This Author published in this journals
All Journal Zuriat
R. Setiamihardja
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Hibrida Hasil Persilangan Dialel Lima Genotip Jagung Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Moh. Hari Wahyudi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; D. Ruswandi
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6753

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi daya gabung dan heterosis hibrida hasil persilangan dialel lima genotip jagung pada kondisi cekaman kekeringan. Percobaan dilaksanakan di SPLPP Arjasari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung, dari bulan Maret sampai bulan November 2005, dengan menggunakan persilangan dialel metode II model I menurut Griffing’s (1956) dan ditata dalam rancangan acak kelompok lengkap di ulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari lima genotip yang digunakan pada persilangan dialel tiga genotip (B2, E6, dan B-11-157) memiliki daya gabung baik untuk karakter pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil. Pasangan persilangan E6 × B-11-157, B2 × B-11-157, dan B2 × E6 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang nyata untuk karakter pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil. Pasangan persilangan E6 × B-11-157, memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dari kultivar pembanding BISI-2 dan Surya berdasarkan uji LSI (Least Significant increase) untuk karakter komponen hasil dan hasil. Bobot biji per hektar tertinggi dari hasil evaluasi persilangan dimiliki pasangan persilangan E6 × B-11-157 dengan nilai 7.50 t.ha–1 relatif lebih tinggi dari kultivar pembanding BISI-2 dan Surya. Nilai indeks seleksi cekaman terhadap kekeringan tertinggi dimiliki pasangan persilangan E6 × B-11-157, dengan nilai indeks seleksi 7.0 lebih besar 4.3% dari kultivar pembanding BISI-2.
Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil dan Hasil Lima Belas Genotip Cabai Merah Anne Dhiane Lestari; Winny Dewi W.; Warid Ali Qosim; Mulyadi Rahardja; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6808

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi variabilitas genetik dan heritabilitas karakter komponen hasil dan hasil lima belas genotip cabai merah. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, dari bulan Maret 1999 sampai 1999. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 15 genotip sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Variabilitas genetik yang luas terdapat pada karakter jumlah buah per tanaman, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, dan umur berbunga, sedangkan karakter tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, bobot buah per tanaman, dan umur panen memiliki variabilitas genetik yang sempit. Nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada karakter jumlah buah per tanaman, bobot per buah, diameter buah, dan umur berbunga. Karakter jumlah bunga per tanaman, panjang buah, bobot buah per tanaman, dan umur panen memiliki nilai duga heritabilitas sedang, sedangkan tinggi tanaman memiliki nilai duga heritabilitas rendah. Variasi dalam galur yang luas terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman, dan umur berbunga, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah, dan umur panen memperlihatkan variasi dalam galur yang sempit.
Korelasi Beberapa Karakter Morfologi dengan Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Penyakit Karat Endeh Masnenah; Murdaningsih H. K.; R. Setiamihardja; Wenten Astika; A. Baihaki
Zuriat Vol 15, No 1 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i1.6822

Abstract

Penelitian untuk mengetahui korelasi antara karakter morfologi dengan ketahanan kedelai terhadap penyakit karat di lakukan di SPLPP Arjasari Faperta UNPAD dari bulan Januari sampai Juni 1995. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 92 genotipe sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah stomata, jumlah bulu daun, dan luas daun rata-rata korelasinya tidak nyata dengan intensitas penyakit karat kedelai. Semakin tinggi intensitas penyakit karat kedelai akan menurunkan jumlah polong pertanaman, bobot biji per tanaman dan jumlah biji bernas per polong serta meningkatkan jumlah biji tidak bernas per polong.
Ketahanan 20 Genotip Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Terhadap Antraknos (Colletotrichum spp.) Pada Pertanaman Tumpangsari dengan Singkong Intan Pratiwi Y.B.S.; Winny Dewi W.; Meddy Rachmadi; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 2 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i2.6749

