Deciyanto Soetopo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA TANI KELAPA KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT: STUDI KASUS DI KAMPAR, RIAU Mamat Haris Suwanda; Puspitasari Puspitasari; Deciyanto Soetopo; Chalid Talib
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v22n1.2019.p67-83

Abstract

Sustainability Analysis of Oil Palm Farming Business in Several Management and Types of Business Land in Kampar, Riau. Oil palm is one of the mainstay of export commodities and farmers' income, including cultivated on peat land. The use of peat land for agriculture is feared to threaten the sustainability of farming, mainly due to a decrease in environmental quality. Sustainability analysis of oil palm had objectives to assess the  sustainability index of oil palm farming system from some of the plasma management of  oil palm farmers and to to determine sensitive factors or leverage points as suggestions to improve the sustainability of  oil palm farming system especially on peatlands. Through multidimensional scalling (MDS) analysis based on five dimensions such as economic, ecological, social, technological, and legal and institutional. MDS analysis was carried out on six management models of oil palm farming.  The results of the analysis showed that the plasma  management of oil palm farmers assisted by private companies (PT. Agro Lestari) on peatlands was the highest level of sustainability, which index sustainability was 60.2 or in a fairly sustainable category. Sensitive factors that can used as a determinant point of the sustainability of farming system, including market access , cultivated land area of farmers, and reasonable prices (economic dimension); maturity of peat land, and the existence of cover crops as ground cover plants (ecological dimension); negative  oil palm issues, the role of farmer groups and availability of labor at the local level (social dimension); availability of road facilities (technology dimension); companion effectiveness, ease of licensing, and integration and contribution of existing institutions in the regions related to  oil palm farming system (legal and institutional dimensions). Those sensitive factors were  leverage points that need to be considered and encouraged in  their implementation so that the sustainability of oil palm farming system continues to increase.  Keywords: oil palm, sustainability index, MDS analysis, peatland ABSTRAKKelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan ekspor dan pendapatan petani, diantaranya diusahakan di lahan gambut. Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian dikhawatirkan akan mengancam keberlanjutan usahatani terutama akibat penurunan kualitas lingkungan. Analisis keberlanjutan usaha tani kelapa sawit ini mempunyai tujuan untuk menilai indeks keberlanjutan usaha tani kelapa sawit dari beberapa manajemen pengelolaan kelapa sawit petani plasma, dan menentukan faktor peka atau titik ungkit sebagai saran dalam meningkatkan keberlanjutan usaha tani kelapa sawit khususnya di lahan gambut, dengan menggunakan analisis Multi-Dimensional Scaling (MDS) berdasarkan  lima dimensi yaitu ekonomi, ekologi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan. Analisis MDS dilakukan terhadap enam model manajemen pengelolaan usaha tani kelapa sawit. Hasil analisis menunjukkan manajemen pengelolaan kelapa sawit petani plasma binaan perusahaan swasta (PT. Agro Lestari) di lahan gambut merupakan model manajemen pengelolaan usaha tani kelapa sawit yang paling tinggi tingkat keberlanjutannya, dengan indeks keberlanjutan 60,2 atau masuk katagori cukup berkelanjutan. Faktor peka yang dapat menjadi titik ungkit dalam dimensi ekonomi meliputi akses pasar, luas lahan garapan petani, dan harga TBS yang layak, faktor peka dalam dimensi ekologi adalah kematangan lahan gambut, dan keberadaan tanaman cover crops sebagai tanaman penutup tanah. Faktor peka pada dimensi sosial di antaranya isu negatif kelapa sawit, peran kelompok tani dan ketersediaan tenaga kerja di tingkat lokal, faktor peka dalam dimensi teknologi adalah ketersediaan fasilitas jalan, sedangkan faktor peka pada dimensi hukum dan kelembagaan adalah efektivitas pendamping, kemudahan perijinan, serta keterpaduan dan kontribusi lembaga yang ada di daerah terkait usaha tani kelapa sawit. Faktor-faktor peka tersebut, merupakan titik ungkit yang perlu diperhatikan dan didorong dalam implementasinya agar keberlanjutan usaha tani kelapa sawit terus meningkat.Kata kunci: kelapa sawit, indeks keberlanjutan, analisis MDS, lahan gambut
URET PADA TANAMAN TEBU DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGENDALIANNYA DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN . Siswanto; . Sumanto; Deciyanto Soetopo
Perspektif Vol 15, No 2 (2016): Desember, 2016
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v15n2.2016.110-123

