This Author published in this journals
All Journal Zuriat
D. Ruswandi
Unknown Affiliation

Published : 27 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Hibrida Hasil Persilangan Dialel Lima Genotip Jagung Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Moh. Hari Wahyudi; R. Setiamihardja; A. Baihaki; D. Ruswandi
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6753

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi daya gabung dan heterosis hibrida hasil persilangan dialel lima genotip jagung pada kondisi cekaman kekeringan. Percobaan dilaksanakan di SPLPP Arjasari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung, dari bulan Maret sampai bulan November 2005, dengan menggunakan persilangan dialel metode II model I menurut Griffing’s (1956) dan ditata dalam rancangan acak kelompok lengkap di ulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari lima genotip yang digunakan pada persilangan dialel tiga genotip (B2, E6, dan B-11-157) memiliki daya gabung baik untuk karakter pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil. Pasangan persilangan E6 × B-11-157, B2 × B-11-157, dan B2 × E6 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang nyata untuk karakter pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil. Pasangan persilangan E6 × B-11-157, memiliki nilai yang relatif lebih tinggi dari kultivar pembanding BISI-2 dan Surya berdasarkan uji LSI (Least Significant increase) untuk karakter komponen hasil dan hasil. Bobot biji per hektar tertinggi dari hasil evaluasi persilangan dimiliki pasangan persilangan E6 × B-11-157 dengan nilai 7.50 t.ha–1 relatif lebih tinggi dari kultivar pembanding BISI-2 dan Surya. Nilai indeks seleksi cekaman terhadap kekeringan tertinggi dimiliki pasangan persilangan E6 × B-11-157, dengan nilai indeks seleksi 7.0 lebih besar 4.3% dari kultivar pembanding BISI-2.
Seleksi Hibrida Jagung DR Unpad di Indonesia Berdasarkan Metode Eberhart - Russel dan AMMI Anggia E. P.; N. Rostini; Tri Hastini; E. Suryadi; S. Ruswandi; D. Ruswandi
Zuriat Vol 20, No 2 (2009)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v20i2.6641

Abstract

Uji multilokasi merupakan fase yang penting dalam menyeleksi hibrida yang stabil untuk lokasi yang luas dan untuk menyeleksi hibrida superior untuk lokasi spesifik. Untuk membandingkan dua metoda dalam menyeleksi hibrida superior dalam suatu uji multilokasi, yaitu Eberhart Russel dan Additive Main Effects and Multiplicative Interaction Model (AMMI model), sebelas hibrida diuji di delapan lokasi di Indonesia. Hasil penelitin memperlihatkan bahwa AMMI dapat memberikan lebih banyak informasi mengenai interaksi genetic dengan lingkungan (GEI) dibandingkan metoda Eberhart-Russel. AMMI model disarankan untuk digunakan sebagai alat analisis oleh Badan Pelepasan Varietas Nasional dalam merilis hibrida superior di Indonesia.
Genetic Analysis of Components of Resistance to Philippine Downy Mildew In Maize D. Ruswandi; A. L. Carpena; R. M. Lantican; A. M. Salazar; D. M. Hautea; A. D. Raymundo
Zuriat Vol 13, No 2 (2002)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v13i2.6744

Abstract

The genetics of resistance to Philippine downy mildew in maize (Zea mays L.) caused by Peronosclerospora philippinensis was studied in progeny derived from crosses between the resistant inbred P 345 and susceptible inbred Pi 17 and Pi 23. Plant generations used in this study were the PS (susceptible lines Pi 17 and Pi 23); PR (P 345); extensively F1, F2; F3; BS and BR. Plants at three leaf stages were artificially inoculated and evaluated for components of resistance, namely: disease incidence, disease severity, onset of systemic symptom, area under disease progress curve, and rate of downy mildew development. Analysis of generation means indicate that additive- dominance with epistasis gene effect play important role in all components of resistance to Philippines downy mildew.
Phenological Traits Of Soybean In Correlation With Seed Infection By Cercospora Kikuchii (Matsumoto And Tomoyasu) Gardner D. Ruswandi; R. M. Lantican; R. A. Hautea; M. P. Natural
Zuriat Vol 12, No 2 (2001)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v12i2.6690

Abstract

A study was conducted at Institute of Plant Breeding (IPB), University of thePhilippines at Los Ba~nos (UPLB) from February to July 1997 to determine any relationship among various phonological traits with purple seed stain on soybean caused by C. kikuchii. Thirty genotypes that showed different levels of resistance and susceptibility under the 1996 natural field experiment were used in the study. Results suggest that phonological traits in R7-1-R7-2, R7-1-R7-3, R7-1-R8, R7-2-R8 and R7-3-R8 can serve as selection criteria for developing resistance to C. kikuchii.
Keragaman Galur-Galur Murni Elite Baru Jagung Unpad Di Jatinangor - Indonesia Y. Febriani; S. Ruswandi; M. Rachmady; D. Ruswandi
Zuriat Vol 19, No 1 (2008)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v19i1.6713

