Ika Mustikaningtias
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Cholesterol Profile in The Dyslipidemia Patient Related to Pill Taking Time at Primary Healthcare in Purwokerto Ika Mustikaningtias; Hening Pratiwi; Laksmi Maharani
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 8 No 2 (2020): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.api.2020.8.2.2432

Abstract

Dyslipidemia is a lipid metabolism disorder in Indonesians aged >15 years old. Pharmacokinetics and pharmacodynamics of Statin, the drug of choice for dyslipidemia, are influenced by circadian rhytms and thus require timing of pill taking time. The aims of this study are to determine relationship between the respondent characteristics to blood ccholesterol level and the effect of taking Simvastatin in the afternoon on the cholesterol level’s profile. The results showed that only body mass index (BMI) had an effect on cholesterol level (p=0,016) with Pearson correlation -0,685 (p=0,029). The cholesterol level is lower in respondents whose BMI is not ideal. The difference of pill taking time, at 18.00-21.00 and 21.00-24.00, did not show a difference profile of cholesterol level during one month of therapy. This results indicate that Simvastatin can be taken in the time range 18.00-24.00 to control cholesterol level of dyslipidemia patients.
Pengobatan Berpotensi Tidak Tepat Berdasarkan Kriteria Beers 2015 Pada Pasien Geriatri di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Annisaa Ayu Nabilla; Esti Dyah Utami; Ika Mustikaningtias
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 7 No 1 (2019): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (35.883 KB) | DOI: 10.20884/1.api.2019.7.1.2412

Abstract

Geriatri berpotensi mengalami pengobatan berpotensi tidak tepat atau potentially inappropriate medications (PIMs). Kriteria Beers 2015 merupakan kriteria untuk mengidentifikasi PIMs. Pengambilan sampel secara retrospektif dengan pengambilan sampel acak sederhana. Hasil penelitian menunjukkan pasien paling banyak berusia 75-90 tahun, jenis kelamin laki-laki, lama rawat <7 hari dengan polifarmasi ≥5 macam obat. Dari 97 pasien, sebanyak 93 mengalami kejadian PIMs dengan 261 kejadian PIMs. Obat yang dihindari adalah omeprazol (31,57%). Obat yang masih bisa digunakan dengan hati-hati adalah furosemid (45,68%). Obat yang membutuhkan penyesuaian dosis adalah ranitidin (11,11%). Interaksi obat yang paling banyak adalah ketorolak dengan metilprednisolon (42,85%) dengan kondisi gagal jantung dan ginjal (28,57%).
Pengaruh Edukasi Penggunaan Obat pada Ibu Hamil dan Menyusui Terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu di Desa Cendana, Kutasari, Purbalingga Hanif Nasiatul Baroroh; Esti Dyah Utami; Laksmi Maharani; Ika Mustikaningtias
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 6 No 1 (2018): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.069 KB) | DOI: 10.20884/1.api.2018.6.1.1446

Abstract

Permasalahan kurangnya pengetahuan tentang penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui masih ditemui di masyarakat. Edukasi perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kader posyandu tentang penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui. Edukasi dilakukan dengan metode modul, ceramah dan diskusi. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden sebelum dan sesudah edukasi untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan peserta. Kuesioner berisi 10 item pertanyaan tertutup terkait pengetahuan penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui. Data dianalisis dengan uji statistik paired t-test. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan kader meningkat 25,73% dari rata-rata nilai pengetahuan awal setelah dilakukan edukasi. Setelah dilakukan edukasi ada peningkatan tingkat pengetahuan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi dengan metode modul, ceramah dan diskusi mampu meningkatkan pengetahuan kader Posyandu.
Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Konseling Apoteker di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Margono Soekarjo Purwokerto Siskha Novi Nugrahaheni; Hening Pratiwi; Ika Mustikaningtias
Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo Vol 7 No 2 (2019): Acta Pharmaciae Indonesia : Acta Pharm Indo
Publisher : Pharmacy Department, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.815 KB) | DOI: 10.20884/1.api.2019.7.2.2354

