Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Effect of Gamma Irradiation on Regeneration Capacity of Mangosteen Nodular Callus WARID ALI QOSIM; ROEDHY PURWANTO; GULDOF ALBERT WATTIMENA; WITJAKSONO WITJAKSONO
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 14 No. 4 (2007): December 2007
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.057 KB) | DOI: 10.4308/hjb.14.4.140

Abstract

The research was conducted to determine the effect of gamma irradiation on regeneration capacity of mangosteed nodular callus. Nodular calli derived from a leaf as explants and cultured on MS medium containing combination of 2.2 µM benzilaminopurin (BAP) and 2.27 µM tidiazuron (TDZ). Nodular calli were irradiated with 0 (control) 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, and 40 Gy doses of gamma irradiation. After the irradiation, the calli were generated on woody plant medium (WPM), supplemented with 1.39 µM polyvinilpirolidon (PVP), 8 g.l-1 agar, 30 g.l-1 sucrose and 2.2 µM BAP concentration. Results showed that the irradiation influence the plant regeneration. Response dose of 50% (RD) that could promote the nodular calli of shoot formation was the 25 Gy while that of the shoot number per nodular calli was the 21 Gy. The shoot number irradiated with total dose 5 Gy (9.1 shoot) was higher than that of 0 Gy (8.6 shoot). Key words: plant regeneration, irradiation gamma rays, mangosteen
Penampilan Fenotipik, Variabilitas, dan Heritabilitas 32 Genotipe Cabai Merah Berdaya Hasil Tinggi Warid Ali Qosim; Meddy Rachmadi; Jajang Sauman i Hamdan; Ihsanudin Nuri
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 41 No. 2 (2013): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.336 KB) | DOI: 10.24831/jai.v41i2.7519

Abstract

Information of phenotypic performance, genetic variability and heritability estimation are very important to improve the yield of red pepper. The aims of this research was to obtain the information on the phenotypic performance, variability and heritability of 32 high yielding genotypes of red pepper. The experiment was arranged in randomized complete block design in which 32 genotypes of red pepper were used as a treatment. The results showed that the genotypes of BPH 0604, KRT 2, RMCK I, RMCK II, and UPKRT I 99 performed better than others in the fruit characters such as number of fruits per plant, number of fruit per plot, weight per fruit, fruit weight per plant, fruit weight per plot. The genetic and phenotypic variability were considerably wide for characters such as plant height, flowering time, stem diameter, leaf width, length of peduncle, petiole length, fruit diameter, number of fruits per plant, number of fruit per plot, and weight per fruit. Heritability estimation of plant height, flowering time, stem diameter, fruit diameter, number of fruits per plant, number of fruit per plot, weight per fruit, fruit weight per plant and fruit weight per plot were high.Keyword: Capsicum annuum, genetic material, high yielding variety, plant breeding
Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Komponen Hasil dan Hasil Lima Belas Genotip Cabai Merah Anne Dhiane Lestari; Winny Dewi W.; Warid Ali Qosim; Mulyadi Rahardja; Neni Rostini; R. Setiamihardja
Zuriat Vol 17, No 1 (2006)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v17i1.6808

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi variabilitas genetik dan heritabilitas karakter komponen hasil dan hasil lima belas genotip cabai merah. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, dari bulan Maret 1999 sampai 1999. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 15 genotip sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Variabilitas genetik yang luas terdapat pada karakter jumlah buah per tanaman, bobot per buah, panjang buah, diameter buah, dan umur berbunga, sedangkan karakter tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, bobot buah per tanaman, dan umur panen memiliki variabilitas genetik yang sempit. Nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada karakter jumlah buah per tanaman, bobot per buah, diameter buah, dan umur berbunga. Karakter jumlah bunga per tanaman, panjang buah, bobot buah per tanaman, dan umur panen memiliki nilai duga heritabilitas sedang, sedangkan tinggi tanaman memiliki nilai duga heritabilitas rendah. Variasi dalam galur yang luas terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot per buah, bobot buah per tanaman, dan umur berbunga, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah, dan umur panen memperlihatkan variasi dalam galur yang sempit.
PERUBAHAN ANATOMI DAUN PADA REGENERAN MANGGIS AKIBAT IRADIASI SINAR GAMMA IN VITRO Warid Ali Qosim; Roedhy Purwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6745