Abstract

Pengujian ketahanan 20 genotip cabai merah terhadap penyakit Antraknos pada pertanaman tumpang sari dengan singkong telah dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dari bulan Februari 2005 sampai Mei 2005. Penelitian bertujuan untuk memperoleh genotip cabai merah yang memiliki ketahanan terhadap Antraknos dan penampilan hasil tinggi pada lingkungan pertanaman tumpangsari cabai merah singkong yang diperlakukan dengan defoliasi dan tanpa defoliasi. Percobaan disusun berdasarkan rancangan petak terbagi dengan 20 genotip cabai merah ditempatkan dalam anak petak dan pertanaman tumpangsari dengan defoliasi dan tanpa defoliasi singkong ditempatkan dalam petak utama. Percobaan laboratorium disusun berdasarkan rancangan acak lengkap dengan 20 genotip cabai merah sebagai perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan genotip RMCK II, RM08 X KRTRM, MuKRT, KRTSHATOL, MuRS 07, KRT II, RM08 IIA, Laris, Lado, CRMGT, KRTRM, UPG IIB, Prabu, Kresna, dan Gada lebih tahan terhadap Antraknos baik pada pertanaman tumpangsari dengan defoliasi dan tanpa defoliasi singkong, serta defoliasi singkong memberikan perubahan yang nyata terhadap ketahanan Antraknos, penampilan komponen hasil, serta karakter hasil 20 genotip cabai merah dibandingkan dengan pertanaman tunggalnya. Berdasarkan uji-LSInya genotip UPG IIB menunjukkan penampilan komponen hasil, serta karakter hasil yang baik pada pertanaman tumpangsari dengan defoliasi dan tanpa defoliasi singkong. Berdasarkan analisis perubahan penampilannya genotip KRT II memiliki toleransi yang baik pada lingkungan pertanaman tumpangsari dengan defoliasi singkong untuk karakter jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman. Tidak terdapat genotip yang memiliki nilai Kesetaraan Lahan lebih besar dibandingkan genotip Taro dan Tit Super, dan genotip Gada memiliki nilai Rasio Kompetisi lebih besar dibandingkan Tit Super.
Pewarisan Karakter Jumlah Biji Per Polong dan Warna Kulit Biji Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Zahratul Millah; R. Setiamihardja; A. Baihaki; Juliaty Satria Darsa
Zuriat Vol 15, No 1 (2004)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v15i1.6877

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pewarisan karakter jumlah biji per polong dan warna kulit biji pada tanaman kacang tanah dari populasi P1, P2. F1, F1 resiprokal, F2.1 (keturunan F1) dari F2.2 (keturunan F1 resiprokal) yang berasal dari persilangan kacang tanah genotip 1CG10068 × AH29Si. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD Jatinangor dari bulan Mei 2001 sampai Oktober 2001, dengan penataan populasi disebar pada tiga blok percobaan, untuk mengurangi bias akibat lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tetua betina pada karakter jumlah biji per polong tetapi tidak pada karakter warna kulit biji. Karakter jumlah biji per polong dan warna kulit biji dikendalikan secara kualitatif, ditunjukkan oleh distribusi frekuensi fenotipnya pada populasi F2 yang diskontinyu. Pola pewarisan karakter jumlah biji per polong pada persilangan ICGIOO68 × AH29Si memperlihatkan rasio 9:7, sedangkan pada hasil persilangan resiprokalnya memperlihatkan adanya interaksi gen inti-sitoplasmik mengikuti rasio 13:3. Pola pewarisan karakter warna kulit biji memperlihatkan rasio 7:4:3:2. 
Pewarisan Karakter Kandungan Klorofil pada Kedelai Neni Rostini; A. Baihaki; R. Setiamihardja; G. Suryatmana
Zuriat Vol 11, No 2 (2000)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v11i2.6673

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pewarisan kandungan klorofil pada kedelai telah dilakukan di Kebun Percobaaan SPLPP Fakultas Pertanian UNPAD Unit Arjasari sejak Januari 1997 sampai Oktober 1998. Penelitian menggunakan tetua, dua populasi F1, F1 resiprokdan F2. Pengukuran kandungan klorofil menggunakan klorofilmeter Minolta SPAD 502 yang dikonversi dengan persamaan regresi linier sederhana (Y = 0.11496 + 0.05351 X, r2 = 0.94) untuk mendapatkan angka kandungan klorofil mg g-1 daun. Pengamatan dilakukan terhadap kandungan klorofil maksimum (Kmaks), lama kandungan klorofil maksimum (LKmaks) dan retensi klorofil maksimum (RKmaks). Pengaruh sitoplasmatik hanya ditemukan pada LKmaks dan RKmaks. Karakter Kmaks, LKmaks dan RKmaks paling sedikit dikendalikan oleh dua pasang gen inti.
Pewarisan Karakter Umur Berbunga dan Ukuran Buah Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Ilma Hilmayanti; Winny Dewi W.; Murdaningsih H. K.; Mulyadi Rahardja; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6805

