Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Tingkat Pengetahuan dan Respon Peternak Kambing Perah terhadap Penyakit Hewan Studi Kasus: Kelompok Tani “Simpay Tampomas” Cimalaka, Sumedang Widyastuti, Rini; Wira, Dwi Wahyudha; Ghozali, Mohammad; Winangun, Kikin; Syamsunarno, Mas Rizky Anggun Adipurna
Dharmakarya Vol 6, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.952 KB)

Abstract

Peternakan kambing perah merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kecapatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang. Pengelolaan peternakan masih dilakukan dengan cara tradisiona, sehingga perlu dilakukan upaya peningkatkan pengetahuan kelompok peternak kambing perah mengenai pengelolaan manajemen kesehatan kambing perah serta mencegah terjadinya kerugian akibat dampak penyakit.  Salah satunya adalah melalui kegiatan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit pada ternak terutama dari aspek klinis. Kegiatan diawali dengan survei lokasi, pemberian vitamin pada kambing perah, penyuluhan, pengisian kuesioner, pengolahan hasil kuesioner. Pada tahap akhir, dilakukan timbal balik (feedback) pada peternak atas hasil yang didapatkan dari pengobatan dan kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa tangka pengetahuan peternak terhadap penyakit hewan dan cara pencegahannya sudah cukup baik. Kasus yang banyak berkembang di daerahpeternakan tersebut adalh Scabies, mastitis dan Bloat dengan gejala umum berkurangnya nafsu makan dan demam. Peternak biasanya memberikan pertolongan pertama dengan memberikan air asam dan obat cacing. Berdasarkan hasil tersebut, dapat bahwa peternak telah memiliki tingkatpengetahuan penyakit yang baik tetapi belum memiliki pengetahuan untuk penangann penyakit secara memadai. 
Peningkatan Nilai Ekonomi Peternakan Kambing Perah PE dengan Metode Peternakan Sexing Indika, Deru R; Widyastuti, Rini; Syamsunarno, Mas Rizky Anggun Adipurna
Creative Research Journal Vol 4, No 01 (2018)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Provinsi Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.929 KB)

Abstract

Sedikitnya jumlah kambing yang diternak dengan model pengelolaan yang masih tradisional serta orientasi beternak yang masih mengutamakan menjual kambing untuk memenuhi kebutuhan daging menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kesejateraan peternak tidak terlalu meningkat. Salah satu upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan ekonomi dan kesejateraan masyarakat peternak tersebut adalah dengan melakukan penetrasi teknologi sexing spermatozoa kromosom X pembawa sifat betina. Dengan adanya penetrasi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan populasi kambing perah betina sehingga produksi susu kambing dapat ditingkatkan dan dapat menjadi alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakat. Penelitian ini akan menggunakan metode campuran antara pengujian laboratorium dan juga pendekatan kualitatif. Kedua hal ini dilakukan untuk mengetahui peluang peningkatan populasi ternak dengan metode sexing pembawa kromosom X dan juga untuk mengetahui kendala dan hambatan yang ditemui masyarakat secara sosial. Hasilnya, sistem peternakan sexing pendapatan yang didapat oleh peternak jauh lebih besar dibandingkan peternakan tradisional. Namun untuk dapat berhasil yang perlu diupayakan adalah untuk mengubah kebiasaan peternak agar mau dan mampu menerapkan perternakan sexing.
Kajian Pustaka: Pemanfaatan Herbal Berkhasiat Sebagai Suplemen dalam Penanggulangan Penyakit pada Ikan Budidaya Ariefqi, Muhammad Naufal; Syamsunarno, Mas Rizky Angguna Adipurna; Rosdianto, Aziiz Mardanarian
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (6) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.6.1000

