKTOBER 2020)
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v6i1.15251

Abstract

Rokok dengan segala kandungan kimianya memiliki dampak bagi kesehatan, salah satunya adalah gangguan kesuburan pada pria. Seperti diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas yang mempengaruhi kinerja sistem reproduksi pria khususnya pada spermatozoa baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil eksplorasi flora di Indonesia yang berpotensi sebagai kandidat antioksidan dalam memerangi radikal bebas yang terpapar asap rokok. Ada beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai calon antioksidan antara lain daun katuk (Sauropus androgynus), buah kersen (Muntingia calabura), ekstrak jintan hitam (Nigella sativa), nanas (Ananas comosus L), buah Juwet (Syzygium cumini L.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dan buah semangka (Citrullus vulgaris). Hasil eksplorasi berupa tes di laboratorium menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas spermatozoa.
Analisis fisika kimia perairan industri Panply terhadap kerapatan mangrove dan kepadatan kepiting bakau Tri Sutriani Syam; Pauline Destinugrainy Kasi; Sunarti Cambaba; Syarif Hidayat Amrullah
Prosiding Seminar Biologi Vol 7 No 1 (2021): PROSIDING BIOLOGI ACHIEVING THE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS WITH BIODIVERSITY I
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v7i1.24532

Abstract

Ekosistem mangrove berperan penting dalam ekologi laut dan pesisir, salah satunya adalah sebagai tempat pemijahan dan pembesaran (nursery ground) bagi kepiting bakau. Kepiting bakau merupakan salah satu fauna akuatik yang hidup di sekitar hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis mangrove dan jenis kepiting bakau yang ada di sekitar perairan PT Panply dan pengaruh parameter lingkungan terhadap kerapatan mangrove dan kepadatan kepiting bakau di perairan industri Panply. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik jejajah atau eksplorasi yaitu terjun langsung di lapangan dalam melakukan pengamatan dan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada 2 stasiun, stasiun I berada tepat di belakang PT Panply sedangkan stasiun II berada sekitar 100 meter dari PT Panply. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di area industri Panply ditemukan 4 jenis mangrove yang terdiri dari Rhizophora mucronata, R. apiculata, Avisennia alba, dan Sonneratia alba. Serta 3 jenis kepiting bakau yang terdiri dari Scylla serrata, S. olivacea, dan S. tranquebarica. Terdapat korelasi antara kerapatan mangrove dengan suhu 0,667 (kuat). Korelasi antara kerapatan mangrove dengan pH 0,179 (sangat rendah). Korelasi antara kerapatan mangrove dengan salinitas, tidak dapat ditentukan nilai korelasinya karena data yang ada seragam. Korelasi antara kerapatan mangrove dengan kecerahan 0,148 (sangat rendah). Selain itu, didapatkan hubungan antara kepadatan kepiting bakau dengan fisika kimia air yaitu korelasi antara kepadatan kepiting bakau dengan suhu 0,879 (sangat kuat). Korelasi antara kepadatan kepiting bakau dengan pH 0,407 (sedang). Korelasi antara kepadatan kepiting bakau dengan salinitas 0,667 (kuat). Korelasi antara kepadatan kepiting bakau dengan kecerahan 0,333 (rendah).
Analisis morfologi dan kadar protein ikan bandeng (Chanos chanos) dari tambak budidaya monokultur dan polikultur (Gracilaria sp.) di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu Lilis Minarseh; Suhaeni Suhaeni; Syarif Hidayat Amrullah
Prosiding Seminar Biologi Vol 7 No 1 (2021): PROSIDING BIOLOGI ACHIEVING THE SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS WITH BIODIVERSITY I
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v7i1.24534