Abstract

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari pewarisan karakter umur berbunga dan ukuran buah cabai merah dari populasi P1, P2, BCP1, BCP2, F1 dan F2 yang berasal dari persilangan cabai genotip nomor 605 dan RMG. Percobaan dilakukan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNPAD Jatinangor dari Januari 2001 sampai Juli 2001, ditata dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter umur berbunga dan ukuran buah cabai yang terdiri dari diameter dan panjang buah tidak dipengaruhi oleh tetua betina. Umur berbunga diwariskan secara kualitatif. Pada karakter ini didapat adanya pengaruh gen sederhana yang bersifat duplikat resesif epistasis yang didukung oleh distribusi frekuensi populasi F2 yang diskontinyu. Heritabilitas arti luas karakter ini tergolong sedang dan heritabilitas arti sempitnya tergolong tinggi. Karakter ukuran buah (diameter dan panjang), diwariskan secara kuantitatif. Kedua karakter ini dikendalikan oleh banyak gen (poligenik) yang ditunjukkan oleh distribusi frekuensi F2 yang kontinyu. Heritabilitas arti luas untuk diameter dan panjang buah masing masing tergolong rendah dan sedang. Heritabilitas arti sempit diameter dan panjang buah adalah sedang.
Pewarisan Karakter Ketahanan Terhadap Antraknos (Colletotrichum gloeosporoides) Pada Hasil Persilangan Tanaman Cabai Ungu x Cabai Merah Genotip RS07 Dewi Yustisiani; Winny Dewi W.; Meddy Rachmadi; Dedi Ruswandi; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 2 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i2.6746

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pewarisan ketahanan terhadap penyakit antraknos pada cabai merah. Percobaan lapangan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Tanjungsari, Sumedang dan percobaan laboratorium dilakukan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor sejak bulan Januari sampai bulan April 2004. Bahan penelitian di lapangan terdiri atas populasi P1 (cabai ungu), P2 (cabai merah RS07), F1 (cabai ungu × cabai merah RS07), BC11, BC12, dan F2. Hasil percobaan lapangan, menunjukkan bahwa pewarisan karakter ketahanan cabai hasil persilangan cabai ungu × cabai merah RS07 terhadap antraknos dikendalikan oleh gen sederhana dengan rasio 13:3 (epistasis, dominan, dan resesif). Nilai duga heritabilitas dalam arti sempit tergolong sedang dan dalam arti luas tergolong tinggi, dengan nilai harapan kemajuan genetik yang tergolong cukup tinggi. Hasil percobaan laboratorium, menunjukkan bahwa pewarisan karakter ketahanan tanaman cabai hasil persilangan cabai ungu × cabai merah RS07 terhadap antraknos dikendalikan oleh gen sederhana dengan rasio 13:3 (epistasis, dominan, dan resesif). Nilai duga heritabilitas dalam arti sempit maupun arti luas, dengan nilai harapan kemajuan genetik yang tergolong tinggi.
Hubungan Kekerabatan Genetik Antar Tanaman The F1 dari Persilangan TRI 2024 X PS 1 Berdasarkan Penanda RAPD Bambang Sriyadi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; W. Astika
Zuriat Vol 13, No 1 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i1.6715