Abstract

AbstrakUret atau lundi merupakan hama endemis di berbagai wilayah tebu di Indonesia, terutama pada lahan kering dengan kandungan tanah dominan berpasir. Akibat serangan uret pada pertanaman tebu sering menyebabkan kehilangan  hasil gula cukup besar, yakni mampu menurunkan hasil gula hingga 50 % per ha. Di Indonesia tercatat ada 30 spesies uret, dan empat genera di antaranya berpotensi sebagai hama tebu yaitu Lepidiota, Leucopholis, Phyllophaga dan Apogonia, dan spesies Lepidiota stigma paling dominan di berbagai wilayah pengembangan tebu yang menghadapi masalah uret. Hampir semua Negara produsen gula tebu mengalami kendala serangan uret dalam usahatani tebunya, tetapi genus dan spesies uret yang menyerang umumnya berbeda di setiap Negara.  Strategi pengendalian uret di berbagai negara, sebagaimana halnya pengendalian hama dan penyakit saat ini lebih mengarah pada keamanan lingkungan dan kesehatan, yakni mengusahakan seminim mungkin penggunaan insektisida kimiawi sintetis dengan memadukan berbagai teknik pengendalian yang efisien, efektif dan kompatibel. Karena itu berbagai kegiatan penelitian dan pengendalian uret difokuskan pada pengembangan varietas toleran, pemanfaatan musuh alami, tindakan kultur teknis, serta cara mekanis dan fisik, yang kompatibel satu sama lain melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT).   Hasil penelitian penting terkait, antara lain:(1) Klon tebu toleran serangan uret di Indonesia PS862 dan Kenthung (khususnya L. stigma:), di Philipina klon CP29116,  di Thailand, varieties Uthong 3 dan K 88-92, (2) Entomophatogen serangga potensial pengendali uret: jamur Metharizium anisopliae, Beauveria bassiana, nematode Steinernema sp. Implementasi strategi pengendalian uret ramah lingkungan mendukung program pertanian berkelanjutan akan efektif bila diselaraskan dengan karakter biologi hama, sarana prasarana pengembangan perbenihan dan pengendali hayati, cukup memadainya pemahaman tentang pengendalian hama terpadu baik petani maupun para pengambil kebijakan terkait usaha tani tebu.Kata Kunci : Tebu, uret, pengendalian, pertanian berkelanjutanAbstract          White grubs are endemic pest in sugarcane plantation of Indonesia, mainly on the sandy loam dry land.  The pest attack would cause up to 50%  loss of yield  in a ha.  In Indonesia there are 30 species of grubs related to sugarcane plantation, while four of them dominantly are Lepidiota, Leucopholis, Phyllophaga dan Apogonia, but the species of Lepidiota stigma is the most dominant in the plantation which usually have severe  problem on grubs infestation. Most of sugarcane producing countries are undergone the grubs problem in their plantation though in different genus or species. In the decade, the grubs control to be developed in some countries are directing to friendly environment strategy supporting sustainable agricultural development, by minimizing the use of chemical insecticides.  Therefore research and development for the grubs control in Indonesia are also focusing on these strategy such as the development of tolerant varieties/klones,the use of natural enemies, cultivation methods, as well as mechanize and physical control methodes. Research results showed (1) PS862 and Kenthung klones are tolerant to L. stigma, (2) Entomophatogenic agents such as Metharizium anisopliae, Beauveria bassiana, Steinernema sp. To implement the strategy of friendly environment control supporting sustainable agricultural program would be effective by understanding the biological character of grubs, development infrastructure for superior seeds and biological control agents, empowering farmer and policy makers concerning  sugarcane plantation.Keyword: Sugarcane, whitegrubs, control strategy, sustainable agriculture
STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT SAPI Strategies for Increasing the Use of Organic Fertilizers in the Palm Cattle Integration System Suci Wulandari; Deciyanto Soetopo
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.136-148