Abstract

Informasi tentang keragaman galur-galur murni jagung DR unpad sangat diperlukan dalam program seleksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi variabilitas galur jagung DR, AR, dan BR serta menyusun kekerabatan antar galur- galur elit tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemulia dalam menyusun program pemuliaan untuk perakitan hibrida unggul baru. Percobaan lapang telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Padjadjaran Ciparanje Jatinangor. Percobaan disusun menggunakan tata ruang rancangan Acak Kelompok yang diulang dua kali dengan Galur-galur AR, BR, dan DR sebagai perlakuan. Variabilitas fenotipik dan genetik diestimasi berdasarkan nilai standar deviasi varians. Hubungan kekerabatan tiga puluh sembilan galur, ditentukan melalui analisis kemiripan genetik. Galur- galur tersebut dikelompokkan berdasarkan matriks kemiripan genetik melalui Unweighted Pair Group Method Using Arithmatic Average (UPGMA). Dendogram dikonstruksi dengan menggunakan Euclidian Coefficient. Jarak matriks dan dendogram dibentuk dengan menggunakan program NTSYSpc (Numerical Taxonomic System) versi 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabilitas genetik dan variabilitas fenotipik berbagai karakter dari populasi 39 galur- galur jagung adalah beragam. Berdasarkan dendogram hubungan kekerabatan terlihat bahwa galur yang memiliki kemiripan genetik yang dekat yaitu galur DR 8 dan DR 18.
Daya Gabung Umum Galur-Galur Jagung Manis Di Jawa Barat R. Y. Putra; Anggia E. P.; D. Ruswandi
Zuriat Vol 19, No 2 (2008)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v19i2.6663

Abstract

Daya gabung umum (DGU) merupakan parameter genetik yang penting untuk menyeleksi galur- galur murni yang memiliki potensi yang menjanjikan untuk dijadikan hibrida baru yang potensial pada generasi yang lebih awal. Suatu penelitian untuk mengestimasi DGU dari 24 galur murni SR dilakukan di tiga lokasi yang berbeda di Jawa Barat, yaitu: Ciparanje –Jatinangor (+ 750 m dpl), Lembang – Bandung (+ 1500 m. dpl.), dan Garokgek- Wanayasa (+ 930 m. dpl.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur murni SR 24 memiliki DGU yang konsisten tinggi untuk semua komponen hasil; untuk SR 25 memiliki nilai GCA tertinggi untuk bobot tongkol, bobot tongkol per plot, dan hasil per ha di Garokgek; sedangkan SR 27 memiliki nilai GCA tertinggi untuk bobot tongkol per plot dan hasil per hektar di Lembang. Sebaliknya, SR 43 memiliki nilai GCA yang terrendah yang konsisten untuk semua karakter pada semua lokasi pengujian; SR 29 memiliki niali GCA terendah untuk bobot tongkol per plot dan hasil per hektar di Garokgek; SR 20, SR 9, dan SR 29 memiliki nilai GCA terendah berturut-turut untuk bobot tongkol, bobot tongkol per plot, dan hasil per hektar di Lembang.
Identifikasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung Setelah Periode Simpan Pada Berbagai Suhu dan Kelembaban Elia Azizah; M. Kadapi; , Sumadi; D. Ruswandi
Zuriat Vol 20, No 1 (2009)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v20i1.6651

Abstract

Kondisi ruang simpan akan mempengaruhi daya simpan suatu benih. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi mutu fisik dan fisiologis 41 galur elite benih jagung yang disimpan pada dua kondisi yang berbeda setelah periode simpan. Percobaan dilaksanakan mulai bulan November 2008 sampai Maret 2009 di Laboratorium Teknologi Benih dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unpad, Jatinangor. Analisis kandungan kalium dan kandungan asam lemak bebas dilakukan di Laboratorium Terpadu Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan, Bandung. Benih yang diuji adalah benih jagung 41 galur elite yang terdiri dari DR, S7A1 (AR), S3B1 (BR) dan dua  varietas A dan B sebagai pembanding yang diulang dua kali. Benih dikemas dalam kemasan plastik yang masingmasing disimpan pada ruangan yang suhu dan RH nya diatur (18 o C dan RH 45 %) dan pada ruangan tanpa pengaturan suhu maupun RH ( 22 – 25 o C dan RH 75 – 85 %) . Identifikasi mutu fisik dan fisiologis dilakukan pada saat awal penyimpanan dan setelah tiga bulan periode simpan. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis varians dan uji LSI. Hasil percobaan menunjukkan Ruangan terkendali lebih mampu mempertahankan kualitas benih jagung setelah periode simpan tiga bulan. Semua galur elit dan varietas pembanding jagung yang disimpan di ruang tidak terkendali mengalami deteriorasi lanjut, sedangkan yang disimpan pada ruang terkendali deteriorasinya dapat dihambat. DR 13, DR 15 dan DR 18 merupakan galur elite yang paling mampu bertahan pada kondisi ruang tidak terkendali.
Adaptabilitas dan Stabilitas Hasil Jagung Hibrida BR Unpad di Jawa Barat pada Dua Musim yang Berbeda R. Imelda Nst; Anggia E. P.; A. Ismail; N. Rostini; Tri Hastini; S. Ruswandi; E. Suryadi; D. Ruswandi
Zuriat Vol 20, No 2 (2009)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v20i2.6642