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan tetua dalam program persilangan untuk memperbaiki potensi hasil dari klon-klon seri TPS. Penelitian dilakukan di Labolatorium Biologi Molekuler dan Imunologi, Unit Penelitian Biologi Perkebunan, Bogor dari bulan Mei sampai dengan Juni 2000. Bahan yang digunakan adalah daun segar dari klon TRI 2024, PS 1, dan 45 tanaman F1 dari persilangan TRI 2024 X PS 1. Penanda RAPD dibangkitkan menggunakan 11 praimer dengan DNA dari seluruh genotipe. Pengamatan dilakukan terhadap munculnya penanda RAPD pada setiap genotip untuk setiap praimer. Kesamaan antar genotip dihitung menggunakan indeks kesamaan dan hubungan kekerabatan genetik dikonstruksi dengan UPMA. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penanda RAPD yang dibangkitkan menggunakan 11 praimer pada DNA klon TRI 2024, PS 1, dan 45 tanaman F1 sebanyak 118, yang 80 (68%) diantaranya merupakan penanda RAPD polimorfik. Pada tingkat perbedaan 28% genotipe yang diuji dapat dipisahkan dua kelompok, yaitu klon TPS 24/5 dan TPS 88/2 yang berkerabat dekat dengan TRI 2024 dan klon TPS lainnya yang berkerabat dekat dengan klon PS 1. Dari 45 tanaman F1 ternyata 40 klon memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan klon PS 1. Pada tingkat kesamaan genetik 74% klon-klon yang mempunyai potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit cacar the terpisahkan dalam tiga kelompok, yaitu I. TPS 17/3, TPS 3/2, TPS 93/3, dan TPS 94/1 yang berkerabat dekat dengan PS 1, II. TPS 127/1 dan TPS 24/2 yang memiliki hubungan kekerabatan agak jauh dengan PS 1 dan, III. TPS 87/1 yang memiliki hubungan kekerabatan genetik sangat jauh dengan PS 1. Rancangan persilangan yang memberikan peluang besar untuk mendapatkan turunan yang mempunyai sifat tahan terhadap penyakit dan berpotensi hasil tinggi adalah tetua klon TPS 17/3, TPS 3/2, TPS 93/3, dan TPS 94/1 disilangkan dengan klon TPS 87/1.
Identifikasi Pembeda Rapd yang Berpautan Dengan Gen Ketahanan Tanaman Teh Terhadap Penyakit Cacar Bambang Sriyadi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; W. Astika
Zuriat Vol 12, No 2 (2001)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v12i2.6688

Abstract

Penyaringan ketahanan klon teh terhadap penyakit cacar sulit dilakukan dan memerlukan tenaga yang banyak. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengembangkan pembeda RAPD yang dapat digunakan untuk penanda bantu dalam seleksi klon teh yang tahan terhadap penyakit cacar. Penelitian menggunakan genotip klon tetua rentan TRI 2024, klon tetua tahan PS 1, dan 45tanaman F1 dari persilangan TRI 2024xPS 1. Pengujian ketahanan genotip dilakukan di lapangan dan persemaian. Pengujian ketahanan di persemaian yang dilakukan menggunakan parameter pengamatan indeks intensitas penyakit. Pengujian ketahanan di lapangan menggunakan parameter persentase pucuk yang terserang penyakit setiap pohon. Analisis RAPD dimulai dengan seleksi praimer yang mampu membangkitkan fragmen RAPD polimorfik antara tanaman tahan dengan rentan sebagai pembeda penduga, kemudian dilanjutkan dengan melacak pembeda RAPD penduga pada populasi variasi tanaman F1 menggunakan praimer terpilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan tanaman F1 dari persilangan antara klon rentan TRI 2024 dengan klon tahan PS 1 bervariasi mengikuti pola pewarisan hasil backcross antara tanaman heterosigot dengan homosigot dengan nisbah 1:1. Praimer OPB 01, OPB 07, OPB 18, OPC 18, OPC 13, OPC 16, OPH 12, SC-10 48, dan SC-10 56 mampu membangkitkan pembeda RAPD OPB 01800, OPB 011100, OPB 011400, OPB 011500, OPB 07500, OPB 071200, OPB 18600, OPB 181200, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, OPC 16400, OPC 16400, OPC 16500, OPH 12500, OPH 12750, OPH 121000, SC-10 48750, SC-10 481300, SC-10 56600, SC-10 56850, dan SC-10 561200 yang muncul pada tetua tahan PS 1 tetapi tidak muncul pada tetua rentan TRI 2024. Pembeda RAPD OPB 18600 teridentifikasi sebagai pembeda RAPD yang berpautan sangat kuat, sedangkan pembeda OPB 01800, OPB 011500, OPB 07500, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, SC-10 481300, dan SC-10 56600 berpautan kuat dengan gen ketahanan tanaman teh terhadap penyakit cacar. Seleksi ketahanan tanaman teh secara tidak langsung terhadap penyakit cacar teh dapat dilakukan menggunakan pembeda RAPD OPB 18600, OPB 01800, OPB 011500, OPB 07500, OPC 13500, OPC 131100, OPC 131400, SC-10 481300, dan SC-10 56600.