Abstract

Indonesia sebagai negara maritim berperan penting dalam sektor akuakultur. Kelimpahan hasil sektor ini menjadi daya tarik dunia. Melihat potensinya agar stabil diperlukan pengelolaan protokol kesehatan produk yang terjaga termasuk perikanan air tawar. Ikan menjadi rentan saat hadirnya penyakit. Patogen penyakit seperti akibat kontak dengan parasit, bakteri, virus, dan jamur harus ditangani dengan tepat. Kita ketahui medikasi yang diberikan memanfaatkan bahan kimia sintetis sebagai pengobatan. Selain bahan sintesis, tanaman obat berkhasiat (herbal) Indonesia dapat menjadi alternatif untuk pengobatan. Secara empiris khasiat yang dihasilkan pun sangat kompetitif dan aman dibandingkan kimia sintesis. Seperti pencegah infeksi, penghilang stres, peningkat kekebalan tubuh spesifik maupun nonspesifik, bahkan mengoptimalkan pertumbuhan fisik. Khasiat ini sejalan/linear dengan kandungan fitokimia utama bahan alam ini bermanfaat sebagai penentu dalam mengatasi penyakit. Informasi pemanfaatan herbal-herbal untuk ikan masih sangat jarang dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut,pemanfaatan herbal terkini dapat dikaji menuju percepatan suplementasi terstandar sebagai metode penanggulangan penyakit pada ikan.
Profile of Fruit Consumption and Utilization of Jamu by Housewives in Cicanir and Jatipamor Villages in the Era of Germas and Fit with Jamu Djunaedi, Diah Dhianawaty; Heryaman, Henhen -; Syamsunarno, Mas Rizky Anggun Adipurna; Dahlan, Anisah -
Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol 6, No 2 (2020): Pharmauho
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/pharmauho.v6i2.13119

Abstract

Healthy Lifestyle (Germas) and Fit with Jamu action (Bude Jamu) are the programs to improve health, which promote physical activities, consumption of fruits and vegetables, and the utilization of jamu. The figure of the mother in the family comes in the role of regulating a good diet for the family. In connection with these two programs, study was conducted to determine the profile of fruits consumption and utilization of jamu among housewives in Cicanir and Jatipamor villages, using the cross-sectional design with the number of respondents based on the number of minimum requirements in its activities. 150 Housewives were involved and given questions about the frequency of buying fruit, the favorite fruit, the habit of drinking jamu. The results were that most respondents bought fruit twice a week, their favorite fruits included orange, banana. People who drank jamu in Cicanir and Jatipamor were 40.79% and 25.86%, with the aim of disease prevention was 96.77% and treatment disease was 46.66%. Jamu gendong was the main source of jamu that was utilized, besides that the expertise in making jamu was still practiced and maintained by some respondents. In conclusions, fruit consumption in Cicanir and Jatipamor was quite good. Housewives in Cicanir and Jatipamor used jamu for the purpose of preventing and treating diseases. Jamu gendong was the most widely used source of jamu and the expertise in making jamu is still maintained. These all showed that the culture of Germas and Bude jamu have been applied in the lives of respondents.
Effects of Morinda citrifolia Leaf Extract on Glucose Absorption through Intestinal Epithelial Membrane in Wistar Rat Models Rikho Melga Shalim; Mas Rizky A. A. Syamsunarno; Muhammad Nurhalim Shahib
Althea Medical Journal Vol 4, No 4 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.495 KB) | DOI: 10.15850/amj.v4n4.1266

