Fauziah, Nisa
Division Of Parasitology Department Of Biomedical Science Faculty Of Medicine Universitas Padjajaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM. 21, Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Global Medical and Health Communication

Effectiveness of Various Mosquito Attractant Solutions to Control Mosquito Population Lia Faridah; Christian Albert; Nisa Fauziah
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.125 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.2974

Abstract

The vector-borne disease is a disease caused by an organism that can transmit disease between human or animal to human. In Indonesia, several vector-borne diseases are a burden of the government including dengue fever, chikungunya, filariasis, and malaria. The attractive baited lethal ovitrap (ALOT) is a novel strategy to alleviate mosquito populations in three main actions: attraction, an adulticide, and larvacide. Research using plant infusion can attract mosquitoes to lay their eggs is needed. This study aims to compare the effectiveness of the mosquito repellent solution using materials from organic waste in Bandung. This study was a quantitative analytic study with a quasi-experimental design conducted in the Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran area in October 2016–July 2017. Research subjects are mosquito eggs in a solution which placed at 25 different places for every solution. The analysis was performed using Kruskal-Wallis test followed by the Dunn test. The result of the Kruskal-Wallis test indicates the difference of effectiveness of each solution (p<0.05). Based on the results of the Dunn test, the most significant difference found in the solution of wood shavings with the vegetable waste solution and the solution of wood shavings with corn straw (p<0.05). In conclusion, there is a difference in the effectiveness of the mosquito repellent solutions and the most attractive solution for mosquitoes to oviposit is the corn straw solution. EFEKTIVITAS BERBAGAI LARUTAN PENARIK NYAMUK UNTUK MENGONTROL POPULASI NYAMUKPenyakit tular vektor adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme yang dapat mentransmisikan penyakit antarmanusia atau hewan ke manusia. Di Indonesia, terdapat beberapa penyakit tular vektor yang masih menjadi beban pemerintah, di antaranya demam berdarah, chikungunya, penyakit kaki gajah, dan malaria. Attractive baited lethal ovitrap (ALOT) merupakan strategi baru untuk menurunkan populasi nyamuk dalam tiga aksi utama, yaitu attraction, adulticide, dan larvacide. Penelitian terkait larutan dari tanaman yang dapat menarik nyamuk sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektivitas larutan penarik nyamuk dengan menggunakan bahan dari limbah organik yang ada di Kota Bandung. Penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain quasi-eksperimental yang dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran pada bulan Oktober 2016–Juli 2017. Subjek penelitian merupakan telur nyamuk yang ada pada larutan yang diletakkan pada 25 titik untuk setiap larutan. Analisis dengan Uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan Uji Dunn. Hasil penelitian dengan Uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan efektivitas tiap-tiap larutan (p<0,05). Berdasar atas hasil Uji Dunn, perbedaan yang paling signifikan terdapat pada larutan serutan kayu dengan larutan sampah sayur dan larutan serutan kayu dengan jerami jagung (p<0,05). Simpulan, terdapat perbedaan efektivitas larutan penarik nyamuk dan larutan yang menarik nyamuk paling banyak untuk bertelur adalah larutan jerami jagung.
Upaya Pengendalian Aedes aegypti di Desa Cibeusi dan Cikeruh Kecamatan Jatinangor berdasar atas Populasi Nyamuk Lia Faridah; Cica Lavemita; Uun Sumardi; Nisa Fauziah; Dwi Agustian
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.325 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i1.2586

Abstract

Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang umum terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Salah satu daerah endemis DBD adalah Kecamatan Jatinangor, kasus DBD tertinggi terjadi di Desa Cibeusi dan kasus terendah di Desa Cikeruh pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016. Teknik pengambilan sampel diambil secara sengaja (purposive sampling) dari dalam rumah di Desa Cibeusi dan Cikeruh. Setiap desa dipasang 10 perangkap nyamuk untuk 10 rumah meliputi luas wilayah 100×100 m2. Evaluasi hasil tangkapan dilakukan setiap 3 hari untuk setiap minggu selama 3 bulan. Data yang dicari adalah perbedaan jumlah nyamuk rata-rata dan upaya pengendalian Aedes aegypti di kedua desa. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Pada equal variance assumed, Sig. (2-tailed) sebesar 0,711 (p<0,05), hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah nyamuk rata-rata di kedua desa tidak berbeda bermakna secara statistik pada probabilitas 0,05. Upaya pengendalian Aedes aegypti yang telah dilaksanakan di Desa Cibeusi pada tahun 2016 adalah larvasidasi, sementara Desa Cikeruh melaksanakan fogging. Simpulan, upaya pengendalian vektor yang dilaksanakan Puskesmas Jatinangor dalam menurunkan angka kejadian DBD masih kurang. ASSESSMENT OF AEDES AEGYPTI CONTROL EFFORT IN CIBEUSI AND CIKERUH VILLAGES JATINANGOR SUB-DISTRICT BASED ON THE POPULATION OF MOSQUITOThe dengue hemorrhagic fever (DHF) is a common public health problem in Indonesia over the past few years which is transmitted by the bite of Aedes spp. One of the DHF endemic area is the Jatinangor sub-district, in 2014 Cibeusi village that had the highest number of DHF cases whereas the lowest number was recorded in Cikeruh village. This study used cross sectional design and it was conducted from September until November 2016. The sampling technique was purposive sampling from the residencies in Cibeusi and Cikeruh village. Each village was set up 10 mosquito traps for 10 houses covering an area 100×100 m2. Evaluation of the catches was done every 3 days per week for 3 months. Data to be found is the difference in mean number of mosquitoes and Aedes aegypti control efforts in both villages. The data collected was analyzed with unpaired t-test. Sig. (2-tailed) value at equal variance assumed was 0.711 (p<0.05), this showed that there was no statistically significant difference in the mean number of Aedes aegypti or it is not significant at 0.05 probability in both villages. Aedes aegypti control efforts on 2016 which have been held in Cibeusi village was larvaciding, while fogging activities in Cikeruh village as a control efforts. In conclusion, there is still lacking of vector control efforts undertaken by Jatinangor Public Health Center in reducing DHF incidence.