Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Tinjauan Ekonomi Ternak Sapi Potong di Jawa Timur Bambang Winarso; Rosmiyati Sajuti; Chaerul Muslim
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v23n1.2005.61-71

Abstract

EnglishEast Java Province is one of potential regions in the country for beef cow development. This is facilitated with sufficient feed from agricultural by-products, the farmers’ habits in raising beef cows for additional income, and cows as working animals in farm land. The province produces significant beef cows not only sufficient for satisfying regional demand but also for supply of the outside regions. The beef cow farms develop well in the province due to integration of livestock and farm business. This paper assesses performances of livestock farms and agribusiness consisting of livestock business, marketing channel, and the constraints encountered. IndonesianSecara nasional wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu wilayah pengembangan ternak sapi potong yang sangat potensial. Hal ini ditunjang ketersediaan pakan dari limbah pertanian yang mencukupi, kebiasaan masyarakat yang menjadikan ternak sapi potong sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga maupun sebagai ternak kerja di pertanian. Wilayah ini mampu berswasembada daging sapi, bahkan mampu mensuplai kebutuhan daging ke luar daerah. Kegiatan usaha ternak yang diupayakan pada pemanfaatan limbah pertanian menunjukkan bahwa antara usaha ternak dan usaha tani merupakan suatu sistem usaha yang berkembang diwilayah ini. Kajian ini bertujuan melakukan tinjauan kinerja usaha ternak dan kinerja agribisnis dalam arti luas. Aspek kajian meliputi usaha ternak secara keseluruhan, distribusi mata rantai dan mekanisme pemasaran, serta menelaah kendala dan hambatan yang dihadapi. Bahan kajian berasal dari review hasil-hasil penelitian peternakan sapi potong di Jawa Timur.
Pola pelayanan kredit untuk masyarakat berpendapatan rendah di pedesaan Jawa barat Mat Syukur; nFN Sumaryanto; Chaerul Muslim
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v11n2.1993.1-13

Abstract

IndonesianKajian mengenai ragam, bentuk dan prosedur pelayanan kredit untuk masyarakat berpendapatan rendah diharapkan mampu membantu memberikan jawaban terhadap pertanyaan tentang pola pelayanan yang paling sesuai untuk masyarakat berpendapatan rendah. Pada tahun 1990 penelitian dilakukan di Jawa Barat Kecamatan Jonggol dan Nanggung Kabupaten Bogor dengan melakukan wawancara terhadap 105 rumahtangga contoh. Dari hasil Penelitian ini ditunjukkan bahwa (1) ragam dan pola pelayanan kredit pedesaan untuk golongan miskin sangat banyak, baik yang berbentuk kredit program (KUT, UPPKA) maupun komersial (LPK, BKPD, Bank Harian), (2) perilaku permintaan kredit masyarakat berpendapatan rendah dalam pasar kredit tidak sepenuhnya ditentukan oleh pertimbangan tentang bunga kredit, tetapi juga pada kesederhanaan prosedur dan syarat perolehan krdit. Oleh karena itu untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap sumber modal (kredit) dapat ditempuh dengan cara menyederhanakan prosedur dan syarat perolehan pinjaman dengan supervisi yang intensif.
Telaahan aspek produksi dan pemasaran kedelai di Jawa Timur I Wayan Rusastra; Rosmijati Sayuti; Chaerul Muslim
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.67-77