Abstract

Background: Noni fruit (Morinda citrifolia) has been used as herbal medicine by Indonesian people. However, the effect of noni leaves as an antihyperglycemic agent is still unknown. This study was conducted to find out the effect of Morinda citrifolia leaves on glucose absorption through intestinal epithelial membrane in wistar rat models.Methods: The study was conducted in November 2015 at the Biochemistry and Molecular Biology Laboratory Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran. We used in situ perfusion and rats were divided into 2 groups. The first group used glucose solution as a control. The second group used glucose with extracts. Specimens were taken before and after perfusion to check the amount of glucose with spectrophotometer. Statistical analysis using t-test was conducted to compare the total absorbed concentration of glucose from each group. Results: From calculation we found the kinetic value (Km) of glucose absorption without extract (Km=17.24) and with extract (Km=16.67). Statistical test showed there was no significant in results (p>0.05).Conclusions: There is no effect of Morinda citrifolia leaf extract on glucose absorption. However, kinetics of glucose absorption suggested a non-competitive inhibition by Morinda citrifolia leaf extract. 
Review: Formulasi dan Evaluasi Sediaan Oral Effervescent Maratul Mahdiyyah; Irma Melyani Puspitasari; Norisca Aliza Putriana; Mas Rizky A.A Syamsunarno
Majalah Farmasetika Vol 5, No 4 (2020): Vol. 5, No. 4, Tahun 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v5i4.27278

Abstract

Rute pemberian oral menjadi rute pemberian yang paling popular dan paling sering digunakan dalam pengobatan pasien. Namun, salah satu masalah yang sering ditemui pada pasien dalam melakukan terapi dengan rute pemberian oral adalah adanya tidak kepatuhan dalam mengkonsumsi obat. Rasa yang tidak enak serta kemampuan beberapa pasien terutama lansia dan anak kecil yang tidak dapat menelan tablet menjadi alasannya. Effervescent menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut. Review ini akan menggambarkan beberapa formulasi dan evaluasi sediaan effervescent serta penerapannya dalam beberapa sistem pemberian obat terbaru. Pencarian literatur dilakukan menggunakan bantuan situs pencarian jurnal online Pubmed, dan ditemukan 21 artikel dari 265 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dari 21 artikel ini, 16 diantaranya adalah formulasi tablet effervescent. Metode granulasi basah diketahui merupakan metode terbaik dalam formulasi effervescent karena dapat meningkatkan daya alir serta indeks kompresibilitasnya. Asam sitrat dan natrium karbonat menjadi kombinasi agen effervescent yang paling sering digunakan.
Viabilitas Oosit Pasca Vitrifikasi menggunakan Kombinasi Ethilen Glikol dan Dimetil Sulfoksida dengan Dua Level Konsentrasi yang Berbeda Tyagita Hartady; Rini Widyastuti; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno
Jurnal Ilmu Ternak Vol 18, No 1 (2018): June
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.422 KB) | DOI: 10.24198/jit.v18i1.15329

Abstract

Vitrifikasi merupakan metode kriopreservasi untuk membekukan sel secara cepat, tanpa disertai terbentuknya kristal es. Vitrifikasi dilakukan dengan menggunakan krioprotektan yang memiliki toksitas. rendah sehingga oosit dapat mempertahankan viabilitasnya. Dimetil sulfoksida (DMSO) dan ethylene glycol (EG) merupakan krioprotektan intraseluler dengan toksisitas rendah sehingga kombinasi kedua krioprotektan tersebut diharapkan dapat meningkatkan viabilitas oosit pasca vitrifikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi viabilitas oosit pasca vitrifikasi dengan menggunakan kombinasi dan DMSO dan EG pada konsentrasi yang berbeda. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Bioteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran periode September 2016-Desember 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua kelompok perlakuan,  yaitu media vitrifikasi dengan dua konsentrasi yang berbeda: 15% DMSO+15% EG dan media 17% DMSO+17%EG. Setelah seminggu penyimpanan, maka dilakukan proses warming untuk mengevaluasi viabiltias oosit pasca vitrifikasi. Hasil menunjukkan bahwa viabilitas oosit yang divitrifikasi dengan menggunakan 17% DMSO+17%EG nyata lebih tinggi apabila dibandingkan dengan 15% DMSO+15%EG. Kata kunci: vitrifikasi, Dimetil sulfoksida, Ethylen glikol, viabilitas oosit 
Pengaruh Keberadaan Corpus Luteum terhadap Kualitas dan Tingkat Maturasi Oosit Domba Lokal Umur Pubertas Awal Secara In Vitro Rini Widyastuti; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno; Alvin Yusuf; Muhammad Rosyid Ridhlo; Sigit Prastowo
Jurnal Agripet Vol 18, No 2 (2018): Volume 18, No. 2, Oktober 2018
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.503 KB) | DOI: 10.17969/agripet.v18i2.12103

