Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI DAN PRODUKSI TERNA AKSESI NILAM ASAL ACEH DAN SUMATERA UTARA Wawan Haryudin; Nur Maslahah
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 22, No 2 (2011): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v22n2.2011.%p

Abstract

Nilam (Pogostemon cablin) merupakan sa-lah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai peranan penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun se-bagai pendapatan petani. Tanaman nilam telah lama dibudidayakan di Indonesia dengan daerah sentra produksi Aceh, Su-matera Utara dan Bengkulu yang meng-alami perkembangan cukup pesat. Minyak nilam digunakan dalam industri parfum, pembuatan sabun kosmetik, antiseptik dan insektisida. Produksi minyak nilam ditentu-kan oleh varietas. Untuk mendapatkan produksi secara kualitas dan kuantitas yang tinggi diperlukan varietas unggul. Ta-hapan penelitian untuk mendapatkan va-rietas unggul dimulai dari eksplorasi ka-rakterisasi morfologi, anatomi dan pro-duksi terna. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik sejak Januari sampai Desember 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), bertujuan untuk mengetahui karakter morfologi, anatomi dan produksi 10 aksesi nilam asal Aceh dan Sumatera Utara. Parameter yang di-amati meliputi karakter morfologi, anatomi dan produksi terna serta minyak. Berda-sarkan karakter bentuk daun dan batang tidak banyak ditemukan variasi, namun bi-la dilihat dari karakter bentuk pangkal dan ujung daun terdapat variasi, diantaranya berbentuk tumpul, rata, gasal dan runcing. Karakter jumlah sel/kelenjar minyak yang terletak pada sel palisade maupun sel bu-nga karang sangat bervariasi. Potensi pro-duksi terna segar berkisar antara 96,0-319,1 g/phn, tertinggi terdapat pada ak-sesi TM-3 (319,1 g) terendah pada aksesi SK (96,0 g), produksi terna kering berki-sar antara 35,6-97,9 g/phn, tertinggi pa-da aksesi TM-3 (97,9 g) terendah pada aksesi SK (35,6 g). Kadar minyak atsiri berkisar antara 2,52-4,15% per pohon, tertinggi pada aksesi SK (4,15%) dan terendah pada aksesi Sipede 4 (2,52%).
PENGARUH HERBISIDA DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN ARTEMISIA Agus Sudiman Tjokrowardojo; Nur Maslahah; Gusmaini Gusmaini
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Penelitian untuk mengetahui pengaruh herbisida dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan pro-duksi tanaman artemisia dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Gunung Putri, Kabupaten Cianjur, mulai Maret sampai Desember 2007. Percobaan disusun menu-rut rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor I adalah cara pengendalian gulma, terdiri atas 6 taraf : P0=kontrol; P1=disiang manual; P2=1,6 kg diuron; P3=2,4 kg diuron; P4=0,63 kg oxyfluorfen; dan P5=0,83 kg oxyfluorfen/ha. Faktor II adalah dosis FMA, terdiri atas 4 taraf : M0=tanpa FMA; M1=5,0 g FMA; M2=10 g FMA; dan M3=15 g FMA/kg tanah. Penelitian merupakan percobaan pot yang berisi media campuran tanah dan pupuk kandang (8 + 2 kg); 3,5 g Urea; 1,5 g SP-36; dan 1,5 g KCl/pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diuron 1,6 dan 2,4 kg/ha, dan oxyfluorfen 0,63 dan 0,83 kg/ha efektif mengendalikan gulma sampai 4 bulan setelah tanam (BST). Oxy-fluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak meracuni tanaman artemisia dan tidak mengganggu perkembangan populasi FMA. Sedangkan diuron dengan dosis 1,6 dan 2,4 kg/ha meracuni tanaman artemisia cukup berat, namun tidak berpengaruh negatif  terhadap  perkembangan FMA. Hal ini terbukti dari populasi FMA pada per-lakuan diuron cukup tinggi (153-208,25 g/kg tanah) relatif sama dengan yang disiang manual (207,25 g/kg tanah). Pada pemberian 0,63 dan 0,83 kg oxyfluorfen/ ha, populasi FMA berkisar antara 128-163,75 g/kg tanah, relatif sama dengan yang disiang manual, dan lebih tinggi serta berbeda nyata dibanding kontrol. Tanaman artemisia mengalami keracunan berat oleh diuron dosis 1,6  dan 2,4 kg/ha sehingga pertumbuhannya terhambat dan bahkan ada yang mati. Oxyfluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, jumlah cabang, diameter batang, maupun bio-massa artemisia. Pada 4 BST, bobot bio-massa tanaman artemisia tertinggi diper-oleh pada perlakuan oxyfluorfen dosis 0,63 kg/ha (2.344,28 g/tanaman), diikuti dosis 0,83 kg oxyfluorfen/ha (2.119,70 g/tanaman), masing-masing lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan yang disiang manual (1.787,85 g/tanam-an) maupun kontrol (1.480,95 g/tanam-an). Pemberian 10 g FMA/kg tanah dan 0,63 kg oxyfluorfen/ha merupakan kombi-nasi dosis optimal bagi pertumbuhan artemisia yang tercermin dari bobot bio-massa tertinggi (2.987,40 g/tanaman). Penggunaan FMA meningkatkan kadar artemisinin 3,27%.
PENGARUH NISBAH K/Na TERHADAP PERTUMBUHAN 2 TIPE BIBIT LADA Nur Maslahah; Dedi Lesmana; Robber Zaubin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n2.2003.%p

