Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

UJI LAPANGAN LO (LETHAL OVITRAP) SKALA PERUMAHAN TERHADAP DAYA TETAS TELUR AEDES AEGEPTY Tri Ramadhani; Ulfa Farida Trisnawati
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 10 No. 2: JUNI 2014
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.568 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v10i2.493

Abstract

Uji lapangan skala perumahan dalam penggunaan Lethal ovitrap (LO) sebagai salah satu upaya pengendalian populasi nyamuk Aedes aegyti telah dilakukan di Kabupaten Banyumas. LO dirancang untuk membunuh nyamuk betina Aedes aegypti yang siap untuk bertelur, setelah bersentuhan dengan ovistrip berinsektisida cypermetrin dosis 12,5μg ai/strip. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hasil penerapan LO skala perumahan terhadap daya tetas telur Aedes aegypti. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan post test only control group. Ovitrap terbuat dari pralon yang dicat hitam dengan ukuran tinggi 10 cm dimeter 7,5 cm, diisi air bersih sebanyak 1/3 isinya. Ovitrap diberi atraktan air rendaman jerami 10% dan ovistrip berupa kertas saring berukuran ± 4 cm x 25 cm dipasang di bagian dalam sebagai tempat perangkap telur. Lokasi penelitian adalah Perumahan Ledug sebagai daerah intervensi dan Perumahan Bojongsari sebagai kontrol, masing-masing sebanyak 100 rumah (setiap rumah 6 ovitrap, 3 dipasang di luar rumah dan 3 dipasang di dalam rumah). Survei telur dilakukan setiap seminggu sekali selama 3 bulan (12 kali pengamatan). Uji normalitas data dilakukan dengan one sample Kolmogorrov-Smirnov sedangkan uji beda dengan Mann-Whitney pada taraf signifikansi 0,05. Daerah dengan penggunaan LO diperoleh Indeks ovitrap sebesar 9,6%, jumlah telur Aedes aegypti sebanyak 3.974, sedangkan di daerah kontrol OI=3,4% dan jumlah telur 28.799. Daya tetas telur sebesar 3,3% pada daerah dengan LO sedangkan daerah kontrol 20,6%. Penggunaan LO dengan insektisida cypermethrin dosis 12,5μg ai/strip dapat menurunkan daya tetas telur nyamuk Aedes aegypti sebesar 16,7.
Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Tri Ramadhani
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 1 No 1 (2009): Jurnal Aspirator Volume 1 Nomor 1 2009
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.737 KB)

Abstract

Abstract. Pabean villages is a filariasis endemic areas caused by Whuchereria bancrofti parasite with incidence rate is 3.4% on year 2007. To determine biting activity of Culex quinquefasciatus mosquitoes that been confirmed as filariasis’s vector, it been conducted a entomological survey as long as 5 months (from August up to December) every 2 weeks that aimed to know mosquito’s peak biting and resting density in each hour catching. A survey was conducted using all night landing collection method from 18.00 am up to 06.00 pm. In each hour survey; indoor and outdoor landing mosquitoes and also resting mosquitoes on inside wall and cattle stable, will be caught using aspirator and put onto paper cup.A study result was showed that indoor peak of Cx. quinquefasciatus mosquitoes biting densi-ty is 20.00, 22.00 and 23.00 o’clock, whereas the outside peak one is 21.00, 24.00 and 02.00 o’clock; peak of resting on inside wall is 18.00 o’clock and cattle stable resting is 24.00 o’clock.
Fauna Nyamuk Anopheles di Desa Kaliurang Kec. Kalibawang Kab. Wonosobo Tahun 2004 Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 01 Nomor 001/Tahun I Juni 2005
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (923.222 KB)