Abstract

Evaluasi dari penampilan adaptabilitas dan stabilitas merupakan hal penting dalam hasil pelaksanaan percobaan pada lingkungan yang berbeda. Setiap varietas dalam suatu genotip harus dipertimbangkan kelebihan adaptasi atau stabilnya jika hasil rata-ratanya tinggi tetapi tingkat fluktuasi dalam kemampuan hasil akan berbeda perkembangannya pada lingkungan yang berbeda pula. Percobaan ini dilaksanakan di Jatinangor, Purwakarta and Lembang pada bulan 2008 sampai 2009. Lima belas hibrida BR ditanam menggunakan model rancangan acak dengan tiga ulangan. Data dianalisis dengan analisis varians tunggal, varians gabungan dan AMMI (additive main effects and multiplicative interantion). AMMI model merupakan kombinasi analisis dari varians terhadap efek genotip x lingkungan dengan komponen analisis utama dari interaksi genotip x lingkungan. Hibrida yang memperlihatkan stabilitas dan hasil yang cukup tinggi pada dua musim adalah hibrida DR 19 x DR 4. Sedangkan hibrida  yang memperlihatkan adaptasi spesifik adalah BR 163 x DR 16 pada lokasi Lembang musim kedua dan DR 17 x DR 16 pada lokasi Jatinangor musim pertama.
Stabilitas dan Adaptabilitas Hibrida Potensial di Beberapa Ketinggian Tempat di Jawa Barat dan Jawa Tengah A. Hartono; Anggia E. P.; A. Ismail; E. Suryadi; D. Ruswandi
Zuriat Vol 19, No 2 (2008)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v19i2.6657

Abstract

Hibrida yang stabil dan adaptif merupakan syarat penting untuk meningkatkan produksi jagung di Indonesia. Delapan puluh tiga genotip hibrida jagung diuji multilokasi dengan tujuan menduga interaksi genotip x lingkungan, stabilitas dan adaptabilitas hasil (ton/ha) dalam rangka pengembangan varietas unggul di Indonesia. Setiap percobaan dengan rancangan acak kelompok yang terdiri dari perlakuan 83 hibrida dan empat hibrida cek yang diulang tiga kali, dilakukan di empat lokasi yang bervariasi dari dataran tinggi, medium, dan rendah yang tersebar di Pulau Jawa. Data dianalisis dengan analisis varians tunggal, varians gabungan, dan AMMI (additive main effect and multiplicative interaction). Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi genotip x lingkungan untuk karakter hasil tanaman jagung pada umunya merupakan fenomena yang nyata. Hibrida yang memperlihatkan hasil yang tinggi dan stabil adalah DR 7 x DR 16. Sedangkan hibrida yang memperlihatkan adaptasi spesifik adalah BR 163 x DR untuk dataran rendah Boyolali. DR 2 x DR 16, DR 19 x DR 16, dan DR 12 x DR 16 merupakan hibrida yang beradaptasi baik di dataran tinggi Lembang. Hibrida unggul spesifik wilayah dianjurkan untuk dilepas guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pelepasan varietas.
SKRINING PENDAHULUAN UNTUK RESISTENSI TERHADAP HAMA GUDANG PADA HIBRIDA JAGUNG SILANG TUNGGAL DAN SILANG TIGA D. Ruswandi; M. Firman; , Sumeno; S. Robles-Ruswandi; N. Rostini; A. Susanto
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6750

Abstract

Kumbang bubuk jagung merupakan salah satu hama penting pada jagung di gudang terutama di daerah tropis. Penggunaan varietas resisten adalah suatu metode pengendalian kumbang bubuk jagung yang efektif, efisien serta bersahabat dengan lingkungan. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat resistensi genotipegenotipe jagung Single cross dan Three way cross terhadap Sitophylus zea-mais Motch dan untuk mengetahui variabilitas dan heritabilitasnya pada karakter kerusakan benih dan kehilangan bobot benih. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dari bulan Agustus 2004 sampai November 2004. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari dua set populasi percobaan yakni 27 genotip Single cross dan 34 genotip Three way cross. Genotip-genotip jagung pada tiap set sebagai perlakuan serta masing-masing dengan tiga ulangan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dari populasi hibrida Single cross yang diuji diperoleh 2 genotipe sangat resisten yaitu Ki-3 dan MR-10, 12 genotipe resisten, 12 genotipe agak resisten dan 1 genotipe rentan. Adapun untuk genotipe-genotipe Three way cross diperoleh delapan genotipe resisten, 25 genotipe agak resisten dan satu genotipe rentan. Variabilitas fenotipik, populasi hibrida Single cross maupun Three way cross untuk karakter kerusakan benih dan kehilangan bobot adalah luas. Nilai duga heritabilitas untuk karakter-karakter yang diuji baik pada Single cross dan Three way cross adalah rendah.