Abstract

Suatu penelitian mengenai pengaruh nisbah K/Na terhadap pertumbuhan bibit lada (Piper nigrum L.) telah dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, mulai Januari sampai dengan April 2001, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh nisbah K/Na terhadap pertumbuhan 2 tipe bibit lada. Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit lada tipe Belantung dan Lampung Daun Lebar, berumur 4 bulan, yang tumbuh dalam pot plastik berisi 5 kg campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (v/v). Bahan tanaman diseragamkan dengan cara dipangkas dalam sehingga tersisa 3 buah buku dengan 3 helai daun per tanaman. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dua faktor dengan 4 ulangan dan 9 tanaman/ perlakuan. Faktor pertama adalah nisbah K/Na terdiri dari : p0) 333 mg K : 0 mg Na, p1) 250 mg K : 83 mg Na , p2) 166 mg K : 166 mg Na, p3) 83 mg K : 250 mg Na, dan faktor kedua adalah varietas lada yaitu (v1) Belantung dan (v2) Lampung Daun Lebar. Sebagai pupuk dasar ditambahkan 333 mg N dan 333 mg P. Pupuk diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 0,1% NPKNa (1000 mg NPKNa/l). Aplikasi pertama dilakukan 3 hari setelah pemangkasan dan selanjutnya setiap 2 minggu sekali dengan cara menuangkan 145 ml larutan 0,1% NPKNa per tanaman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah daun dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara nisbah K/Na dengan tipe lada terhadap semua parameter yang diamatikecuali terhadap parameter jumlah daun. Pertumbuhan kedua tipe lada cenderung lebih buruk dengan menurunnya nisbah K/Na. Nisbah K/Na berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati, dan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh 250 mg K : 83 mg Na atau nisbah K/Na = 3/1. Dapat disimpulkan bahwa kedua tipe lada termasuk tanaman dengan tanggap yang rendah terhadap Na (natrofobik), dan pupuk K pada tanaman lada hanya dapat disubstitusi sebesar 25% oleh Na.
PENGARUH HERBISIDA DAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN ARTEMISIA Agus Sudiman Tjokrowardojo; Nur Maslahah; Gusmaini Gusmaini
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 21, No 2 (2010): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v21n2.2010.%p