Abstract

Pasien penyakit kronis merupakan salah satu pasien yang perlu diberikan konseling. Konseling merupakan salah satu standar layanan kefarmasian di bidang farmasi klinis. Konseling dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Melalui pengukuran kepuasan, dapat diketahui sejauh mana mutu layanan kesehatan yang telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien. Pasien kronis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto ditempatkan di ruang perawatan bangsal penyakit dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap konseling apoteker di bangsal penyakit dalam RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional. Pasien dipilih sebagai sampel dengan metode total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepuasan pasien yang diadaptasi dari penelitian Jose et al. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Tingkat kepuasan pasien 36 responden adalah 79,93%, yang tergolong dalam kepuasan sedang. Aspek dengan kategori kepuasan baik terdapat pada pertanyaan apoteker, bahasa yang digunakan apoteker, dan cara interaksi apoteker saat konseling. Sementara aspek dengan kategori kepuasan sedang antara lain cara diskusi apoteker, privasi yang diberikan apoteker saat konseling, pengetahuan apoteker, respon apoteker, durasi konseling, dan informasi yang diberikan apoteker. Pasien rawat inap bangsal penyakit dalam RSUD Margono Soekarjo Purwokerto merasakan kepuasan kategori sedang terhadap layanan konseling apoteker.
Penyesuaian Dosis Digoxin pada Pasien Gagal Jantung di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto Masita Wulandari Suryoputri; Laksmi Maharani; Ika Mustikaningtias
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 19 No 2 (2021): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/jifi.v19i2.778

Abstract

Due to the high prevalence of heart failure in Indonesia causes the use of digoxin is increasing. The drug level in blood needs to be monitored because digoxin is a narrow therapeutic index drug. It is necessary to adjust the dose in the patient, so that clinical outcomes are achieve and toxic effects can be avoided if the estimated drug levels in the blood do not match the therapeutic range. The maintenance dose of oral digoxin is 0.0625 - 0.125 mg / day for heart failure patients and it is expected that the therapeutic range of digoxin in the blood range from 0.5 to 0.9 ng / ml. The purpose of this study was to determine the estimation of digoxin levels in blood in patients with heart failure and the calculation of dosage adjustments using a pharmacokinetic approach so that blood levels of drugs ware in the therapeutic range. This research employs a quantitative observational method conducted prospectively by using a total sampling technique. The results showed that the digoxin level of 4 patients (13,33%) were in the range of therapeutic range (0,50 – 0,90 ng/ml) and 26 patients (86,67%) exceed the therapeutic range (>1,00 ng/ml). Digoxin dose adjustment was made in 26 patients (86,67%) individually with an interval of every 24 hours in order to achieve Css according to the therapeutic range. Based on the results it can be concluded that in heart failure patients who have blood digoxin levels exceed the therapeutic range need dose adjustments to improve clinical outcomes and prevent toxicity in patients.
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Apoteker Pada Layanan Kefarmasian Di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, Dan Kedungbanteng Hening Pratiwi; Ika Mustikaningtias; Fajri Rifki Widyartika; Didik Setiawan; Khafidz Nasrudin; Leony Julietta
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.33 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v5i1.39273

Abstract

Semakin tingginya tuntutan masyarakat dan semakin berkembangnya pelayanan yang diberikan menuntut apoteker harus mampu memenuhi keinginan dan tuntutan masyarakat yang beragam. Penilaian kualitas layanan kefarmasian dapat dilakukan dengan cara mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang sudah diterima dalam pemenuhan harapan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran (general awareness), persepsi, harapan, dan pengalaman masyarakat terhadap peran apoteker dalam memberikan layanan kefarmasian di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode observasional. Penentuan apotek sebagai lokasi penelitian dilakukan stratified random sampling pada 23 apotek dan pengambilan sampel responden dengan accidental sampling kepada 110 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang selanjutnya dilakukan skoring dan analisis univariat secara deskriptif. Kemudian dilakukan kategorisasi dengan berdasarkan nilai median. Analisis persepsi masyarakat terhadap peran apoteker di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng memperoleh hasil diantaranya adalah sebanyak 65,45% masyarakat memiliki kesadaran (general awareness) yang baik, 63,64% memiliki persepsi baik, 59,09% memiliki harapan yang baik, dan 50% memiliki pengalaman yang baik terhadap peran apoteker pada layanan kefarmasian di apotek. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran (general awareness), persepsi, harapan, dan pengalaman masyarakat terhadap peran apoteker di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng cukup baik. Apoteker perlu menggunakan atribut praktik apoteker (jas atau name tag) di apotek untuk memudahkan masyarakat mengenali apoteker.