Abstract

Tanaman manggis mempunyai laju fotosintesis rendah dan dapat diketahui secara tidak langsung melalui perubahan struktur anatomi daun manggis in vitro. Tujuan penelitian untuk mempelajari perubahan anatomi daun manggis in vitro akibat iradiasi sinar gamma. Sampel daun berasal dari 21 regeneran mutan dan satu kontrol yang sudah diseleksi. Struktur anatomi daun diamati dengan membuat irisan paradermal dan transversal. Irisan paradermal dibuat mengikuti metode sediaan utuh (whole mount) dan diwarnai dengan safranin 1%, sedangkan irisan transversal dibuat dengan mengikuti metode parafin. Daun disayat menggunakan mikrotom putar dengan tebal 10 μm, kemudian diwarnai dengan safranin 1% dan fastgreen 0.5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dapat mempengaruhi perubahan anatomi daun baik pada irisan paradermal maupun transversal. Pada irisan paradermal, luas stomata regeneran mutan pada umumnya lebih besar dibandingkan regeneran kontrol. Regeneran mutan yang memiliki kerapatan dan indeks stomata yang lebih besar dibandingkan kontrol adalah regeneran R-5/2, R-5/3, R-5/4, R-10/4, R-15/3, R-25/1, R-30/1dan R-30/2. Pada irisan transversal, ketebalan kutikula adaksial regeneran mutan lebih tipis dibandingkan kontrol, kecuali regeneran R-5/1. regeneran R- 10/4, R-15/1, R-15/2, R-15/3 memiliki parenkim palisade, bunga karang dan lamina daun yang lebih tebal. Pada umumnya bunga karang dan jumlah berkas pembuluh lebih tebal dibandingkan regeneran kontrol.
Uji ketahanan terhadap penyakit antraknos pada cabai merah untuk seleksi tetua Ridwan Setiamihardja; Warid Ali Qosim
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6735

Abstract

Pengujian ketahanan terhadap penyakit Antraknosa (Colletotricum capsici) dilakukan pada 36 genotip cabai merah (Colletotricum annum) untuk memperoleh bahan tetua. Pengujian tingkat serangan pada buah cabai merah dilakukan di lapangan (Kebun Percobaan Wera, Subang) dan di laboratorium Balai Penelitian Hortikultura Lembang, dari bulan Oktober 1989 sampai Februari 1990. Percobaan lapangan ditata dalam rancangan acak kelomok dan di laboratorium dalam rancangan acak lengkap.dari hasil percobaan ternyata tidak terdapat tanaman yang imun (tingkat kerusakan 0%). Pada uji lapangan terdapat empat genotip yang tahan (tingkat kerusakan rata-rata 4.9%-7.2%); sedangkan dari uji laboratorium tidak terdapat genotip yang tahan, enam genotip menunjukkan tingkat kerusakan 11.1%-15.1% (agak peka).
KORELASI ANTARA KARAKTER KERAPATAN TRIKOMA DAN STOMATA DENGAN KETAHANAN PENYAKIT KARAT PADA BEBERAPA KULTIVAR KRISAN POT Warid Ali Qosim; M. Rachmadi; , Hersanti; Atin Suwarti
Zuriat Vol 16, No 1 (2005)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v16i1.6782

Abstract

Penyakit karat dapat menurunkan kualitas bunga krisan pot. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi karakter ketahanan 22 kultivar krisan pot terhadap penyakit karat dan korelasinya dengan kerapatan trikoma dan stomata. Percobaan ditata dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 22 kultivar krisan pot sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sembilan kultivar krisan pot tergolong imun, yaitu kultivar Tawn Falk, Tiger, Reagen Rossy, Pink Mambo, Yellow Boaldi, Autumn Glory, Yellow Kettay, Stroika dan White Boaldi dan satu kultivar tahan yaitu kultivar White Reagan. Empat Kultivar yang tergolong agak peka, yaitu kultivar Mike, Pink Davis, Pink Regol dan Redding. Delapan kultivar tergolong peka, yaitu White Cherry Papilon, Fiji Yellow, Red Cherry Papilon, Pink Violet, Fiji White, Puma Sunny Pink Arola dan Fiji. Terjadi hubungan korelasi negatif antara karakter kerapatan trikoma dan stomata dengan karakter ketahanan terhadap penyakit karat.
Respon Lima Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Perlakuan Manitol pada Kultur In Vitro ( Winna Firdawati; Farida Damayanti; Suseno Amien; Warid Ali Qosim
Zuriat Vol 30, No 1 (2019): Latest Issue (April 2019)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.266 KB) | DOI: 10.24198/zuriat.v30i1.21783

Abstract

Potato is one of the vegetable commodities that potentially use as a source of carbohydrate and could be developed to support food diversification program. Global climate changes that lead to extreme climate change could cause some agricultural problem, i.e., drought stress. It is necessary to develop drought-tolerant cultivar as one of the options to solve the problem. The objective of this research was to identify the level of drought stress in five potato cultivars by observing the response of those cultivars to mannitol in vitro culture. The experiment was conducted at Tissue Culture Plant Breeding Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, on May 2014 to June 2014. The experiment was arranged in a factorial, completely randomized block design with two factors. The first factor was potato cultivar (five levels), consisted of Granola, Atlantik, Andina, Ping 06, and Merbabu 17. The second factor was mannitol concentration (five levels), comprised of 0.0 M, 0.1 M; 0.2 M; 0.3 M, and 0.4 M. The results showed that there was no interaction between potato cultivar and mannitol concentration in all traits. Number of leaves, number of nodes, number of roots, root length were independently affected by cultivar and mannitol concentration, meanwhile plantlet height, chlorophyll concentration was only individuals affected by mannitol concentration. It was also showed that mannitol concentration of 0.4 M decreased plantlets height, a number of leaves, and a number of roots in potato cultivars Granola, Atlantik, Andina, Ping 06 dan Merbabu 17.
Deteksi Molekular Mutan Manggis In Vitro denga Marka RAPD Warid Ali Qosim; R. Poerwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 18, No 2 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i2.6702