Abstract

Penelitian untuk mengetahui pengaruh herbisida dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan pro-duksi tanaman artemisia dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di Gunung Putri, Kabupaten Cianjur, mulai Maret sampai Desember 2007. Percobaan disusun menu-rut rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan. Faktor I adalah cara pengendalian gulma, terdiri atas 6 taraf : P0=kontrol; P1=disiang manual; P2=1,6 kg diuron; P3=2,4 kg diuron; P4=0,63 kg oxyfluorfen; dan P5=0,83 kg oxyfluorfen/ha. Faktor II adalah dosis FMA, terdiri atas 4 taraf : M0=tanpa FMA; M1=5,0 g FMA; M2=10 g FMA; dan M3=15 g FMA/kg tanah. Penelitian merupakan percobaan pot yang berisi media campuran tanah dan pupuk kandang (8 + 2 kg); 3,5 g Urea; 1,5 g SP-36; dan 1,5 g KCl/pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian diuron 1,6 dan 2,4 kg/ha, dan oxyfluorfen 0,63 dan 0,83 kg/ha efektif mengendalikan gulma sampai 4 bulan setelah tanam (BST). Oxy-fluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak meracuni tanaman artemisia dan tidak mengganggu perkembangan populasi FMA. Sedangkan diuron dengan dosis 1,6 dan 2,4 kg/ha meracuni tanaman artemisia cukup berat, namun tidak berpengaruh negatif  terhadap  perkembangan FMA. Hal ini terbukti dari populasi FMA pada per-lakuan diuron cukup tinggi (153-208,25 g/kg tanah) relatif sama dengan yang disiang manual (207,25 g/kg tanah). Pada pemberian 0,63 dan 0,83 kg oxyfluorfen/ ha, populasi FMA berkisar antara 128-163,75 g/kg tanah, relatif sama dengan yang disiang manual, dan lebih tinggi serta berbeda nyata dibanding kontrol. Tanaman artemisia mengalami keracunan berat oleh diuron dosis 1,6  dan 2,4 kg/ha sehingga pertumbuhannya terhambat dan bahkan ada yang mati. Oxyfluorfen dosis 0,63 dan 0,83 kg/ha tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, jumlah cabang, diameter batang, maupun bio-massa artemisia. Pada 4 BST, bobot bio-massa tanaman artemisia tertinggi diper-oleh pada perlakuan oxyfluorfen dosis 0,63 kg/ha (2.344,28 g/tanaman), diikuti dosis 0,83 kg oxyfluorfen/ha (2.119,70 g/tanaman), masing-masing lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan yang disiang manual (1.787,85 g/tanam-an) maupun kontrol (1.480,95 g/tanam-an). Pemberian 10 g FMA/kg tanah dan 0,63 kg oxyfluorfen/ha merupakan kombi-nasi dosis optimal bagi pertumbuhan artemisia yang tercermin dari bobot bio-massa tertinggi (2.987,40 g/tanaman). Penggunaan FMA meningkatkan kadar artemisinin 3,27%.
PENGARUH NISBAH K/Na TERHADAP PERTUMBUHAN 2 TIPE BIBIT LADA Nur Maslahah; Dedi Lesmana; Robber Zaubin
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 14, No 2 (2003): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v14n2.2003.%p

Abstract

Suatu penelitian mengenai pengaruh nisbah K/Na terhadap pertumbuhan bibit lada (Piper nigrum L.) telah dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cimanggu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, mulai Januari sampai dengan April 2001, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh nisbah K/Na terhadap pertumbuhan 2 tipe bibit lada. Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit lada tipe Belantung dan Lampung Daun Lebar, berumur 4 bulan, yang tumbuh dalam pot plastik berisi 5 kg campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (v/v). Bahan tanaman diseragamkan dengan cara dipangkas dalam sehingga tersisa 3 buah buku dengan 3 helai daun per tanaman. Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dua faktor dengan 4 ulangan dan 9 tanaman/ perlakuan. Faktor pertama adalah nisbah K/Na terdiri dari : p0) 333 mg K : 0 mg Na, p1) 250 mg K : 83 mg Na , p2) 166 mg K : 166 mg Na, p3) 83 mg K : 250 mg Na, dan faktor kedua adalah varietas lada yaitu (v1) Belantung dan (v2) Lampung Daun Lebar. Sebagai pupuk dasar ditambahkan 333 mg N dan 333 mg P. Pupuk diberikan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 0,1% NPKNa (1000 mg NPKNa/l). Aplikasi pertama dilakukan 3 hari setelah pemangkasan dan selanjutnya setiap 2 minggu sekali dengan cara menuangkan 145 ml larutan 0,1% NPKNa per tanaman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah daun dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara nisbah K/Na dengan tipe lada terhadap semua parameter yang diamatikecuali terhadap parameter jumlah daun. Pertumbuhan kedua tipe lada cenderung lebih buruk dengan menurunnya nisbah K/Na. Nisbah K/Na berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati, dan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh 250 mg K : 83 mg Na atau nisbah K/Na = 3/1. Dapat disimpulkan bahwa kedua tipe lada termasuk tanaman dengan tanggap yang rendah terhadap Na (natrofobik), dan pupuk K pada tanaman lada hanya dapat disubstitusi sebesar 25% oleh Na.