Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Perkembangan dan variasi harga daging dan telur pada berbagai kota besar di Indonesia Rosmijati Sayuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v3n1.1984.1-9

Abstract

IndonesianPenerapan secara luas teknologi maju dalam bidang peternakan telah menimbulkan masalah lain seperti terjadinya variasi dan fluktuasi harga hasil ternak yang akibatnya sangat dirasakan baik oleh peternak maupun oleh konsumen. Suatu penelitian yang bersifat deskriftif telah dilakukan untuk melihat perkembangan harga sebagai indikator perkembangan permintaan dan penawaran selama lima tahun pada beberapa kota di Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kota Jakarta cenderung merupakan basis tingkat harga daging di pulau Jawa dan Bali, tetapi belum untuk harga telur. Perkembangan harga daging pada kurun penelitian ternyata relatif stabil sedangkan harga telur sekalipun berkembang baik, tetapi mengalami fluktuasi bulanan.
Prospek Pengembangan Agribisnis Ayam Buras Sebagai Usaha Ekonomi di Pedesaan Rosmijati Sayuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v20n1.2002.40-49

Abstract

EnglishThe population of native chicken in Indonesia is around 200 millions, but its remarkable potential is not yet exploitate properly. The reviews study is based on related report and reference of native chicken conducted in Indonesia. The focus of the study is to determine whether the intensive native chicken farming could be able to develop as a source of employment and income generating activities. The question is based on the inferior economic performance of native chicken compared to layer or broiler. The study results indicate that intensive native chicken farming can be considered as promising economic activity, therefore the active role of government is needed to enhance the said industry for improving employment and income in rural area. IndonesianIndonesia mempunyai kurang lebih 200 juta ayam buras. Potensi yang sangat besar ini ternyata belum diusahakan secara intensif.Tulisan ini merupakan tinjauan tentang ayam beras di Indonesia berdasarkan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan tinjauan khususnya diarahkan apakah usaha ayam beras secara intensif memungkinkan untuk dikembangkan sebagai sumber lapangan kerja dan pendapatan? Pertanyaan ini muncul karena sifat-sifat ekonomi ayam buras relatif lebih rendah dibandingkan ayam ras,tetapi nilai ekonomi produksi ayam buras relatif jauh lebih tinggi terutama karena bebas residu kimia dan antibiotika. Hasil studi menunjukan bahwa ayam buras dapat diusahakan sebagai usaha ekonomi,sehingga peran aktif pemerintah sangat diperlukan dalam mendorong keberhasilan industri ayam buras dalam meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat pedesaan
Industri Perunggasan: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan nFN Saptana; Rosmijati Sayuti; Khairina M. Noekman
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v20n1.2002.50-64

Abstract

EnglishRegarding sustainable economic development, the government have to consider three main roles, i.e. : to accelerate growth through efficiency improvement, to generate equity and justice, and to maintain stability as well as macro-economic growth. The economic system being exclusively bias to one of the said economic dimensions will not sustainable in the long-run. The assessment which accommodate complementary growth and equity on poultry industry is important, due to structural problems on the respective industry, in addition to marginalization of smallholder poultry farmers. Government policies being bias toward economic growth in the condition of economic crisis have substantial negative impact on national poultry industry. IndonesianDalam konteks pembangunan ekonomi berkelanjutan pemerintah mempunyai tiga fungsi sentral yaitu meningkatkan efisiensi guna mempercepat pertumbuhan, menciptakan pemerataan dan keadilan, memacu pertumbumhan ekonomi secara makro dan menjaga stabilitasnya. Suatu sistem perekonomian yang bias ke salah satu tujuan akan menghasilkan kinerja pembangunan ekonomi yang rapuh. Dalam kontek ini, kajian yang memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan pada industri perunggasan di pandang sangat relevan, karena pada bidang usaha ini telah terjadi ketimpangan struktur pasar input, pasar hasil (output), integrasi vertikal dan horisontal, dan tersisihnya peternakan rakyat. Kebijakan pemerintah yang bias ke pemacuan pertumbuhan ekonomi adanya dampak krisis ekonomi berkepanjangan telah berdampak buruk pada kinerja industri perunggasan
Lapangan Kerja di Sumatera Barat Rosmijati Sayuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v4n1.1985.18-21

Abstract

There is no abstract available from the publish and or printed article
Prospek produksi dan pemasaran pisang di Propinsi D.I. Aceh Rosmijati Sayuti; nFN Andriati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v12n1.1994.38-48

Abstract

IndonesianPisang termasuk komoditas hortikultura yang mendapat perhatian utama pada PJPT-II. Pisang merupakan komoditas yang sudah umum diusahakan petani sebagai sumber pendapatan. Tulisan ini bertujuan mengkaji kendala-kendala produksi dan pemasaran komoditas pisang serta alternatif pola pengembangannya dengan mengambil contoh provinsi DI. Aceh. Metoda pengumpulan data berdasarkan pemahaman pedesaan dalam waktu singkat (PPWS). Beberapa kendala yang ditemui dalam pengembangan produksi antara lain teknologi budidaya rendah, bibit unggul tidak cukup tersedia dan teknologi kultur jaringan relatif mahal. Sedangkan pada aspek pemasaran adalah modal, belum adanya standar mutu dan teknologi pengolahan yang amsih rendah. Saran-saran dalam pola pengembangan komoditas pisang ini antara lain intensifikasi usahatani pisang rakyat, pengembangan kerjasama, pola perusahaan, pola usahatani terpadu dan pengembangan mutu.
Telaahan aspek produksi dan pemasaran kedelai di Jawa Timur I Wayan Rusastra; Rosmijati Sayuti; Chaerul Muslim
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.67-77

Abstract

IndonesianDewasa ini sedang diupayakan reorientasi program pembangunan pertanian dari peningkatan produksi kepada upaya peningkatan pendapatan petani. Upaya ini diantaranya ditempuh melalui pengembangan program diversifikasi pertanian, dimana komoditas kedelai mendapat prioritas utama diantara komoditi palawija. Berkenaan dengan hal tersebut dilakukan kajian sistem komoditas kedelai yang meliputi aspek produksi dan pemasaran di daerah sentra produksi utama di Jawa Timur. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampai pada tahapan ini usahatani kedelai masih membutuhkan proteksi untuk memantapkan adopsi teknologi, memperluas partisipasi pengusahaannya, dan meningkatkan daya saing kedelai terhadap komoditi alternatif. Kendala pengembangan aspek produksi yang dihadapi petani diantaranya adalah rendahnya persepsi dan tingkat adopsi beberapa komponen teknologi seperti benih berlabel, sistem tanam larikan, penggunaan pupuk secara lengkap dan berimbang (khususnya KCl), dan penyiangan tanaman secara lebih baik. Untuk mengatasi masalah ini perlu lebih diperluas pola kerjasama petani dan swasta disamping program intensifikasi kedelai. Secara umum aspek pemasaran kedelai berjalan cukup baik, yang ditunjukkan oleh pangsa harga yang diterima petani cukup besar (80-95 persen) dan tidak terdapat fluktuasi harga bulanan yang tajam baik di tingkat produsen maupun konsumen. Permasalahan yang dihadapi dalam aspek pemasaran adalah rendahnya kualitas kedelai di tingkat konsumen, karena pedagang memanipulasi kualitas dengan melakukan pencampuran, untuk memenuhi permintaan pedagang besar propinsi dan Jakarta. Pemerintah diperkirakan dapat berperanan dalam menetapkan harga jual dan beli pedagang besar menurut kualitas dikaitkan dengan penyaluran kedelai impor.