Abstract

Informasi variabilitas genetik sangat penting untuk menunjang program pemuliaan manggis. RAPD adalah marka molekuler yang dapat membantu dalam proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman manggis.Tujuan penelitian adalah mempelajari variabilitas genetik akibat iradiasi sinar gamma. Dua puluh dua DNA regeneran manggis yang sudah diseleksi diamplifikasi menggunakan random praimer dalam mesin PCR. Praimer yang digunakan adalah SBH 13, SBH 18, SB 13, SB 12, dan SB 19. Pembuatan dendogram dilakukan dengan bantuan program NTSys-pc versi 2.1. Hasil analisis RAPD menunjukkan perubahan pita lima praimer acak berkisar 250−2000 pasang basa (pb). Praimer SB 19 menghasilkan jumlah pita paling banyak, sedangkan praimer SBH 13 menghasilkan jumlah pita paling sedikit. Berdasarkan dendogram analisis RAPD 22 regeneran mutan dan kontrol, nilai koefisien kemiripan genetik antara 0.60–0.91 (60%−91%) atau variasi genetik 9%− 40%. Pada nilai koefisien kemiripan genetik 60% terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok E berbeda dengan kelompok lainnya (A, B, C, D), sehingga secara keseluruhan kelompok regeneran mutan dan tanaman kontrol yang dianalisis menghasilkan lima kelompok utama.
PEMBENTUKAN PLANLET MANGGIS DARI KALUS NODULAR IN VITRO Warid Ali Qosim; R. Poerwanto; G. A. Wattimena; , Witjaksono
Zuriat Vol 16, No 2 (2005)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v16i2.6771

Abstract

Pembentukan planlet manggis in vitro dapat dilakukan melalui kalus nodular yang berasal dari eksplan daun. Tujuan penelitian untuk mengembangkan protokol pembentukan planlet dari kalus nodular yang akan digunakan dalam menunjang pemuliaan mutasi in vitro manggis. Induksi kalus nodular dilakukan pada medium MS (Murashige & Skoog, 1962) yang diberi suplemen kombinasi 2.22 μM BAP (benzilaminopurin) dan 2.27 μM TDZ (thidiazuron), 1.39 μM polyvinylpyrolidon (PVP) 30 g.L–1 gula pasir, dan 8 g.L–1 agar, dengan perlakuan konsentrasi BAP (0.0; 1.1; 2.2; 3.3; 4.4) μM. Hasil penelitian menunjukkan medium WPM dengan perlakuan BAP konsentrasi 2.2 μM memperlihatkan persentase modul kalus membentuk tunas paling tinggi (34.7%), dengan rata-rata 7.8 tunas per kalus nodular, rata-rata 1.1 pasang daun, waktu pembentukan tunas 13.50 minggu dan rata-rata 11.06 tunas yang panjangnya 1-5 mm, rata-rata 2.61 tunas yang panjangnya 6– 10 mm dan rata-rata 0.61 tunas yang panjangnya > 10 mm.
Respons fisiologi pertumbuhan dan hasil tiga genotip jawawut terhadap cekaman kekeringan Yuyun Yuwariah; Sheli Mustikasari Dewi; Warid Ali Qosim; Anne Nuraini
Jurnal Agro Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/4590

Abstract

Jawawut merupakan salah satu tanaman pangan lokal Indonesia yang belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan genotip jawawut yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil pada berbagai tingkat pemberian air di rumah plastik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2017 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri dari tiga macam genotip yaitu genotip 44, 46, dan 48. Anak petak terdiri dari tiga taraf kapasitas lapang  yaitu 75%, 50% dan 25%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian air 25% kapasitas lapang berpengaruh paling buruk terhadap  proses fisiologis pertumbuhan dan hasil tiga genotip jawawut. Genotip 44 dan 46, pada pemberian air 50 % KL menghasilkan  konduktan stomata terbaik. Genotip 46 dan 48 memberikan pengaruh paling baik terhadap proses fisiologis pertumbuhan dan hasil jawawut yaitu jumlah anakan per rumpun.ABSTRACTMillet is one of Indonesia's local food crops that has not been widely developed as food sources. The purpose of this study was to obtain the genotypes of millet which gave the best effect on the growth and yield at various levels of water supply in the plastic house. The study was conducted from June to September 2017 at the Experimental Station of the Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. The research used the Split Plot Design with three replications. The main plot factor consisted of three levels of treatment; genotypes 44, 46, and 48. The subplot factor consisted of three stages of different treatment of the field capacity; 75%, 50% and 25%. The results showed the treatment of 25% water to field capacity had the worst effect on the physiological process of growth and yield of three millet genotypes. Genotypes 44 and 46, at 50% field capacity, produced the best stomatal conductance. Genotype 46 and 48 showed the best response to the physiological processes for the number of tillers.