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh keberadaan corpus luteum (CL) pada ovarium domba umur pubertas awal terhadap kualitas oosit hasil koleksi dan tingkat maturasinya secara in vitro (IVM). Sebanyak 279 oosit digunakan, terbagi pada kelompok tanpa CL (CL-) sebanyak 143 dan dengan CL (CL+) sebanyak 136. Oosit dipilih berdasarkan homogenitas sitoplasma dan dikelompokkan sesuai jumlah lapisan sel kumulus yaitu grade 1 (4 lapis), grade 2 (3–4 lapis) dan grade 3 (0–2 lapis). Media IVM menggunakan Tissue Culture Media 199 ditambah antibiotik, Follicle Stimulating Hormone, dan 10% Fetal Bovine Serum. Maturasi dilakukan pada inkubator 38,5°C, 5% CO2 selama 24 jam. Pasca IVM, tingkat kematangan oosit dievaluasi berdasar kemunculan Polar Body I (PB I). Hasil menunjukkan bahwa keberadaan CL tidak berpengaruh terhadap kualitas oosit yang dikoleksi pada semua grade. Keberadaan CL berpengaruh pada tingkat kematangan oosit pada grade 1 sebesar 48,64% dibandingkan CL- sebesar 47,19% (p0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa berpengaruh pada tingkat kematangan oosit setelah IVM. Hasil penelitian menggambarkan potensi penggunaan oosit ternak umur pubertas awal untuk digunakan lebih lanjut dalam program produksi embrio secara in vitro. (Effect of the presence of corpus luteum on oocytes quality and in vitro maturation rate of ewes at early puberty) ABSTRACT. This study aims to know effect of presence of corpus luteum (CL) to collected oocytes quality and its maturation rate post in vitro maturation (IVM), on local ewes ovary at early puberty. In total 279 oocytes were collected, 143 without CL (CL-) and 136 with CL present (CL+). Oocytes were selected according to sitoplasma hemogenity, divided into 3 grades according to cumulus cell (CC) layer namely Grade 1, 2 and 3 indicated by 4, 3–4, and 0–2 CC layers, respectively. The IVM media was Tissue Culture Media 199 supplemented with antibiotic, Follicel Stimulating Hormone, and 10% Fetal Bovine Serum following culture at 38.5°C and 5% CO2. Twenty four hours post IVM, oocytes were evaluated on the presence of Polar Body I. Result showed that oocytes quality were not different among group in all grades. The present of CL gives better maturation rate in grade 1 compared to CL- (48.64 vs 47.19%; p0.05). The present finding show that the presence of CL improves oocytes maturation rate post IVM. Moreover, this study shows the potency of using oocytes from ewes ovary at early puberty for further in vitro embryo production program
Perbandingan Viabilitas Oosit Domba Pasca Vitrifikasi dengan Menggunakan Hemistraw dan Cryotop Kikin Winangun; Rini Widyastuti; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno
Jurnal Agripet Vol 17, No 2 (2017): Volume 17, No. 2, Oktober 2017
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.681 KB) | DOI: 10.17969/agripet.v17i2.8131