Abstract

Berdasarkan data mengenai tingginya kasus malaria di desa Kalikarung, maka perlu diketahui fauna nyamuk Anopheles dan yang berperan dalam penularan malaria. Dalam laporan ini disajikan hasil penelitian berbagai spesies nyamuk Anopheles yang ditemukan di desa Kalikarung Kecamatan Kalibawang. Berdasarkan hasil penangkapan nyamuk dewasa di desa Kalikarung, ditemukan 6 jenis spesies nyamuk Anopheles yaitu An. aconitus, An. maculatus, An. barbirostris, An. vagus, An. annularis dan An. kochi. An. maculatus ditemukan pada penangkapan dengan umpan orang di luar rumah dan istirahat di sekitar kandang ternak, sedangkan An. kochi hanya ditemukan di sekitar kandang ternak. Sementara spesies lainnya ditemukan pada semua lokasi penangkapan.
KAJIAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 Bambang Yuniarto; Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 6 Nomor 1 Juni 2010
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1347.7 KB) | DOI: 10.22435/blb.v6i1.688

Abstract

Leptospirosis is one of rodent borne neglected diseases, but health problem in day. Transmision of Leptospirosis occurs by contact with water or humid soil contaminated with urine from rodent infected with Leptospira. The aim of this research was to know epidemiology Leptospirosis in Semarang City and Demak District, in April-November 2008. The design of this research was cross sectional. The activity included Leptospirosis diagnosis with Rapid Diagostic Test (Leptotek Dri Dot) and rat trappings. Data were analysed descriptively by using tables, graphics and maps. The result showed that in 2008, Leptospirosis incidence in the both areas was higher compared to the previous year. The Leptospirosis cases tended to increase in the rainy season. In Semarang City, Leptospirosis cases were mostly found in the age group of 0-19 years (44,1%) and 51% of the total cases were female. In Demak District, the cases were mostly found in the age group of 40-49 years (25,7%) and 75,7% from the total cases were male. The spesies rats found in this research were Rattus tanezumi, R.norvegicus, B.indica, Mus musculus, R.exculan and Suncus murinus. Kidney test of the rats caught in Semarang City showed Rattus tanezumi, R.norwegicus, B.indica, and R.exculan were infected with Leptospira sp.
SURVEI PENGETAHUAN,SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG MALARIA DI DESA ENDEMIS MALARIA DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2000 Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 002 Nomor 01/Tahun II Juni 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.996 KB)

Abstract

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah, karena selain banyak menyerang usia produktif yang akan berakibat pada menurunnya produktifitas kerja, ditemukan adanya kematian karena malaria pada bayi dan anak balita akan berdampak pada Angka Kematian lbu (AKI) dan Angka KemaMalaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jawa Tengah, karena selain banyak menyerang usia produktif yang akan berakibat pada menurunnya produktifitas kerja, ditemukan adanya kematian karena malaria pada bayi dan anak balita akan berdampak pada Angka Kematian lbu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya pemberantasan malaria di suatu daerah tidak akan berhasil dengan baik tanpa melibatkan masyarakat setempat. Untuk dapat melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria, perlu lebih dahulu diketahui sejauh mana pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai malaria. Hingga saat ini belum ada informasi yang dapat menggambarkan tentang hal tersebut, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan, untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria. Untuk itu perlu dilaksanakan survei tentang pengetahuan , sikap dan perilaku (PSP) masyarakat yang berhubungan dengan malaria, yang selanjutnya dapat digunakan dalam merencanakan program pemberantasan malaria di suatu daerah dengan berdasar sesuatu yang ada dan berkembang di dalam masyarakat.tian Bayi (AKB). Upaya pemberantasan malaria di suatu daerah tidak akan berhasil dengan baik tanpa melibatkan masyarakat setempat. Untuk dapat melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria, perlu lebih dahulu diketahui sejauh mana pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai malaria. Hingga saat ini belum ada informasi yang dapat menggambarkan tentang hal tersebut, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan, untuk melibatkan masyarakat dalam upaya pemberantasan malaria. Untuk itu perlu dilaksanakan survei tentang pengetahuan , sikap dan perilaku (PSP) masyarakat yang berhubungan dengan malaria, yang selanjutnya dapat digunakan dalam merencanakan program pemberantasan malaria di suatu daerah dengan berdasar sesuatu yang ada dan berkembang di dalam masyarakat.
DISTRIBUSI FILARIASIS LIMFATIK I DI KELURAHAN PABEAN, KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH Sunaryo Sunaryo; Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 007 Nomor 02/Tahun IV Desember 2008
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1114.819 KB)