Abstract

IndonesianDewasa ini sedang diupayakan reorientasi program pembangunan pertanian dari peningkatan produksi kepada upaya peningkatan pendapatan petani. Upaya ini diantaranya ditempuh melalui pengembangan program diversifikasi pertanian, dimana komoditas kedelai mendapat prioritas utama diantara komoditi palawija. Berkenaan dengan hal tersebut dilakukan kajian sistem komoditas kedelai yang meliputi aspek produksi dan pemasaran di daerah sentra produksi utama di Jawa Timur. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampai pada tahapan ini usahatani kedelai masih membutuhkan proteksi untuk memantapkan adopsi teknologi, memperluas partisipasi pengusahaannya, dan meningkatkan daya saing kedelai terhadap komoditi alternatif. Kendala pengembangan aspek produksi yang dihadapi petani diantaranya adalah rendahnya persepsi dan tingkat adopsi beberapa komponen teknologi seperti benih berlabel, sistem tanam larikan, penggunaan pupuk secara lengkap dan berimbang (khususnya KCl), dan penyiangan tanaman secara lebih baik. Untuk mengatasi masalah ini perlu lebih diperluas pola kerjasama petani dan swasta disamping program intensifikasi kedelai. Secara umum aspek pemasaran kedelai berjalan cukup baik, yang ditunjukkan oleh pangsa harga yang diterima petani cukup besar (80-95 persen) dan tidak terdapat fluktuasi harga bulanan yang tajam baik di tingkat produsen maupun konsumen. Permasalahan yang dihadapi dalam aspek pemasaran adalah rendahnya kualitas kedelai di tingkat konsumen, karena pedagang memanipulasi kualitas dengan melakukan pencampuran, untuk memenuhi permintaan pedagang besar propinsi dan Jakarta. Pemerintah diperkirakan dapat berperanan dalam menetapkan harga jual dan beli pedagang besar menurut kualitas dikaitkan dengan penyaluran kedelai impor.
KERAGAAN BENIH HORTIKULTURA DI TINGKAT PRODUSEN DAN KONSUMEN (Studi kasus : Bawang merah, Cabai merah, Kubis dan Kentang) VALERIANA DARWIS; BAMBANG IRAWAN; CHAERUL MUSLIM
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 4, No. 2 Juli 2004
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.275 KB)

Abstract

Seed and seedling is one of main factors in determining the product of horticultural crops. Theuse seed production on horticultural crops, could be produced by government institution orprivate sector. In the last 21 years (1980 – 2001) the government has released 183 improvedvariety of vegetables, including 26 red onion, red chili, cabbage and potato. These number ismuch Owen compared to number of improved variety of crops. For instance 105 newimproved varieties for rice, 50 varieties for corn and 33 varieties for soybean. The role ofprivate sectors on the horticultural seed is much more dominant to the high demandcommodities and cannot be produced by the farmers it can be seen on the production of redchili seed compared to three other commodities. The performance of seed on the levelconsumer, represented by the farmers in the area production central, namely red onion, redchili in the central Java Province, and potato and cabbage in North Sumatera Province. Thefindings of the study are : the farmers are influencing by the group on the selection of seed tobe use, the role of field extension worker is very limited, the seed has been use by the farmersbefore introducing by government, at any planting time the farmers not always use a newseed, even there are some farmers never used improved variety of potato.
Penerapan Tarif Impor dan Implikasi Ekonominya dalam Perdagangan Beras di Indonesia A. Husni Malian; Chaerul Muslim; nFN Erwidodo
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v17n1.1999.27-37

Abstract

EnglishSince December 1, 1998 the government has taken discrete measures of abolishing fertilizer subsidy and liberalized rice and fertilizers trade. To compensate the rice producing farmers the government decided to increase the hulled dry rice floor price from Rp. 1,000.- to Rp. 1,400.- - Rp. 1,500.- per kg. To implement effectively the new floor price mentioned above the government of Indonesia has one choice only which is in accordance with GATT/WTO rules, i.e. to impose an import tariff. Results of the analyses indicate that the ad valorem tariff applicable as high as 40 percent is effective for the whole year or 30 percent if it is applied in January to June period only. The application of this rice import tariff is good for one or two years only in line with the restructured rice agribusiness system. IndonesianSejak tanggal 1 Desember 1998, pemerintah telah mengambil kebijakan berupa penghapusan subsidi pupuk dan membebaskan perdagangan serta tataniaga pupuk dan beras. Sebagai kompensasi kepada petani produsen padi, pemerintah juga mengamankan harga dasar yang baru tersebut, pemerintah Indonesia hanya memiliki satu pilihan yang sesuai dengan kesepakatan GATT/WTO yaitu menerapkan tarif impor beras. Hasil analisis menunjukkan bahwa tarif ad valorem yang dapat dikenakan adalah 40 persen bila diberlakukan sepanjang tahun, atau 30 persen bila hanya berlaku selama masa panen raya padi yang berlangsung antara bulan Januari sampai Juni. Penerapan tarif impor beras ini sebaiknya hanya ditempuh selama satu sampai dua tahun, seiring dengan penataan kembali sistem agribisnis beras yang berlangsung sekarang.