Abstract

AbstrakABSTRAKSistem integrasi sawit sapi merupakan salah satu model penerapan teknologi yang memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas sawit. Pola manajemen ternak (intensif, semi intensif, dan ekstensif) memberikan potensi dan permasalahan yang berbeda terhadap penggunaan pupuk organik yang bersumber dari ternak sapi. Tulisan ini bertujuan untuk menelaah penyediaan dan pemanfaatan pupuk organik pada berbagai pola manajemen ternak, serta pemetaan kendala dan strategi dalam penerapannya. Manajemen ternak memberikan pengaruh yang berbeda dalam pengelolaan dan pemanfaatan pupuk organik ditinjau dari jumlah bahan baku, kemudahan pengelolaan bahan baku, efektivitas pemanfaatan pupuk organik, komponen biaya, dan aplikasi pupuk organik. Pola intensif memberikan peluang pengelolaan pupuk organik yang lebih baik. Dari sisi pengolahan dan aplikasi pada perkebunan sawit, pola intensif juga relatif lebih baik.  Pemanfaatan pupuk organik dari sistem integrasi sawit sapi masih dihadapkan pada berbagai kendala terkait dengan ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, ketersediaan tenaga kerja, pemasaran dan distribusi, serta minat dan pengetahuan petani. Berdasarkan kendala yang dihadapi, maka strategi mendorong pemanfaatan pupuk organik bertujuan untuk membangun sistem produksi yang menjamin ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, dan ketersediaan tenaga kerja. Selainuntuk meningkatkan minat petani, strategi juga bertujuan untuk menjamin distribusi dan pemasaran produk,sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kendala dan tujuan yang ingin dicapai, maka strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pupuk organik pada sistem integrasi sawit sapi terdiri dari: penguatan kelembagaan petani, pengembangan aspek kewirausahaan, percepatan alih teknologi melalui diseminasi partisipatif, pengembangan unit pengolahan pupuk organik berbasis agribisnis, pendirian unit percontohan, penguatan dukungan lembaga penelitian, peningkatan akses permodalan, serta  formulasi kebijakan mendukung sistem produksi dan pemanfaatan pupuk organik. Strategi dibangun dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan internal petani atau kelompok tani dan untuk memanfaatkan dukungan dari pihak lain.AbstractThe palm cattle integration system is a model for applying technology that can increase oil palm productivity. The cattle management model (intensive, semi-intensive, and extensive) provides different potentials and problems to organic fertilizers usage. This paper aims to examine the supply and use of organic fertilizers in various cattle management mode,also mapping constraints and application strategies. Livestock management has different effects in the management and utilization of organic fertilizers in terms of the number of raw materials, ease of management of raw materials, the effectiveness of organic fertilizers, cost components, and the application of organic fertilizers.The intensive system provides opportunities for better organic fertilizer management. In terms of processing and application in oil palm plantations, the intensive system is also relatively better. The use of organic fertilizers from the palm cattle integration system is still faced various obstacles related to the availability of raw materials, availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, availability of labor, marketing and distribution, and farmers’ interests and knowledge. Based on the constraints faced, the strategy aims to build a production system that ensures the availability of raw materials, the availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, and labor availability. The strategy also aims to provide product distribution and marketing, increase farmers’ interest, and increase farmers’ income. Based on the constraints and objectives,the strategies include strengthening farmer institutions, developing entrepreneurial aspects, accelerating technology transfer through participatory dissemination, developing agribusiness-based organic fertilizer processing units, establishing pilot units, enhancing the support of research institutions, increasing access to capital, and formulating policies to support the production and use of organic fertilizers. The strategy  is built to overcome farmers or farmer groups’ internal problems and take advantage of support from other parties.
STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT SAPI Strategies for Increasing the Use of Organic Fertilizers in the Palm Cattle Integration System Suci Wulandari; Deciyanto Soetopo
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.136-148