Abstract

Lymphatic filariasis still occurs to be a health problem in Pekalongan City. Pabean village, North Pekalongan SubDistrict up to now. This area lays between two filariasis endemic areas, that is Bandengan village North Pekalongan SubDistrict (Mf-rate: 2,38 %) and Pasirsari village, West Pekalongan Sub-District (Mf-rate: 2,34%). The aim of the study was to determine the lymphatic filariasis distribution, based on place, people and time, the chronic and a cute cases, the density of microfilaria and microfilaria periodicity. This research used an observational study with cross sectional design. Clinical and parasitological surveys conducted to 500 persons, screened using a 60 pi off inger prick blood which should be dried on a slide, stained and examined under a microscope based on the standard procedure. The periodicity survey conducted to the people whose proven to be positive microfilaria for every two hours. The result found 17 people with positive microfilariae (mf-rate: 3,4%). The agent of lymphatic filariasis in Pabean village was Wuchereria bancrofti, type, with density of microfilaria between 3 to 72 if this species is nocturnal periodic which circulate mostly around 10.00 a.m. Lymphatic filariasis were found in RW III (7 cases) and RW II (2 cases) withaverage age > 50 years old. Therefore to overcome this problem the community need to have Mass Drug Administration (MDA).
MENGENAL PARASIT FILARIA Tri Ramadhani
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 002 Nomor 01/Tahun II Juni 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.603 KB)

Abstract

Filariasis atau kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup disaluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis. Filariasis mulai dikenal di Indonesia tahun 1889 sejak Haga dan Van Eecke menemukan kasus pembesaran scrotum di Jakarta. Penyakit tersebut dapat menular kepada orang lain dengan perantara gigitan nyamuk. Seluruh wilayah Indonesia berpotensi untuk terjangkitnya penyakit tersebut, hal ini mengingat cacing sebagai penyebabnya dan nyamuk penularnya tersebar luas. Keadaan ini didukung oleh kerusakan lingkungan, seperti banjir, penebangan hutan dan lainnya yang memperluas tempat berkembangbiaknya nyamuk. Meskipun filariasis tidak mematikan secara langsung, dengan adanya demam dan bisul-bisul (abses) yang hilang timbul, dan gejala menahun berupa pembesaran/elefantiasis yang merupakan cacat menetap akan sangat mengganggu. Secara ekonomis keadaan tersebut sangat merugikan, karena mengurangi produktivitas masyarakat, serta diperlukan biaya pengobatan dan perawatan yang tidak mudah dan tidak murah. Di Indonesia filariasis limfatik di sebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Brugia malayi,B.timori dan Wuchereria bancrofti, yang terbagi lagi menjadi 6 tipe secara epidemiologi. Tiap parasit mempunyai siklus hidup yang kompleks dan infeksi pada manusia tidak akan berhasil kecuali jika terjadi pemaparan larva infektif untuk waktu yang lama. Setelah terjadi pemaparan, dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum timbulnya perubahan patologis yang nyata pada manusia. Periodisitas dalam sirkulasi setiap mikrofilaria akan berbeda, tergantung dari spesiesnya.
PENGARUH PENGGUNAAN LETHAL OVITRAP TERHADAP POPULASI NYAMUK AEDES SP SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Tri Ramadhani; Bondan Fajar Wahyudi
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 9 Nomor 1 Juni 2013
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.253 KB) | DOI: 10.22435/blb.v9i1.722