Abstract

Chanos chanos alias ikan bandeng populer di Indonesia sebab mempunyai daging yang pulen serta harga terjangkau. Mudahnya pembudidayaan pada tambak monokultur serta polikultur menjadi salah satu penyebab melimpahnya ikan bandeng di Indonesia. Tujuan penelitian ini guna mengetahui (1) perbandingan morfologi dan parameter abiotik habitat (fisiko–kimia); (2) kandungan protein ikan bandeng yang dibudidayakan secara monokultur serta polikultur (Gracilaria sp.) di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Penelitian ini menggunakan prosedur deskriptif kuantitatif dengan membandingkan morfologi dan abiotik habitat (fisiko–kimia; pH, salinitas, suhu) serta kandungan protein ikan bandeng dengan analisis metode Kjeldahl. Hasil penelitian pada ikan bandeng (umur 6 bulan dan berat 1 kg) diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Perbedaan hanya pada sisi dorsal tubuh berwarna hitam kebiruan dan sisi ventral tubuh berwarna putih bersih serta warna nampak berkilau (dari budidaya monokultur) dengan pH 6,2–6,3, salinitas 3,6‰–3,9‰ dan temperatur 29,3℃–31,3℃, sedangkan sisi dorsal tubuh ikan bandeng yang nampak berwarna coklat kekuningan dan sisi ventral tubuh berwarna putih kekuningan serta warna nampak pucat (dari budidaya polikultur) disertai pH 6,0–6,5, salinitas 2,8‰–3,0‰ dan temperatur 29,0℃–33,0℃. Protein total tertinggi pada ikan bandeng budidaya monokultur yakni 23,20% dan polikultur yakni 23,12%. Besar kandungan protein total tersebut membuktikan bahwa ikan bandeng yang berasal dari habitat tambak budidaya secara monokultur maupun polikultur sama baiknya untuk dikonsumsi sebagai sumber protein untuk tubuh manusia. 
Identifikasi Makroinvertebrata Permukiman sebagai Aktivitas Belajar Daring di Era Pandemi Covid-19 Syarif Hidayat Amrullah; St. Aisyah Sijid; Zulkarnain Zulkarnain
Journal Of Biology Education Vol 4, No 2 (2021): Journal Of Biology Education
Publisher : Tadris Biologi IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/jobe.v4i2.11930

Abstract

Salah satu habitat terrestrial bagi hewan makroinvertebrata adalah area permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hewan makroinvertebrata yang terdapat pada satu area permukiman. Hasil identifikasi digunakan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana pengamatan langsung makroinvertebrata di permukiman dapat mendukung aktivitas pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19. Identifikasi makroinvertebrata dilakukan secara langsung dengan pedoman identifikasi lapangan dan dilanjutkan di Laboratorium Biologi FST UIN Alauddin Makassar. Lokasi pengambilan sampel ditentukan pada lima titik lahan yang dimiliki warga. Setiap titik dibuat quadrant transect berukuran 50 x 50 m berpusat pada tengah lahan tersebut, dengan 25 m masing-masing ke setiap arah mata angin. Pengambilan sampel dengan hand-shorting dan sweep net. Pengukuran variabel faktor lingkungan meliputi: suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban, dilakukan dua kali sehari. Respon mahasiswa terhadap pengamatan dipermukiman diketahui melalui pengisian Google Form. Data dianalisis secara deskriptif dan dilaporkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilnya, ditemukan 23 jenis makroinvertebrata dalam 17 ordo, 5 kelas, dan 3 filum. Sebanyak 57% mahasiswa mengalami peningkatan pemahaman dengan aktivitas pengamatan langsung makroinvertebrata permukiman. Namun demikian, kegiatan tersebut dinilai belum cukup untuk mengakomodir pemahaman mahasiswa secara keseluruhan, dengan 64% mahasiswa masih merasa belum cukup memahami tentang invertebrata dan 87% mahasiswa menganggap pelaksanaan praktikum lapangan masih perlu untuk dilakukan.
SOIL AS MATERIAL FOR THE CREATION OF HUMANS, PERSPECTIVES FROM THE HOLY QURAN AND SCIENCE Dirhamzah Dirhamzah; Syarif Hidayat Amrullah
Journal of Islam and Science Vol 9 No 1 (2022): January-June
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jis.v9i1.28960

Abstract

Research in this paper discusses soil as a material for human creation using the method of literature study (library research). As the results found that humans were created from the soil, in the sense that all humans are sourced from the basic material of wet soil (Thiin), then Adam as the first man created from dry soil (Turab) which is a soil that has undergone processes and stages of change, from Thiin, to Min Thiin Lazibin (Clay), to Shalshalin Min Hammain Masnun (clay from black mud), became Shalsalin Kalfahar (dry clay like pottery), then became Turab (dust soil dust/loose soil). While humans are generally created through a biological process that is the meeting between male sperm and female ovum, where the sperm comes from the soil essence (Sulalaten min Thiin). The creation of man from the soil has been justified by the discovery of science that the chemical elements present in the soil are the same as the chemical elements in the human body, namely in the form of iron (Fe), copper (Cu), cobalt (Co), manganese (Mn), and so on. With the addition of the elements carbon (C), hydrogen (H), nitrogen (N), and oxygen (O).