Abstract

AbstrakABSTRAKSistem integrasi sawit sapi merupakan salah satu model penerapan teknologi yang memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas sawit. Pola manajemen ternak (intensif, semi intensif, dan ekstensif) memberikan potensi dan permasalahan yang berbeda terhadap penggunaan pupuk organik yang bersumber dari ternak sapi. Tulisan ini bertujuan untuk menelaah penyediaan dan pemanfaatan pupuk organik pada berbagai pola manajemen ternak, serta pemetaan kendala dan strategi dalam penerapannya. Manajemen ternak memberikan pengaruh yang berbeda dalam pengelolaan dan pemanfaatan pupuk organik ditinjau dari jumlah bahan baku, kemudahan pengelolaan bahan baku, efektivitas pemanfaatan pupuk organik, komponen biaya, dan aplikasi pupuk organik. Pola intensif memberikan peluang pengelolaan pupuk organik yang lebih baik. Dari sisi pengolahan dan aplikasi pada perkebunan sawit, pola intensif juga relatif lebih baik.  Pemanfaatan pupuk organik dari sistem integrasi sawit sapi masih dihadapkan pada berbagai kendala terkait dengan ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, ketersediaan tenaga kerja, pemasaran dan distribusi, serta minat dan pengetahuan petani. Berdasarkan kendala yang dihadapi, maka strategi mendorong pemanfaatan pupuk organik bertujuan untuk membangun sistem produksi yang menjamin ketersediaan bahan baku, ketersediaan peralatan pengolahan dan bahan pembantu, ketersediaan modal, dan ketersediaan tenaga kerja. Selainuntuk meningkatkan minat petani, strategi juga bertujuan untuk menjamin distribusi dan pemasaran produk,sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan kendala dan tujuan yang ingin dicapai, maka strategi untuk meningkatkan pemanfaatan pupuk organik pada sistem integrasi sawit sapi terdiri dari: penguatan kelembagaan petani, pengembangan aspek kewirausahaan, percepatan alih teknologi melalui diseminasi partisipatif, pengembangan unit pengolahan pupuk organik berbasis agribisnis, pendirian unit percontohan, penguatan dukungan lembaga penelitian, peningkatan akses permodalan, serta  formulasi kebijakan mendukung sistem produksi dan pemanfaatan pupuk organik. Strategi dibangun dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan internal petani atau kelompok tani dan untuk memanfaatkan dukungan dari pihak lain.AbstractThe palm cattle integration system is a model for applying technology that can increase oil palm productivity. The cattle management model (intensive, semi-intensive, and extensive) provides different potentials and problems to organic fertilizers usage. This paper aims to examine the supply and use of organic fertilizers in various cattle management mode,also mapping constraints and application strategies. Livestock management has different effects in the management and utilization of organic fertilizers in terms of the number of raw materials, ease of management of raw materials, the effectiveness of organic fertilizers, cost components, and the application of organic fertilizers.The intensive system provides opportunities for better organic fertilizer management. In terms of processing and application in oil palm plantations, the intensive system is also relatively better. The use of organic fertilizers from the palm cattle integration system is still faced various obstacles related to the availability of raw materials, availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, availability of labor, marketing and distribution, and farmers’ interests and knowledge. Based on the constraints faced, the strategy aims to build a production system that ensures the availability of raw materials, the availability of processing equipment and supporting materials, availability of capital, and labor availability. The strategy also aims to provide product distribution and marketing, increase farmers’ interest, and increase farmers’ income. Based on the constraints and objectives,the strategies include strengthening farmer institutions, developing entrepreneurial aspects, accelerating technology transfer through participatory dissemination, developing agribusiness-based organic fertilizer processing units, establishing pilot units, enhancing the support of research institutions, increasing access to capital, and formulating policies to support the production and use of organic fertilizers. The strategy  is built to overcome farmers or farmer groups’ internal problems and take advantage of support from other parties.
PENATAAN VARIETAS TEBU, SALAH SATU STRATEGI PENTING DALAM PENINGKATAN PRODUKSI GULA NASIONAL I Ketut Ardana; Deciyanto Soetopo; Syafaruddin Syafaruddin
Perspektif Vol 15, No 2 (2016): Desember, 2016
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v15n2.2016.124-133

Abstract

National sugar production of Indonesia was relatively stagnant in the period of (2010-2014) it’s about 2,5 milion ton, due to low produktivity and sugar rendement as well as a big constrain on sugarcane extensification program. Cropping patern arrangement of sugarcane varieties is very important for increasing sugarcane productivity and rendement, to achieve self sufficiency in sugar production and consumption. The proportion of suitable varieties planting in sugarcane areas is unideal, tend to be excesive for late varieties. Principally, landscapping of sugarcane varieties is planting superior varieties of sugarcane (highly productivity and rendement) which appropriate to planting system, maturity character, harvesting time and processing of sugar in sugar manufacture to gain maximum yield. In Indonesia case for period of 2015-2019, the superior varieties should be choosed which having potencial produktivity > 90 ton per ha and rendement > 9 %, for all maturity group of varieties (early, moderate and late), which suitable for areas development of sugarcane. The important step in the near future are (1). Mapping and determining available superior varieties of sugarcane which suitable for planting at the time periods, (2) Producing seeds of superior varieties, (3) Developing areas of sugarcane, intensification of sugarcane cultivation and developing good management of sugarcane manufacture (PG), (4) Supporting research for producing the most superior sugarcane varieties which are more than superior varieties available in Indonesia at the moment., (5) Highly commitment of all stakeholder to apply the program of cropping patern arrangement for sugarcane varieties in all development areas.