Abstract

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efek vitrifikasi dengan menggunakan dua buah system carrier yang berbeda terhadap viabilitas oosit domba yang telah dimaturasi secara in vitro. Oo­sit dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu (i) divitrifikasi dengan menggunakan hemistraw (ii) divitrifikasi dengan menggunakan cryotop. Viabilitas oosit dievaluasi berdasarkan reekspansi, warna dan homogenitas sitoplasma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa viabilitas oosit setelah vi­trifikasi serupa pada kedua jenis carrier yang digu­nakan untuk vitrifikasi. Oosit diletakkan dalam larutan equilibrasi yang mengandung konsentrasi permeable kriopro­tektan setengah dari larutan vitrifikasi. Se­telah 15 menit, oosit ditransfer ke dalam media vitrifikasi yang mengandung 17% EG+17% DMSO +0, 65M sukrosa di dalam modified PBS yang dis­uplementasi dengan 20% fetal bovine serum. Total waktu yang digunakan untuk memaparkan oosit ke dalam laru­tan vitrifikasi adalah 30 detik. 5-8 oosit dipipet menggunakan kapiler gelas dan diletak­kan/loading ke dalam carrier yang digunakan (hemistraw atau cryotop) kemudian langsung di paparkan ke dalam nitrogen cair. Viabilitas oosit dievaluasi berdasarkan reekspansi, warna dan homogenitas sitoplasma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa viabilitas oosit setelah vi­trifikasi serupa pada kedua jenis carrier yang digu­nakan untuk vitrifikasi(Comparation of sheep oocyte viability after vitrification using hemistraw and cryotop)ABSTRACT. The aim of this study was to examine the effect vitrification using two different carrier system on the matured sheep oocytes viability. Oocytes were devided into two group (i) vitrified using hemistraw (ii) vitrified using cryotop. Oocytes placed into equilibration solution which is containing a half concentration permeable cryoprotectant of vitrification solution. After 15 minute, oocytes were transferred into vitri­fication solution containing 17% EG+17% DMSO +0, 65M sucrose in modified PBS supplemented with 20% fetal bovine serum. The total exposure time of oocytes to vitrification solution was 30 sec. Oocytes were pipetted into a glass capillary into group 5-8, and loaded into carrier (hemistraw or cryotop) then plugged into liquid nitrogen. After a week cryopreservation, oocytes were warmed and cultured in TCM 199 suplemented with 10% fetal bovine serum at 38.50 C under 5% CO2 for 3h. Oo­cytes viability was evaluated by re expansion, color and homogeneity of oocyte cytoplasm. Our results indicated that the oocytes viability after vitrification was similar from both of carrier for vitrification
Penguatan Kelompok Tani Ternak Kerbau dan Introduksi Teknologi Reproduksi untuk Peningkatan Produktivitas Kerbau Lumpur di Kelompok Tani Ternak Kerbau Warnasari Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon Rini Widyastuti; Deru Indika; Mas Rizky Anggun Adipurna Syamsunarno; Dwi Cipto Budinuryanto
Dharmakarya Vol 7, No 3 (2018): September
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.224 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v7i3.16583

Abstract

Populasi kerbau di kelompok Tani Ternak Kerbau Warnasari Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon sekitar 328 ekor.  Walaupun telah terbentuk kelompok tani di wilayah tersebut belum dapat berfungsi secara optimal karena belum terbentuk struktur organisasi serta masih minimnya dinamika di dalam kelompok tersebut. Permasalahan lain yang dihadapi kelompok tersebut adalah terus menurunnya populasi kerbau disebabkan oleh rendahnya tingkat reproduksi kerbau, keterbatasan memanajemen ternak kerbau dan minimnya pengetahuan tentang aplikasi teknologi reproduksi. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan untuk penguatan kelompok budidaya kerbau, pengaktifan dinamika pada kelompok peternak kerbau, dan pengenalan teknologi reproduksi. Metode pengabdian yang dilakukan adalah melakukan pelatihan organisasi dan pengenalan teknologi reproduksi kepada kelompok ternak kerbau Warnasari. Kegiatan yang telah dilakukan penyuluhan dengan materi meliputi:  penguatan organisasi kelompok tani dan. pengenalan teknologi reproduksi dalam beternak kerbau.  Hasil yang dipeoleh adalah terbentuknya struktur organisasi dan meningkatnya pemahaman masyarakat dalam penerapan manajemen beternak kerbau seta aplikasi teknologi reproduksi untuk meningkatkan produktivitas kerbau.