Abstract

ABSTRACT. Field evaluation against lethal ovitrap (LO) to control dengue vector Aedes mosquitoes carried intwo endemic areas (Bojongsari and Ledug) in Banyumas. Lethal ovitrap made ?with the intent to kill mosquito,because mosquitoes will lay eggs containing ovistrip contact with the insecticide and the relatively short time todie.The aim of research to assess the effect of LO applications with the Aedes of mosquito populations sp. Thisstudy includes a quasi experimental design with pretest-posttest control group without randomization. Researchsites in dengue endemic areas with a total sample of 100 houses in each treatment and control areas. Populationsof Aedes sp measured every week for three weeks prior to the intervention and twelve weeks during theintervention. The mean density of Aedes sp compared before and after intervention and between the treatment andcontrol. Results showed mean mosquito density before and after the intervention in the treatment group of 0.07(p-value 0.044), whereas in the control group by 0037 ( p-value 0341). Use LO made ?with the addition ofinsecticide active cypermetrin on ovistrip impact on the density of Aedes sp in the residential neighborhood.
SURVEI EPIDEMIOLOGI PENINGKATAN KASUS MALARIA DI DESA JINTUNG KECAMATAN AYAH WILAYAH PUSKESMAS AYAH II AGUSTUS 2006 Hari Ismanto; Tri Ramadhani; Sunaryo Sunaryo
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 003 Nomor 02/Tahun II Desember 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1481.658 KB)

Abstract

Berdasarkan surat permohonan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen tanggal 24 Agustus 2006 tentang Penanggulangan KLB malaria di Desa Jintung Kecamatan Ayah dan Desa Jladri Kecamatan Buayan. Telah terjadi peningkatan kasus malaria pada bulan Juli dan Agustus di wilayah Puskesmas Ayah II, yaitu di Desa Jintung. Jumlah kasus malaria sampai tanggal 16 Agustus 2006 mencapai 27 penderita (hasil konfirmasi laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah) dan kemungkinan sudah terjadi penularan setempat karena sebelumnya di Desa Jintung tidak pernah ada kasus malaria. Kasus malaria bermula adanya penduduk Desa Jintung yang merantau di Bangka dan pulang dalam kondisi sakit (dengan gejala klinis malaria). Untuk mengantisipasi terjadinya penularan yang lebih luas, Loka litbang P2B2 Banjarnegara beserta tim dari DKK Kebumen. Puskesmas Ayah II melakukan survei tindak lanjut untuk mendapatkan gambaran epidemiologi malaria di Desa Jintung. Wilayah Puskesmas Ayah II sehingga diharapkan dapat diketahui sumber dan cara memutuskan rantai penularannya.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLODI MALARIA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 Dyah Widiastuti; Tri Ramadhani; Asyhar Tunissea
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Edisi 003 Nomor 02/Tahun II Desember 2006
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1339.773 KB)

Abstract

Kecamatan Pagedongan merupakan salah satu Kecamatan HCI pada tahun 2002 dan 2003, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan, API mencapai 2,95%o tahun 2004 dan 0,4 %o pada tahun 2005. Akan tetapi pada bulan Pebruari 2006 di wilayah Puskesmas Pagedongan terjadi peningkatan kasus malaria berawal dari adanya kasus impor (luar Jawa). Dengan didukung oleh kemudahan transportasi dan komunikasi membuat malaria dapat berpindah serta tidak mengenal batas wilayah administrasi. Pada awalnya kasus malaria hanya terfokus pada Desa Gunung jati, akan tetapi hanya dalam waktu singkat penyakit ini sudah merambah ke Desa lain antara lain Pagedongan, Lebakwangi, Kebutuhduwur, Duren dan Gentansari. Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi kejadian peningkatan malaria di Kecamatan Pagedongan, Tim Loka Litbang P2B2 Banjarnegara berkolaborasi dengan pihak Puskesmas Pagedongan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mengadakan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Malaria di Kecamatan tersebut.