Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Keragaan program supra insus padi, kasus di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur Muchjidin Rachmat; Rudy Sunarja Rivai; nFN Andriati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n1.1989.1-12

Abstract

IndonesianTulisan ini menggambarkan pelaksanaan program Supra Insus padi pada awal pelaksanaan di kabupaten Nganjuk. Program ini telah meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Salah satu keberhasilan dari program Supra Insus ini terutama dalam menekan kecenderungan petani dalam pemakaian pupuk berlebihan menuju pemakaian yang lebih berimbang, Masih adanya variasi yang besar dalam pemakaian masukan dan produktivitas menunjukkan adanya peluang dalam perbaikan manajemen pengelolaan program. Perbaikan manajemen tersebut terutama ditekankan kepada sistem pengambilan keputusan berkelompok yang mengarah dalam memperbaiki adopsi teknologi dan keterpaduan usahatani. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, selayaknya rekomendasi paket pemupukan didasarkan kepada analisa kesuburan tanah yang lebih teliti. Pemakaian pupuk yang seimbang dan mendekati.
Prospek produksi dan pemasaran pisang di Propinsi D.I. Aceh Rosmijati Sayuti; nFN Andriati
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v12n1.1994.38-48

Abstract

IndonesianPisang termasuk komoditas hortikultura yang mendapat perhatian utama pada PJPT-II. Pisang merupakan komoditas yang sudah umum diusahakan petani sebagai sumber pendapatan. Tulisan ini bertujuan mengkaji kendala-kendala produksi dan pemasaran komoditas pisang serta alternatif pola pengembangannya dengan mengambil contoh provinsi DI. Aceh. Metoda pengumpulan data berdasarkan pemahaman pedesaan dalam waktu singkat (PPWS). Beberapa kendala yang ditemui dalam pengembangan produksi antara lain teknologi budidaya rendah, bibit unggul tidak cukup tersedia dan teknologi kultur jaringan relatif mahal. Sedangkan pada aspek pemasaran adalah modal, belum adanya standar mutu dan teknologi pengolahan yang amsih rendah. Saran-saran dalam pola pengembangan komoditas pisang ini antara lain intensifikasi usahatani pisang rakyat, pengembangan kerjasama, pola perusahaan, pola usahatani terpadu dan pengembangan mutu.
Keragaan Usahatani Coklat Rakyat: Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Tenggara nFN Andriati; Budiman Hutabarat; Jefferson Situmorang
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v12n1.1994.61-69

Abstract

Pengembangan tanaman perkebunan dari dana pembangunan juga diarahkan oleh pemerintah ke skala kecil (rakyat) dan tidak hanya pada skala perusahaan. Makalah ini ditujukan untuk mengkaji keragaan sistem budidaya tanaman coklat rakyat dan langkah-langkah penganan pasca panennya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan September tahun 1989. Data primer yang digunakan diperoleh dari wawancara petani pemilik kebun coklat dan pedagang. Analisa data dilakukan secara tabulasi yang meliputi analisis usahatani dan B/C ratio. Dari hasil analisa diperoleh bahwa usahatani coklat sebagian besar dikerjakan sendiri oleh keluarga petani. Tenaga kerja keluarga petani sudah memiliki keterampilan dalam memelihara tanaman coklat yang meliputi memangkas, menyiang dan menyemprot, tetapi dosis pemupukan N, P dan K masih rendah karena keterbatasan modal yang dimiliki petani. Sementara itu pelaksanaan panen, pengangkutan dan pengupasan cukup baik sedangkan kegiatan pemeraman (fermentasi), pencucian dan pengeringan masih kurang baik yang menyebabkan resiko kebusukan biji coklat tinggi. Adanya ke dua faktor ini menyebabkan sekitar 10 persen petani terpaksa menjual biji coklat basah dengan harga murah dan sekitar 90 persen petani menjual biji coklat yang dikeringkan dengan tenaga matahari dengan kadar air 20 - 25 persen. Perbedaan pendapatan yang diterima petani pada penjualan biji basah dengan biji kering relatif tinggi dengan B/C ratio 1,72 pada biji basah dan 2,31 pada biji kering. Dalam jangka pendek dan jangka panjang uluran tangan pemerintah berupa teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang dihadapi petani sangat diperlukan.